06 May 2012

Masih tentang Kesetiaan (Lanjutan)

Melanjutkan postingan “Kesetiaan (Opiniku tentangnya)”, pertanyaan yang kemudian muncul, mungkinkah terjadi konflik prioritas antara kesetiaan kita kepada Allah dengan kesetiaan kita kepada sesama makhluk?

Misalkan –semoga tidak terjadi- suami/istri kita adalah koruptor, apakah kita akan dianggap setia kepadanya kalau kita menyembunyikan aibnya dan ikut kabur bersamanya ke luar negeri dalam pelariannya dari kejaran aparat penegak hukum –kayak di tivi gituh-, apakah itu kesetiaan?

Contoh lain, ‘kesetiaan’ kepada perusahaan mengharuskan kita untuk melakukan pemalsuan dokumen-dokumen tender atau melakukan aksi penyuapan untuk memenangkan proyek, atau tetap diam terhadap tindakan seperti ini merupakan contoh kesetiaan kepada perusahaan?

Tentu tidak.*) (cek tambahan utk revisi)

Setia kawan, sering menjadi tekanan kelompok (peer pressure) bagi seorang remaja untuk ikut terjerumus dalam keburukan yang dilakukan oleh teman-teman sepermainannya, walau bisa jadi mereka tahu hal tersebut salah.

Seperti yang saya tuliskan di postingan sebelumnya “Kalau kita sudah setia kepada-Nya dalam berbagai aspek kehidupan, sudah pasti kita akan setia pula pada yang lainnya (dalam hal kebaikan)”, kesetiaan kita kepada selain Allah hanya untuk urusan yang ma’ruf, jika melampaui batas syar’i atau membuat kita melanggar komitmen kesetiaan kepada Allah SWT, maka kesetiaan kita kepada Allah lebih layak diutamakan.

"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada Allah." (HR Ahmad)

Di postingan terdahulu, saya sudah menuliskan bahwa kesetiaan menurut KBBI berarti:  keteguhan  hati;  ketaatan  (dl persahabatan, perhambaan, dsb); kepatuhan;

Bahkan kepada penguasa/raja/presiden sekalipun, kalau membuat kita menodai kesetiaan kepada Allah, kita harus berani mengutamakan Allah -tempat kembali kita- di atas segalanya. Para tukang sihir yang melawan Nabi Musa AS adalah contohnya:

Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" Firaun menjawab: "Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)".

Berkatalah Musa kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang hendak kamu Lemparkan". Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: "Demi kekuasaan Firaun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang". Kemudian Musa melemparkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.

Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah). Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun". Firaun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya".  Mereka berkata: "Tidak ada kemudaratan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman". (QS. Asy-Syuaraa': 41-51)

Sampai di sini, saya ingin menekankan sekali lagi, bahwa kalau ada aksi ‘kesetiaan’ kita kepada sesama makhluk-kelompok-organisasi atau kepada siapapun yang bertentangan dengan kesetiaan kita kepada Allah SWT, maka kita harus memiliki sikap yang kukuh untuk mengutamakan kesetiaan kita kepada Allah di atas segalanya.

Karena tidak ada yang namanya kesetiaan di neraka nanti. Tidak ada yang namanya kesetiaan pada partner in crime, sebab masing-masing orang akan mempertanggungjawabkan kesalahannya sendiri-sendiri. Bahkan sobat/pasangan/pengikut setia akan saling menyalahkan jika sudah dimasukkan ke neraka nanti.

Di atas kita sudah membaca bagaimana para penyihir Firaun akhirnya menyadari kesalahan mereka dan memulai komitmen kesetiaan yang lebih utama. Selanjutkan kita akan melihat bagaimana kesetiaan para pengikut kepada pemimpin yang durhaka dikisahkan Al-Quran:

(Dikatakan kepada mereka): "Ini adalah suatu rombongan (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka)". (Berkata pemimpin-pemimpin mereka yang durhaka): "Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka". Pengikut-pengikut mereka menjawab: "Sebenarnya kamulah. Tiada ucapan selamat datang bagimu, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka amat buruklah Jahanam itu sebagai tempat menetap". Mereka berkata (lagi): "Ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan kami ke dalam azab ini maka tambahkanlah azab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka." (QS. Shaad: 59-61) 

Tidak akan beruntung orang yang setia kepada makhluk jika menghianati Allah SWT, dan tidak akan merugi orang yang setia kepada Allah SWT meski apapun yang terjadi di dunia.

