Dari manakah sumber kebahagiaan?
Apakah datangnya dari luar (eksternal) ataukah dari dalam (internal) diri kita?Apakah bentuknya materi saja atau bisa berupa nonmateri?
Beberapa hal yang mungkin bisa membuat diri kita bahagia (dari sumber luar/eksternal), yang sifatnya materi:
- Mendapat uang/gaji besar
- Mendapatkan promosi jabatan
- Punya kendaraan, rumah yang bagus
Sumber kebahagiaan eksternal yang nonmateri:
- Memiliki pasangan hidup yang baik dan cantik
- Punya anak-anak yang baik, sehat dan cerdas
- Melakukan apa yang disenangi (terjun parasut, balap mobil, dll) atau aktifitas yang disukai (kumpul bareng teman cerita2, tertawa2 nonton film, makan, membantu orang, dll)
Menurut saya, kebahagiaan diatas lebih banyak yang bersifat short term/jangka pendek.
Uang banyak pas gajian, langsung hilang ketika ada banyak tagihan yang harus dibayarkan. Jabatan tinggi pusing juga ketika lingkup kerja semakin luas dan makin banyak yang harus diurus. Sebagus-bagusnya rumah tidak akan ditempati 24 jam dalam sehari, begitu juga dengan kendaraan. Istri yang cantik bisa jadi malah membuat tidak bahagia (bikin deg-degan/curiga/cemburu/posesif). Anak-anak juga ada masanya bikin mangkel, kesel atau menguji kesabaran. Aktifitas bisa membuat celaka terluka. Dst.
Kebahagiaan internal lebih bisa diandalkan sebagai sumber kebahagiaan jangka panjang (long term).
Namun apakah sumber internal kebahagiaan kita? Jawabannya adalah hati yang dekat dengan Allah.
Efek kebahagiaan internal ini tidak hanya terasa di dunia, tapi juga di negeri akhirat sana (post-world destination), tempat yang kekal abadi.
Dengan memiliki hati yang dekat dengan Allah, hati kita memiliki optimisme (yakin Allah maha berkuasa atas segala), yakin akan keadilan balasan segala kebaikan yang dilakukan diganjar berlipat dari-Nya/tidak peduli balasan yang diterima oleh orang lain baik sesuai ataupun tidak sesuai dengan pengharapan (misal sudah berbuat baik malah disakiti), hati menjadi pandai bersyukur (berbahagia dengan rezeki yang didapat baik besar maupun kecil), hati yang akhirnya mampu bersabar melewati cobaan.
Jiwanya gagah karena yakin bahwa dunia hanya sementara dan yakin bahwa Allah melihat manusia dari ketakwaannya, bukan dari fisiknya semata.
Jalannya tegak (namun bukan sombong) dan langkahnya mantap mengayun dalam berusaha. Tidak ada yang ditakuti, baik manusia maupun kejadian, karena keimanan bersemi di dalam dadanya.
Ketenangan yang memenuhi hatinya mengusir ketakutan, kekhawatiran, kesedihan, kegundahan, kegalauan -musuh kebahagiaan di dunia.
Jadilah ia memiliki jiwa yang berbahagia, karena dekat dengan Allah, sumber kebahagiaan dunia dan akhirat...