Pages

30 January 2009

[puisi] Menatap Bintang Bersamamu...

Kak, maukah kamu menatap bulan bersamaku?
Langit malam ini tampak cerah
Bulannya pasti akan terlihat indah...

* * *

Dik, bukan sang bulan yang membuat langit malam tampak indah
Tapi adanya kamu disisiku
Yang membuat bulan dan bintang
Tampak sangat menawan...

---000---

Kak, apa kamu memang benar-benar tidak peduli tentang apa yang kau tatap?

* * *

Dik, aku tidak pernah memperdulikannya, yang kupikirkan adalah dengan siapa aku memandangnya

---000---

Dik, bilakah aku memandang bulan bersamamu..?

* * *

Entahlah kak
Mungkin sebentar lagi
Atau bisa jadi, masih lama lagi...
Pastinya, setelah matahari tenggelam
Dan sebelum ayam jantan bersahutan ^-^

---000---

Sanggupkah aku untuk tetap bertahan dan terus bersabar..?

* * *

Kamu HARUS bisa kak
Kamu tidak punya pilihan lain...


Samarinda, 300109
"Cinta mampu memaksa kesabaran untuk tetap bertahan!"

24 January 2009

SMK3 untuk UKM

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah terbukti mampu bertahan lebih tangguh saat badai krisis moneter melanda bangsa ini. Di sektor inilah daya serap tenaga kerja sesungguhnya lebih besar. Dan sektor inilah pula yang menjadi penggerak roda perekonomian bangsa saat sektor lain mengalami kelimpungan saat krisis moneter.

Kita selalu menganggap bahwa sektor ini tidaklah begitu penting bagi bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), karena dianggap memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan sektor lain. Apalagi dengan persepsi bahwa K3 merupakan bagian dari usaha yang bersifat membebani anggaran. Ditambah lagi dengan keruwetan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang telah ada, dengan 17 elemen dan 166 point yang harus dijalankan.

Sesungguhnya anggapan diatas tidaklah seratus persen benar. K3 merupakan salah satu bagian dari usaha yang akan memberikan laba dan peningkatan kinerja keuangan bagi perusahaan, karena ia akan memangkas biaya langsung kerugian akibat kecelakaan (seperti kompensasi, asuransi, dll) dan juga biaya tidak langsungnya (seperti penurunan waktu produksi, jam kerja yang hilang, penurunan kinerja pekerja, dll).

K3 juga merupakan salah satu pencegahan dari kecelakaan serius atau fatal yang jika telah terjadi, akan sangat sulit untuk ditangani. Sehingga dapat mencegah perusahaan dari mendapat kerugian yang lebih besar.

Mengembangkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) tidaklah sesulit anggapan kebanyakan orang. Sebuah SMK3 yang baik hanya membutuhkan empat elemen dasar: komitmen manajemen dan keterlibatan karyawan; analisa tempat kerja; pengendalian dan pencegahan bahaya; dan pelatihan bagi para pekerja, pengawas/supervisor dan manajer.

 

Komitmen Manajemen dan Keterlibatan Karyawan

Sikap dan tingkah laku manajemen tingkat atas terhadap keselamatan akan tercermin dari sikap dan tingkah laku karyawannya. Sebagaimana ada anggapan yang berlaku, The lowest standard you set, will be the highest standard you will receive. Standar terendah yang dikerjakan oleh manajemen tingkat atas, akan menjadi standar tertinggi yang akan ia terima dari karyawannya. Karena itu, sangatlah penting untuk menunjukan kepedulian manajemen tingkat atas terhadap unsur K3, dan kepedulian itu hanya bisa diungkapkan lewat tindakan nyata. Salah satu wujudnya adalah dengan melibatkan karyawan dalam perencanaan dan pelaksanaan SMK3.

Beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan untuk dilakukan:

¨      Publikasikan kebijakan K3 perusahaan yang jelas

¨      Lakukan rapat dengan seluruh pekerja untuk mengkomunikasikan kebijakan K3 perusahaan dan diskusikan tujuan-tujuan K3 perusahaan

¨      Pastikan manajemen tingkat atas mendukung SMK3 dengan terlibat secara langsung terhadap program-program K3 seperti meninjau hasil inspeksi dan laporan kecelakaan serta memastikan langkah-langkah perbaikan telah dikerjakan

¨      Pastikan manajemen tingkat atas (manajer dan pengawas) mematuhi semua persyaratan K3 yang berlaku bagi semua karyawan, meskipun jika hanya sementara mengunjungi tempat kerja/daerah yang memberlakukan peraturan keselamatan tersebut.

¨      Manfaatkan keahlian dan pengetahuan karyawan yang ada untuk terlibat dalam program-program K3, seperti melakukan pelatihan keselamatan atau melakukan penyelidikan kecelakaan

¨      Tugaskan dan beri wewenang kepada seseorang terhadap program K3 yang ada. Pastikan semua orang memahami tugas dan wewenangnya.