 

 

---000---

Balikpapan, 6 April 2012
Syamsul Arifin

Gambar: Cangik dan Limbuk, dua tokoh klasik dalam jagat pewayangan, yang menggambarkan orang yang setia kepada junjungannya, diambil dari sini.


*)tambahan (8 April 2012): Setelah mengendap, saya revisi sedikit coretan diatas.

Tindakan seorang yang patuh kepada seseorang, meski mencederai kesetiaan kepada Tuhan-nya, semisal setia kepada suami dalam bersekongkol kabur ke luar negeri ketika dikejar-kejar KPK, atau membantu suami/istri dalam melakukan kejahatan (semisal penipuan-atau bahkan pemerkosaan-seperti yang pernah saya baca beritanya-naudzubillahhimindzalik), atau kesetiaan seseorang pada perusahaan dalam memalsukan dokumen/berbuat curang agar menang tender atau tetap setia bareng teman-teman melakukan maksiat yang nyata –atau semisalnya, itu semua adalah contoh kesetiaan, namun kesetiaan yang MUNGKAR dan dan wajib dilanggar. 

Karena itulah, jika ada kesetiaan yang mungkar seperti itu, harus diluruskan –jika mampu- dan tidak boleh setia dalam perkara yang seperti itu –sebagaimana coretan di atas akhirnya melanjutkan.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri RA dia berkata: Aku mendengar Rosululloh SAW bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Kalau kita memang memiliki kesetiaan yang sejati, jika orang yang kita cinta berbuat mungkar, maka sudah tentu kita akan berupaya sekuat tenaga untuk mencegahnya, karena kita ingin orang tersebut (semoga) bersama-sama kita menikmati surga (dalam keabadian), bukan terpisah dan menderita di neraka, toh?

05 May 2012

Kesetiaan (Opiniku tentangnya)

Kesetiaan merupakan derivasi dari setia (adjektiva/kata sifat), yang menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bermakna:  1  berpegang  teguh  (pd  janji,  pendirian, dsb); patuh; taat: ia tetap – melaksanakannya;  ia  tetap  --  memenuhi  janjinya;  2  tetap  dan  teguh  hati  (dl  persahabatan  dsb):  telah  sekian  lama  suaminya merantau,   ia   tetap   --   menunggu;   3 berpegang teguh (dl pendirian, janji, dsb);

Sedang kesetiaan menurut KBBI berarti:  keteguhan  hati;  ketaatan  (dl persahabatan, perhambaan, dsb); kepatuhan;

Dalam sebuah hubungan, mendefinisikan kesetian bisa menjadi agak rancu bagi saya.

Misal, apakah seseorang muslim yang berpoligami, bisa membuatnya masuk ke kategori “tidak setia” pada istri pertamanya?

Hey, ini bukan berarti saya punya pikiran berpoligami loh ya, ngga kok, cuma lagi iseng mencoba mendefinisikan makna kesetiaan dalam hubungan pernikahan ajah. Hmmm...

Karena (bagi saya) susah sekali mendefinisikan makna kesetiaan dalam level antar manusia, namun sepertinya kita akan lebih mudah mendefinisikan makna kesetiaan dalam level hubungan kita dengan sang pencipta, Allah SWT.

Seperti yang disebutkan oleh KBBI, salah satu definisi kesetiaan yaitu ketaatan, kepatuhan. Dalam lingkup kesetiaan dengan sang pencipta, mungkin bahasa mudahnya adalah: menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya dan mengerjakan segala yang diperintah oleh-Nya. Terdengar familiar ya?

Di Al-Quran, ada beberapa kisah tentang janji setia (yang saya perhatikan), diantaranya:

1. Kisah para hawariyyin (sahabat setia) nabi Isa A.S. ketika mereka dikonfirmasi tentang kesetiaan mereka dalam menolong agama Allah. (QS. Ali Imran:52) dan [QS. Ash-Shaf:14)

2. Kisah bai’atur-Ridhwan (janji setia) 1,400 sahabat di bawah sebuah pohon yang terletak di Hudaibiyah. (QS. Al-Fath:10)

3. Janji setia para perempuan kepada Rasulullah SAW untuk tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah; tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anaknya, dst. (QS. Al-Mumtahanah:12)

Ketika berbicara kesetiaan dalam konteks kesetiaan kita kepada sang khalik, Allah SWT, patuh kepada-Nya, maka jadi jelaslah hakikat kesetiaan yang sebenarnya.