¨      Berikan pelatihan, waktu, anggaran dan wewenang bagi orang yang telah ditunjuk/memiliki tanggung jawab tersebut

¨      Buatlah program K3 setelah memberikan penugasan tersebut, pastikan tugasnya terlaksana. Beri imbalan bagi yang telah melaksanakannya dengan baik dan perbaiki bagi yang belum melaksanakannya

¨      Lakukan peninjauan ulang (review) setidaknya setiap tahun sekali, tinjau tujuan-tujuan yang telah dicapai dan lakukan evaluasi ulang, apakah perlu tujuan-tujuan baru atau perbaikan program kerja

¨      Tegakkan pertanggungjawaban bagi setiap karyawan yang tidak mematuhi peraturan yang telah dibuat untuk meningkatkan K3 di tempat kerja

 

Analisa Tempat Kerja

Analisa tempat kerja adalah rangkaian proses untuk memastikan kita mengetahui semua hal yang dibutuhkan agar dapat bekerja secara selamat. Kita harus mengetahui hal-hal atau benda-benda apa saja yang ada ditempat kerja yang dapat membahayakan para pekerja. Hal itu dilakukan dengan terus menerus melakukan analisa di tempat kerja terhadap semua bahaya yang ada dan potensi bahaya yang mungkin muncul.

Beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan untuk dilakukan:

¨      Carilah cara agar mendapatkan saran dari ahli saat ada perubahan pada prosedur atau peralatan. Hal ini dilakukan agar tidak timbul bahaya baru di tempat kerja. Dan pastikan anda selalu ter-update dengan bahaya-bahaya yang muncul di usaha sejenis yang anda geluti

¨      Tinjau ulang secara berkala setiap pekerjaan yang ada dan lakukan analisa setiap langkah-langkah kerjanya dengan karyawan anda, hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya bahaya yang mungkin tersebunyi dari proses ataupun peralatan yang ada

¨      Lakukan inspeksi untuk mengendalikan bahaya dan untuk mengevaluasi bahaya-bahaya baru

¨      Pastikan para pekerja merasa nyaman untuk memberitahukan para anggota manajemen ketika mereka melihat hal-hal yang berbahaya atau tidak pada tempatnya

¨      Pelajari cara untuk melakukan penyelidikan yang menyeluruh jika ada hal yang tidak benar

¨      Tinjau ulang angka kecelakaan atau penyakit akibat kerja selama beberapa tahun terakhir untuk mengidentifikasi pola-pola yang sama sehingga dapat dikendalikan melalui program K3.

 

Pengendalian dan Pencegahan Bahaya

Begitu semua bahaya yang ada dan potensi bahaya yang mungkin muncul telah teridentifikasi, terapkan program yang akan mencegah dan mengendalikan bahaya-bahaya tersebut. Jika memungkinkan, semua bahaya yang ada harus dihilangkan. Jika tidak memungkinkan, gunakanlah bahan/alat pengganti yang lebih tidak berbahaya atau rekayasa/pengendalian secara teknis.

Beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan untuk dilakukan:

¨      Buatlah prosedur kerja berdasarkan analisa bahaya di tempat kerja dan pastikan para pekerja mengetahui dan mematuhinya

¨      Bersiap-siaplah untuk menerapkan sanksi terhadap pelanggaran prosedur kerja yang aman. Tanyakan kepada para pekerja, tindakan apa yang harus diambil jika ada pekerja yang tidak disiplin/mematuhi prosedur tersebut, agar semua orang mengerti dan memahami penerapan sanksi tersebut

¨      Jika dibutuhkan, pastikan Alat Pelindung Diri (APD) tersedia, digunakan, dan para pekerja mengetahui kapan penggunaannya, bagaimana cara menggunakannya, dan bagaimana cara merawatnya

¨      Jalankan perawatan peralatan secara berkala untuk mencegah kerusakan yang dapat menciptakan bahaya. Pastikan perawatan pencegahan dan berkala ini terdokumentasi dan ditindak-lanjuti

¨      Buat rencana tanggap darurat, termasuk bahaya kebakaran dan bencana alam. Lakukan simulasi (drill) secara rutin agar para pekerja mengetahui apa yang mesti dikerjakan saat terjadi keadaan panic

¨      Kembangkan program medis yang sesuai dengan tempat kerja, libatkan dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan setempat dengan mengundang mereka ke tempat kerja dan membantu anda merencanakan cara terbaik untuk menghindari cedera dan penyakit saat keadaan darurat

¨      Pastikan ketersediaan personil medis yang dapat dimintai saran dan konsultasi mengenai kesehatan pekerja. Hal ini tidak berarti perusahaan harus menyediaan pelayanan kesehatan, namun yang terpenting adalah kesiapan menghadapi keadaan gawat darurat dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan tempat kerja

 

Untuk memenuhi persyaratan diatas, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan:

¨      Buatlah prosedur medis darurat untuk menangani kecelakaan, transportasi pekerja yang sakit/cedera dan komunikasi dengan fasilitas medis. Menempelkan nomor-nomor medis/darurat merupakan salah satu cara yang dapat dikerjakan

¨      Lakukan survey terhadap fasilitas medis yang ada di sekitar tempat kerja, dan buat perjanjian untuk menangani kasus-kasus darurat. Kerjasama dengan perusahaan yang lebih besar yang memiliki fasilitas pelayanan medis juga dapat dilakukan

¨      Pastikan prosedur pelaporan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dimengerti oleh semua pekerja

¨      Berjalan-jalanlah seputar area kerja secara rutin untuk melakukan identifikasi bahaya dan menindaklanjuti bahaya yang telah teridentifikasi sampai mereka ditangani

¨      Jika tempat kerja berada di daerah yang terpencil dan jauh dari pelayanan kesehatan, pastikan ada personil yang terlatih untuk melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Kotak P3K juga harus tersedia untuk keadaan darurat

¨      Periksalah generator listrik perusahaan, fasilitas perawatan, laboratorium, ventilasi dan pendingin ruangan, dan daerah-daerah yang mudah berkarat untuk memastikan fasilitas pencucian mata (eye wash) dan penyiraman tubuh (shower) tersedia dengan baik

¨      Pertimbangkan untuk mempekerjakan dokter lokal atau perawat secara paruh waktu atau sesuai kebutuhan untuk saran dan perencanaan P3K dan medis

 

Pelatihan bagi para Pekerja, Pengawas, dan Manajer

Program pencegahan kecelakaan yang efektif membutuhkan kinerja kerja yang baik dari setiap orang di tempat kerja. Semua pekerja harus mengetahui bahan-bahan dan peralatan yang digunakan untuk bekerja, mengetahui bahaya yang mungkin ditimbulkannya dan mengetahui cara untuk mengendalikannya.

Setiap karyawan harus mengetahui bahwa:

-        Tidak satupun pekerja diharapkan untuk bisa melakukan suatu pekerjaan sampai mereka mengetahui instruksi/langkah-langkah kerja yang baik dan diizinkan untuk melakukan pekerjaan tersebut

-         Tidak satupun pekerja yang yang boleh mengerjakan pekerjaan yang terlihat tidak aman

Kita dapat menggabungkan/mengkombinasikan pelatihan K3 yang ada dengan pelatihan yang lain tergantung jenis bahaya yang mungkin ada di tempat kerja.

Beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan untuk dilakukan:

¨      Pastikan para pekerja telah terlatih mengenai setiap potensi bahaya yang dapat memapar mereka dan mengetahui cara perlindungannya

¨      Perhatian berlebih harus diberikan pada pekerja yang baru masuk dan pekerja yang mendapatkan tugas baru. Karena mereka sedang mempelajari proses operasi yang baru, mereka mungkin mudah terkena cedera

¨      Latihlah para pengawas agar mengerti semua bahaya yang dihadapi para pekerja dan buatlah pengingat bagi mereka dengan melakukan training ulang (refresh) dan pesan, atau gunakan sanksi jika dianggap perlu

¨      Pastikan manajemen tingkat atas memahami tanggung jawab K3 mereka dan membuat pengawas dibawah mereka menjalankan tugas dan tanggungjawabnya

 

Dokumentasi Aktifitas

Dokumentasikan setiap aktifitas dari program kerja keempat elemen diatas. Membuat catatan atau dokumentasi atas pernyataan kebijakan perusahaan, pelatihan-pelatihan, rapat-rapat K3, informasi yang disebarkan pada karyawan, dan pengaturan perawatan kesehatan, akan sangat menguntungkan bagi perusahaan untuk kedepannya. Hal ini juga penting untuk memberikan bukti terhadap pelaksanaan SMK3 yang ada pada perusahaan.

 

Dokumentasi/Pencatatan K3

Catatan/dokumentasi penjualan, keuntungan ataupun kerugian merupakan hal yang penting bagi suksesnya suatu usaha. Hal itu memudahkan pemilik atau manajer untuk belajar dari pengalaman dan membuat langkah-langkah perbaikan bagi operasi di masa datang. Tujuan yang sama juga berlaku bagi dokumentasi/pencatatan K3. Catatan kecelakaan, cedera, penyakit akibat kerja, dan kerusakan kepemilikan dapat digunakan pula untuk menentukan akar penyebabnya, mengembangkan prosedur, dan untuk mencegah terulangnya kembali kecelakaan yang sama.

---ooo---


Referensi: OSHA (Occupational Safety and Health Administration). Small Bussiness Handbook. 2005

 

Penulis: Syamsul Arifin, SKM

Field SHE Officer PT. Semberani Persada Oil, a subsidiary of PT. Energi Mega Persada.

Alumni S1 Dept. K3 FKM UI (Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia) angkatan 2001.

Email: syamsul.arifin@yahoo.com

22 January 2009

Kebahagiaan

Apa sih definisi bahagia? Apa sih yang membuat kita, manusia, merasa bahagia? Apakah kebahagiaan sejati, atau adakah kebahagiaan semu dan palsu..?