Kesetiaan seorang karyawan bisa berupa tidak membocorkan rahasia perusahaan ke kompetitor, tidak menerima suap dari vendor (melanggar peraturan perusahaan), dll. Bukan berarti setia kepada perusahaan lalu tidak boleh pindah ke perusahaan lain yang bisa memberikan karir yang lebih baik. Tapi kesetiaannya bisa berupa menghargai kontrak kerja, patuh pada jam kerja yang berlaku, atau mungkin contoh lainnya. Hal-hal yang bisa ditarik korelasinya dengan etos kerja seorang muslim: profesional dalam bekerja.

Kesetiaan seorang pembantu bukan berarti dia tidak boleh pindah ke majikan lain yang bisa memberinya gaji lebih besar, tapi bisa berupa menjaga rahasia keluarga majikannya (tidak menggosipkannya dengan orang lain), menjalankan amanat untuk menjaga harta keluarga (tidak mencuri), dll –sepertinya semua hal tersebut bisa dihubungkan dengan akhlak-akhlak terpuji seorang muslim juga.

Kesetiaan seorang suami kepada istri, dalam konteks kesetiannya dengan ketaatan kepada Allah, bisa berupa menjaga diri dari melihat foto-video yang memamerkan aurat yang bukan haknya, menjaga diri dari berzina (selingkuh tingkat tinggi), dll, semua yang pada dasarnya merupakan kesetiaan/ketaatan juga kepada Allah SWT.

Kesimpulannya, kesetiaan kepada sesama makhluk bukanlah merupakan hal yang besar, karena kalau seseorang sudah setia kepada Tuhan-nya –yaitu menjauhi semua larangan yang diperintahkan Tuhan-nya dan berusaha melaksanakan semua kewajiban yang diperintahkan Tuhan-nya- sudah pasti kesetiaan dalam konteks yang lainnya akan mengikuti.

Adanya kejelasan batas syariat membuat kita mudah mendefinisikan kesetiaan. Namun seperti kata orang “easier to said than done” (gampang ngomongnya, tapi susah praktekinnya). Kesetiaan kita kepada Allah diuji setiap hari, apakah kita bisa melakukannya? Kalau kita sudah setia kepada-Nya dalam berbagai aspek kehidupan, sudah pasti kita akan setia pula pada yang lainnya (dalam hal kebaikan).

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menjadi orang-orang yang setia kepada-Nya, setia terus sampai kita beranjak tua dan akhirnya bertemu dengan-Nya, dalam keadaan Dia ridho kepada kita, karena telah menjaga kesetiaan selama hidup di dunia *amin.

 


---000---

Balikpapan, 5 April 2012
Syamsul Arifin

Hardware dan Software Pencegah RSI

RSI (Repetitive Strain Injury) adalah salah satu ancaman serius kesehatan di tempat kerja. Data dari Occupation Safety and Health Administration (OSHA) Amerika menyatakan bahwa RSI merupakan masalah kesehatan kerja yang paling umum dan paling merugikan. Mempengaruhi ratusan ribu pekerja dan menghabiskan lebih dari US$ 20 Juta setiap tahunnya sebagai kompensasi.

Menurut Badan Statistik Ketenagakerjaan Amerika, hampir dua per tiga dari seluruh penyakit akibat kerja yang dilaporkan disebabkan akibat trauma berulang pada tubuh bagian atas (pergelangan tangan, sikut atau bahu). Salah satu contoh yang umum dari cedera semacam ini yaitu Carpal Tunnel Syndrome.

RSI dikenal juga dengan nama Repetitive Stress Injury, Repetitive Motion Injuries, Repetitive Motion Disorder (RMD), Cumulative Trauma Disorder (CTD), Occupation Overuse Syndrome, Overuse Syndrome, Regional Muscoloskeletal Diorder.

RSI adalah cedera musculoskeletal (otot-tulang) dan sistem syarat yang diakibatkan oleh gerakan berulang-ulang, pengerahan tenaga berlebihan, getaran, menekan peralatan (menekan permukaan benda yang keras), atau bekerja terus menerus dengan posisi yang tidak nyaman.