 

Mari kita sama-sama me-list hal-hal yang bisa membuat kita bahagia:

 

Uang yang banyak; rumah besar; kendaraan mewah; memiliki istri yang yang cantik, cerdas dan shalihah bagi seorang pria,-atau tampan, mapan dan sholeh, bagi wanita-; punya anak-anak yang sehat dan tampan-cantik serta baik; punya pekerjaan yang enak; penghasilan yang cukup; tubuh yang sehat; punya teman-rekan kerja yang enak; tetangga yang baik, dst

 

Apakah ada hal yang luput..? Silakan ditambahkan sendiri.

 

Apakah benar bahwa semua hal tersebut diatas bisa menjamin bahwa kita akan merasakan kebahagiaan? Saya rasa tidak, setidaknya tidak 100% bahagia.

 

 

Definisi Bahagia

 

Dalam pandangan saya pribadi, kebahagiaan adalah ketika hati kita merasa tentram.

 

Betapa banyak orang yang akhirnya tertipu, dengan meyakini bahwa semua hal yang kita telah sebutkan diawal bisa membuat bahagia. Sehingga membuat mereka melakukan (hampir) apa saja untuk mendapatkannya. Untuk bisa memiliki uang yang banyak, rumah yang besar, mobil yang mewah, dan pasangan yang menarik!

 

Jika kesemua hal tersebut diraih dengan mempergunakan cara-cara yang tidak sah; tidak digunakan untuk hal-hal yang baik; dan tidak menjadikan orang yang memilikinya menjadi pribadi yang bersyukur, saya rasa hal itu tidak akan membuat bahagia.

 

 

Rumus

 

Sebagai seorang muslim, tujuan tertinggi kita adalah mendapatkan keridhoan Allah SWT,

 

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. Ar-Ra'd: 22-24)

 

Entah bagaimanapun juga keadaan diri kita, jika kita masih bersama Allah, itu sudah lebih dari cukup.

 

Dengan rumusan inilah, kita baru bisa memahami, perkataan Rasulullah SAW ketika bernaung di sebuah kebun, saat hijrah ke Thaif dan dilempari dengan batu-batu sampai berdarah, Rasulullah SAW mengangkat kepala seraya berdoa,

 

"Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.“

 

Dengan rumusan itu pula, kita bisa mencerna logika para ulama salaf dahulu kala, yang berkata,

 

"Andaikata para raja-raja mengetahui kebahagiaan yang ada pada hati-hati kami, tentu mereka akan merebutnya, meski dengan pedang-pedang mereka"

 

 

Kebahagiaan Sejati

 

Dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara. Kehidupan sejati kita adalah pada alam akhirat nanti. Hanya ada dua pilihan di hari akhir, surga atau neraka, tidak ada pilihan yang ketiga selain dua itu saja, surga dengan segala kenikmatannya, atau neraka dengan segala siksaan yang tak terbayangkan.

 

Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah Swt berfirman: "Aku menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh apa-apa yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam benak manusia. Oleh karena itu bacalah kalau kamu suka ayat: 'Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.' (As-Sajdah: 17)." (Hadits Qudsi, Mutafaq'alaih)

 

 

Kenyataan

 

Lalu, apakah kita akan menghiraukan semua materi selama kita hidup..? Kalau saya sih, tidak.

 

Dunia ini diciptakan untuk kita, umat manusia. Maka, sangatlah wajar jika kita menikmatinya, tentunya dengan beberapa catatan,

 

Pertama, bahwa semua itu kita raih melewati cara-cara yang halal. Kedua, bahwa hal itu semua tidak kita pergunakan hanya untuk diri kita sendiri saja, tapi juga ada bagian-bagian yang diperuntukkan bagi orang miskin didalamnya. Ketiga, tanamkan dalam benak kita, bahwa semua materi yang kita dapatkan berasal dari Allah SWT, maka, bersyukurlah kepadaNya.

 

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Al-A'raaf: 32)

 

 

Saya ingin menekankan bahwa, inti pesan esai ini adalah agar kita semua (terutama saya pribadi), menyadari bahwa hal utama yang membuat diri bahagia adalah perasaan tentram dalam hati kita, karena Allah selalu bersama kita, karena Ia ridho dengan kondisi kita. Dan kenikmatan sejati adalah kenikmatan yang akan kita akan rasakan di surgaNya kelak, jika kita mampu memasukinya (amin), sementara hal-hal yang lain, adalah kebahagiaan-kebahagiaan semu dan palsu, jika tidak disertai dengan keridhoanNya.

 

 

 

---000---

 

Samarinda, 22 Januari 2009

Syamsul Arifin

 

Versi bahasa English: http://genkeis.multiply.com/journal/item/413/Once_Again_About_Happiness

21 January 2009

[cerbung] Soul Match - Bagian II: Rumah

Home sweet home”, Annisa menggeliat, merenggangkan tangannya saling berjauhan. Dilipatnya mukenah biru muda yang baru selesai ia gunakan. Ia baru saja selesai ngaji seusai pulang shalat jamaah dari Mushola dekat rumah. Dibukanya jendela kamar, udara pagi Jakarta yang masih berbau kabut, berebut menyerbu masuk, segar.