Saat ini, jutaan orang bekerja mempergunakan komputer. Penggunaan yang tidak benar, pengaturan komputer, ruangan, meja, dan kursi yang tidak tepat bisa mengarah kepada RSI.

Angka RSI mulai menanjak semenjak diperkenalkannya komputer pribadi oleh IBM tahun 1981. Menurut data Biro Ketenagakerjaan Amerika, di tahun 1981, RSI mengambil porsi 18% dari keseluruhan penyakit akibat kerja, dan pada tahun 1998, angka RSI meningkat menjadi 66%.

Jika anda mengetik dengan kecepatan 40 kata per menit, berarti anda telah menekan 12,000 tombol per jam atau 96,000 tombol selama 8 jam kerja. Dibutuhkan sekitar 8 ons tenaga untuk menekan 1 tombol, sehingga jari anda telah menekan sekitar 21 ton tenaga seharian.


Hardware Ergonomis

Ketika mengetik, kita melakukan postur tangan yang bukan merupakan posisi netral tangan. Memutar posisi tangan agar posisi tangan pas menghadap keyboar dan menekuk ke atas. Bahkan terkadang siku menjauhi badan dan umumnya tombol keyboard lebih tinggi sehingga semakin menyulitkan. 

Keyboard ergonomis yang terpisah atau yang dapat ditekuk bisa menjadi alternatif pilihan untuk mengurangi resiko RSI.

Keyboard terpisah didisain untuk menjaga agar posisi tangan tetap lurus, sedang keyboard yang dapat ditekuk berfungsi untuk mengurangi posisi tangan yang menekuk ke atas.

Demikian juga dengan mouse. Mouse yang kecil cenderung membuat tangan semakin mencengkram kuat, memberikan tekanan yang berlebih pada telapak tangan. Pada penggunaan yang lama, efek panas di tangan bisa menandakan indikasi bahwa mouse yang digunakan tidaklah cukup ergonomis. Cara memegang mouse yang tepat –dengan beristirahat di badan mouse, cara meng-klik tombol mouse –tidak mempergunakan ujung jari, bisa mengurangi resiko RSI.

Sebagai tambahan, pastikan juga tempat kerja sudah ergonomis. Miliki kursi yang ergonomis, menahan punggung anda dengan nyaman, dapat diatur/disesuaikan dengan postur tubuh. Posisi meja kerja dan monitor yang tegak lurus sehingga tidak membuat kepala anda menunduk –menimbulkan ketegangan di leher.


Software Ergonomis 

Posisi kerja yang terus menerus tidak bergerak mempengaruhi kondisi tubuh. Ketika kita bergerak, tubuh memompa darah dan oksigen lebih banyak, otot juga dapat melentur-menegang secara normal, hal ini tidak terjadi jika kita lebih banyak duduk diam di depan komputer. 

Karena itu, dikembangkan beberapa perangkat lunak/software yang berfungsi untuk mengingatkan jeda atau istirahat sejenak (micro-pause) dan bahkan dapat “membekukan” sementara komputer, sehingga memaksa pekerja agar beristirahat atau meregangkan badan.

Studi membuktikan bahwa micro-pause berpengaruh positif terhadap kesehatan dan juga produktifitas kerja.

Contoh software yang seperti itu adalah: Workrave, WorkPace, RSIGuard, PastTense, Break Reminder, RSIbreak, dan Micropause. Beberapa software tersebut tersedia secara freeware alias gratis. 

Selain itu, ada juga software yang dapat dipergunakan untuk mengurangi aktifitas mengetik namun tetap bisa menulis di komputer.

Dragon Naturally Speaking adalah salah satu contoh software yang dapat menuliskan hal-hal yang anda dikte-kan. Sedang Voice Finger RSI adalah software yang dapat mengenali perintah suara anda untuk mengendalikan mouse dan keyboard.


Teknologi yang Menyelamatkan 

Selain membawa kemudahan, kemajuan teknologi ternyata membawa bahaya kesehatan yang tersembunyi. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi, berkembang pula metode ataupun cara untuk melakukan mitigasi/pencegahan bahaya. Pergunakanlah inovasi teknologi yang sesuai sehingga dapat mencegah timbulnya cedera RSI di tempat kerja.


 

---000---

 

Syamsul Arifin, SKM

HES Engineer Chevron Kalimantan

Alumni K3 FKM UI 2001