 

“Sekarang nyapu halaman dulu ah”, nanti pas mama selesai masak, bisa langsung sarapan deh. Pagi yang cerah, untuk jiwa yang riang. Minggu pertama Annisa Ramadhani di kota metropolitan DKI Jakarta, setelah empat tahun ditinggalinya, jauh berbeda benua.

 

 

* * *

 

 

Mushola hanya diramaikan oleh orang-orang yang sudah senior, alias tua, para pemuda-pemudinya entah meramaikan apa. Itu analisa pertama yang Nisa dapatkan. Harus segera dapat cara untuk dapat menyemarakannya. Pengajian ibu-ibu, sasaran pertamanya.

 

Ketua pengajian ibu-ibu, ibu Latifah, sangat otoriter, kolot, pantas saja pengajian disini tidak maju-maju, pribadinya tidak sepertinya namanya, ngga latif alias halus. Sepertinya beliau juga tidak begitu suka dengan “anak ingusan” kemarin sore dengan ide-idenya. Nisa kesal, karena dia hanya ingusan jika sedang flu saja!

 

“Huff..”, begitu hela nafasnya panjang. Keluar dari rumah berpagar coklat, di hari Sabtu sore hari yang cerah, namun tidak secerah hatinya!

 

“Ah, itu ada remaja-remaja puteri sedang ngobrol-ngobrol”, pandangannya tertuju pada gerombolan beberapa orang remaja puteri yang sedang asyik ngobrol di sebuah rumah dengan tempat duduk marmer di depannya.

 

Matahari sore ditambah semilir angin, membuat suasana nyaman untuk bercengkrama.

 

“Assalamualaikum”

 

“Wa’alaikumsalam”, jawab mereka, mungkin mereka pendatang baru di komplek ini, sehingga Nisa tidak begitu mengenali mereka.

 

“Hai, saya Nisa, tinggal di rumah ujung itu”, ia mulai menyalami satu persatu orangnya.

 

Lima orang yang ada disitu memperkenalkan namanya, tentunya sambil diselingi canda.

 

“Oh ya, kakak baru aja balik lagi ke rumah di sini, jadi banyak yang ngga tahu nih. Kalian tahu ngga, tempat yang jualan es campur yang enak di deket-deket sini..?”

 

“Wah, tempatnya Kang Cecep aja, di ujung portal, es telernya enak kak”, ujar salah satu gadis yang pipinya agak tembam, chubby, imut.

 

“Hummm, sepertinya boleh dicoba tuh”, Nisa tersenyum, “ada yang mau kakak traktir ngga..?”, ia menyeringai.

 

“Wah mau banget kak”

 

“Kalau itu sih ngga usah ditanya kalih”, salah satunya menimpali, langsung bangkit dari duduknya.

 

Ya modal dulu lah sedikit, kalau kata Abas As-sisi ‘sentuh hatinya’, kalau kata Nisa, ‘sentuh perutnya’ dulu. Nisa tersenyum dalam hati. Setelah ini, baru deh, diajakin ke arah pembentukan pengajian remaja, awal perkenalan.

 

 

* * *

 

 

Pengajian remaja puteri mulai bergulir. Khas remaja, masih ramai dan seru alias rusuh. Namun itulah perubahan, sedikit demi sedikit, perlahan dan bertahap.

 

Hari Jumat malam, selepas shalat Isya, jadwal pengajiannya.

 

“Yuk, kita mulai ngajinya”, suara Nisa meredakan keriuhan di rumah salah satu dari delapan orang peserta pengajian remaja puteri.

 

“Kak kak kak, katanya kalau lagi M ngga boleh ngaji kan ya?”, Ita, siswi kelas 2 SMU bertanya, pandangannya melirik kepada Sari, yang ada disebelah kirinya.

 

“Hummm, kalau kata ustadz Ahmad Sarwat, ada dua pendapat ulama mengenai hal ini, yang pertama adalah yang mengharamkannya alias ngga boleh ngaji ketika haid dan nifas, pendapat ini dipegang oleh Imam Syafi’i, dan para sahabat seperti Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib, dan lain-lainnya. Sedang ada lagi, ulama yang memperbolehkannya, seperti yang dilakukan oleh mahzab Dzhahiri, yang didukung oleh Ibnu Abbas, Ibnu Musayyab, dan lain-lain.

 

Ok deh, kita pakai pendapat yang tidak memperbolehkan membaca Al-Quran ketika sedang haid dan nifas. Tapi sebagai wanita, hal ini bisa kita siasati, dengan melakukan amalan ibadah lain yang diperbolehkan, seperti bersedekah, berzikir, dan lain-lainnya. Di sini, siapa yang sedang datang bulan..?”, pandangan Nisa berkeliling lesehan remaja putri yang duduk melingkaran.

 

Sari sedikit mengangkat tangannya, malu.

 

“Ok, kalau gitu, kamu dengerin aja dulu ya. Tenang aja, salah satu adab ketika Al-Quran dibacakan adalah mendengarkannya dengan tenang, dan mendengarkan Al-Quran itu sendiri juga dapat kebaikan yang besar juga kok. Sebagaimana keterangan dari Al-Quran,

 

Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.1)

 

“Audzubillahhiminasyaitannirrajim”, riuh rendah suara bacaan.

 

Mulailah rumah itu diterangi cahaya, cahaya kalamullah.

 

Selesai pengajian dengan berbagai agendanya. Sebagaimana kebiasaan jika lebih dari satu orang wanita berkumpul. Jadilah ajang cerita.

 

“Eh iya kak, bu Latifah kemarin sore jatuh dari motor”, Asrie, mengabarkan sebuah berita.

 

Innnalilahi, gimana kabarnya? Parah ngga sakitnya?”, komentar Nisa.

 

“Lho, ngga perlu inalilahi kok kak, orangnya masih belum meninggal kok”, sahut Dina tertawa.

 

“Inalilahi itu ucapan buat kalau tertimpa musibah, meskipun musibah yang paling kecil sekalipun, seperti putusnya sandal kita”, Nisa menjelaskan.(2)

 

“Owwww”, mereka membentuk huruf O besar pada mulutnya.

 

“Sepertinya sih ngga terlalu parah, karena sekarang ada di rumah kok”, Asrie menjawab.

 

“Ok kalau begitu, mumpung masih belum terlalu malam, kita langsung jenguk beliau yuk”, ajaknya.

 

“Males ah kak. Orangnya jutek banget. Kami aja tau kok waktu dulu dia pernah nyiram rok kakak dengan air bekas cucian”, sergah Dini, saudara kembar Dina, ketus.

 

“Katanya kelompok pengajian Jamilatun Nisa ini adalah kelompok pengajian yang keren. Masa namanya aja sih yang berarti “wanita cantik”, tapi hati para anggotanya ngga pada cantik..? Kan cantik itu berarti ngikutin Rasulullah, dan Rasulullah SAW mengajarkan ada enam hak seorang muslim terhadap muslim lainnya, salah satunya adalah menjenguk ketika sakit”, Nisa tertawa sendiri, menahan geli, dengan sikap anak-anak didiknya yang super narsis. ‘Menantang’ mereka dengan mempergunakan konsep psikologi terbaik.

 

Sebagian dari mereka garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Saling menatap tidak jelas.

 

“Ya sudah deh, yuk, kita kesana. Bawa oleh-oleh ngga kak?”, Shafy, sang ketua kelompok memecah kekeluan.

 

“Ambil aja dari kas, dua puluh ribu, nanti sekalian lewat, kita beli aja buah pir di deket minimarket di ruko”, Nisa tersenyum penuh kemenangan.

 

Malam ini cerah tanpa awan, langit biru, terang dipenuhi bintang. Jalanan kompeks perumahan menuju rumah Hj Latifah dipenuhi beberapa orang gadis. Riang. Salah satu diantara mereka adalah Annisa Ramadhani, yang bergumam dalam batin, berharap, agar dari kami inilah, kebangkitan Islam akan bisa ditegakkan. Amin.

 

“Ah, jadi inget bahwa besok minggu, ada undangan dari Mas Fatih buat menghadiri acara workshop penulis muda komunitas myQuran”, teringat isi sebuah email dari teman korespondennya. Janji hadir di acara itu tersembul dari pikirannya.

 

 

 

(bersambung lagi?, Insya Allah)

 

---000---

 

Samarinda, 19 Januari 2009

Syamsul Arifin

 

 

(1) QS. Al-A'raaf: 204

(2) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157)

(3) Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, yaitu bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam; bila ia memanggilmu penuhilah; bila dia meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya = semoga Allah memberikan rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan bila dia meninggal dunia hantarkanlah (jenazahnya)". (HR. Muslim)

[cerbung] Soul Match - Bagian I: Kepulangan

Matahari baru saja naik sepenggalan, sinarnya genit menelusup celah jendela. Udara hangat Negeri Kangguru  di musim semi menyegarkan sebuah kamar asrama. Seorang gadis yang hari ini memakai jilbab dengan warna favoritnya, biru, tampak sangat ceria, berjalan bagai menari, sesekali terlihat berbicara sendiri sambil tersenyum-senyum, menggumamkan lagu nasyid kesukaannya, Mother.

 

"La la la la, pulang juga akhirnya", begitu ia berkata.

 

Terlihat sebuah koper besar berwarna merah tua. Ia masih terus saja asyik mengemasi barang-barangnya. Tidak banyak yang ia akan bawa, karena beberapa sudah terlebih dahulu ia kirimkan lewat paket pos ke rumahnya di Indonesia. Buku-buku pelajaran koleksinya sangatlah banyak, tentunya sangat merepotkan kalau harus dibawa dalam perjalanan. Beberapa barang-barang lainnya ia jual murah kepada adik-adik juniornya yang sama-sama kuliah di Universitas Monash, Australia. Hitung-hitung beramal, begitu pikirnya, toh dulu ia juga begitu.

 

"Ah, biar hujan emas di negeri orang, tetap lebih enak dinegeri sendiri, meskipun hujan batu, eh, jangan hujan batu deh, hujan salju ajah, karena kan kalau hujan batu, sakit klo kena kepala, apalagi hujan emas", ia terkekeh-kekeh sendirian. Hihihihi

 

Annisa Ramadhani, meraih gelar sarjana di bidang Perdagangan dengan nilai cum laude, setelah lelah empat tahun ia geluti. Kini, saatnya ia kembali, membangun negeri tempat ia dilahirkan, tempat ia menaruh harapan besar, tempat ia akan membangun sebuah peradaban.

 

Dari segi postur tubuh, Nisa, begitu teman-temannya memanggilnya, tidaklah jauh berbeda dengan teman-teman kuliahnya, yang kebanyakan adalah para bule berambut pirang dan bermata biru. Tingginya semampai, bukan ‘semeter tak sampai’, 168 cm, warna kulitnya putih, halus, khas asia, dengan lesung pipit yang ada di pipi, semakin menambah manis dara yang memakai jilbab sejak kelas 3 SMA.

 

“Mungkin nanti bisa ketemu mas Fatih, ia kan tinggal di Jakarta juga”, terbayang dalam benaknya, salah satu sahabat pena yang ia kenal dari situs warnaislam.com, tempat dimana ia biasa menjadi kontributor penulis luar negeri.

 

Nisa senang dengan korespondensi, itulah juga yang membuat dia senang dengan bidang tulis-menulis, tidak aneh memang, hingga majalah kampus menjadi tempat beraktivitasnya selama kuliah.

 

Awal perkenalannya dengan Fatih Arya adalah ketika si Fatih, yang lebih tua dua tahun daripadanya, mengirimkan email bertanya-tanya tentang kehidupan mahasiswa di Australia, karena dia sedang menggarap sebuah novel mengenai hal itu. Dua tahun lalu, inisiasi persahabatan itu terjadi, bahkan mereka tetap saling berkomunikasi melalui email, meski novel Fatih yang berjudul “Rembulan Merah di Langit Aussy” telah terbit, mereka tetap saling berkorespondensi.

 

Sebuah novel yang bercerita mengenai Fitri, mahasiswi School of Commerce, Monash University asal Indonesia yang terkena imbas diskriminasi agama akibat peristiwa 9/11, dramatis dan menggugah hati, namun juga tetap ada unsur romantis di dalamnya; terasa sangat real ketika membacanya, padahal sang penulis belum pernah tinggal ataupun berada disana, hal ini menunjukkan keunggulan sang penulis dalam melakukan riset terhadap novelnya, sangat layak dibaca, bagi yang ingin mengetahui kehidupan kampus Universitas Monas, kehidupan budaya, dan pergaulan sosialnya; begitu endorsement yang Nisa tulis ketika diminta mas Fatih memberikan review kepada novel yang menjadi salah satu novel best seller tahun 2007.

 

“Fiuh, selesai juga”, keringat kecil-kecil mengalir di dahi Nisa, menetes malu-malu. Selesai berkemas.

 

Dibukanya amplop yang berisi tiket pesawatnya, diamatinya baik-baik jam penerbangannya, “lima jam lagi, ya.., aku hanya punya waktu lima jam lagi di negeri ini”, ia tersenyum kecil.

 

“Hayuh, yang mau pulang, senyum-senyum sendirian”, Rina, adik satu tingkat di bawahnya, memasuki kamar, “pasti mau dinikahin ya pas pulang, soalnya kelihatan sumringah gituh”, ia tertawa geli.

 

“Yeee, bukannya kasih salam dulu sebelum masuk, langsung ngagetin begitu ajah”, sahutnya sembari memasukkan tiket. Satu koper besar, tas hitam back-pack, dan tas genggam kecil, telah siap disamping tempat tidurnya.

 

“Hehehehe, maaf deh mba”, balas Rina langsung duduk disampingnya, “nanti saya ikut nganter ke bandara ya?”

 

Nisa menganggukkan kepala.

 

“Mba, kasih tausyiah dan pesan-pesan terakhir dunk sebelum pulang, yang bisa Rina jadiin pegangan gituh”

 

“Ah, kamu ini, kamu kan punya buku Kitab Riyadhus Shalihinnya Imam Nawawi, udah cukup banyak tuh disitu pesan-pesannya”, ujarnya sambil melihat sekeliling kamar yang terkesan luas karena melompong tanpa barang-barang, melihat-lihat, apakah ada yang tertinggal.

 

“Yah mba, bukan gituh, tapi Rina mau pesan khusus wa bil istimewa dari mba”, dipegangnya tangan Nisa manja, mantan ketua keputrian perhimpunan mahasiswa muslim Indonesia di Australia ini terduduk kembali di ranjangnya.

 

“Ok deh adikku sayang, dengerin baik-baik ya. Ehm..”, dia bergumam sambil mengepal tangannya dan menutupkannya ke mulutnya, terlihat seperti mau pidato saja, setengah bercanda.

 

Rina memalingkan badannya sempurna. Nisa mulai mengeluarkan suara,

 

“Hidup ini ibadah, dan ibadah itu baru bisa diterima jika ia merupakan amalan yang ‘baik’ dan ‘benar’. ‘Baik’ karena diniatkan hanya karena Allah semata alias ikhlas, dan ‘benar’ karena ber-i’tiba atau ngikutin Rasulullah SAW. Kita jauh-jauh belajar di negeri orang juga merupakan sebentuk ibadah, Rasulullah SAW pernah bersabda,

 

Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.(1).

 

Karena kita sedang bertaqarub kepada Allah melalui belajar, maka saya pesankan kamu agar bisa selalu menjaga hari-hari yang dilalui di sini dengan ‘baik’ dan ‘benar’.

 

Ilmu itu hanya bisa diperoleh melalui belajar(2), karenanya janganlah kamu merasa lelah dalam belajar, jangan mudah menyerah jika ada hal yang tidak kamu pahami, namun jangan pula kamu membebani diri berlebihan. Atur waktu dalam hari-harimu, karena tiap orang memiliki waktu yang sama, 24 jam saja, namun ada banyak orang yang bisa melesat dengan 24 jam yang mereka miliki, dan ada juga orang yang menyia-nyiakan waktu-waktunya. Makanlah makanan yang halal dan baik, atur waktu istirahatmu, dan jangan lupa, berdoa memohon tambahan ilmu pengetahuan dengan doa yang diajarkan Al-Quran(3), kepada sang pemilik ilmu yang maha luas, Allah SWT.

 

Fear Allah no matter where you are. Do a good deed after an evil one and your good deed will wipe out the evil one; behave well with people.”(4)

 

Hening sesaat. Nisa tidak lagi dapat melanjutkan kata-kata. Menghirup nafas panjang.

 

“Segitu dulu ya na... Semoga nanti kita bisa ketemu lagi di Indonesia, dan semoga segala sesuatunya dimudahkan dan dilancarkan untuk kamu disini”, Nisa tersenyum, matanya tampak berkaca-kaca. Sepertinya kesedihan mulai menggerus hatinya, berpisah dengan teman karibnya.

 

“Amin, makasih mba”, mereka lalu berpelukan erat, erat sekali. Air mata masing-masing membasahi jilbab sahabatnya.

 

Matahari Australia masih bersinar hangat, sehangat ukhuwah antara dua muslimah yang sedang larut dalam keharuan cinta.

 

 

* * *

 

Deru desing pesawat boeing masih terdengar sampai ke dalam terminal kedatangan Internasional BandaraSoekarno-Hatta, Cengkareng.

 

“Alhamdulillah, sampai juga di Indonesia”, Nisa melemparkan pandangan ke sekeliling, beragam manusia ada, namun hanya sedikit yang terlihat mengenakan jilbab rapi seperti dirinya, oh, bahkan tidak ada, miris, padahal ini negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

 

Sembari menunggu bagasi, Nisa menyalakan telpon genggamnya. Untuk memudahkan komunikasi dengan keluarga, ia memakai kartu GSM asal Indonesia ketika kepulangannya tiga tahun lalu.

 

Tut tut tut… nada menandakan ada pesan yang masuk. Ada beberapa pesan singkat yang masuk telponnya.

 

“Kasih kabar ya kalau sudah mendarat”, pesan dari ibunya.

 

Ia tersenyum. Ibu dan pamannya telah menantinya. Ah, andai bapaknya masih hidup, tentu ia akan bangga juga, karena bisa menyaksikan anaknya telah menjadi sarjana dari luar negeri.

 

“Astagfirullah hal adzim, ngga boleh berandai-andai, karena bisa jadi celah pintu syaitan”(5), ia tersadar dari lamunannya.

 

Ada pesan lain,

 

“Selamat datang kembali di hutan beton Jakarta” sebuah pesan singkat yang diakhiri ikon senyum, dari mas Fatih…

 

 

(bersambung, Insya Allah)

 

 

 

---000---

 

11 Januari 2009

Syamsul Arifin

 

 

(1) Hadits riwayat Ar-rabi

(2) Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (HR. Bukhari)

(3) dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thaahaa: 114)

(4) Hadits Arba’ain No. 18 Imam Nawawi

(5) Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan Allah, dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, "Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu", tetapi katakanlah, "Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya." Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: "andaikata" dan "jikalau" membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan." (HR. Muslim)

 

 

Match 

—n.

1 contest or game in which players or teams compete.

2 a person as an equal contender (meet one's match).

   b person or thing exactly like or corresponding to another.

3 marriage.

4 person viewed as a marriage prospect.

 

—v.

1 correspond (to); be like or alike; harmonize (with) (his socks do not match; curtains match the wallpaper).

2 equal.

3 (foll. by against, with) place in conflict or competition with.

4 find material etc. that matches (another) (can you match this silk?).

5 find a person or thing suitable for another.  match up (often foll. by with) fit to form a whole; tally. match up to be as good as or equal to. [Old English]

 

[Pocket Oxford Dictionary]