Kolom opini kedua di Tribun Kaltim.
Tulisan tentang 5 Tingkat Sukses Pribadi dimuat di edisi Kamis, 29 Desember 2016.
Versi websitenya bisa dilihat di: http://kaltim.tribunnews.com/2016/12/29/lima-tingkat-sukses-pribadi-manakah-pilihan-anda
Pages
▼
31 December 2016
22 December 2016
5 Tingkat Sukses Pribadi (5i)
Setiap manusia mau sukses. Tapi apa sebenarnya kesuksesan
itu?
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kesuksesan
sebagai keberhasilan atau keberuntungan; kamus Oxford mendefinisikan sukses
sebagai the accomplishment of an aim or
purpose (tercapainya suatu tujuan); sedang kamus Merriam-Webster memberikan
salah satu definisi sukses yaitu favorable
or desired outcome; also: the attainment
of wealth, favor, or eminence (hasil akhir yang disukai, bisa berupa
tercapainya kesejahteraan, kebaikan, atau kedudukan).
Zig Ziglar, dalam bukunya Born to Win mengatakan bahwa
sukses tidak bisa didefinisikan dalam satu kalimat, tapi bisa berupa banyak
hal.
Saya sepakat, bahwa memang sulit mendefinisikan makna
kesuksesan. Setiap pribadi bisa beragam dalam menginterpretasikan suksesnya
masing-masing. Karena itu, bisa jadi tidak ada satu definisi sukses yang cocok untuk
semua orang.
Namun, penulis coba membuat tingkatan atau tangga-tangga
kesuksesan. Ada 5 tingkat kesuksesan dalam opini saya. Mari kita bahas mulai
dari tangga yang paling bawah.
5. Materi
Ini adalah indikator paling umum yang dipakai kebanyakan
orang. Seberapa besar harta yang dimiliki, seberapa luas tanah, seberapa banyak
kendaraan-uang- perhiasan, seberapa mewah rumah, dan lain sebagainya.
Satuan materi yang dapat dianggap sukses bisa berbeda
bagi setiap orang. Ada yang sudah merasa sukses kalau sudah punya motor, ada
yang kalau sudah punya rumah sendiri/tidak mengontrak baru menganggap dirinya
sukses, dan lain sebagainya.
4. Sosial
rekognisi
Jika sudah memiliki materi yang berlebihan, beberapa
orang tidaklah merasa cukup. Perlu setingkat lebih lagi. Kedudukan.
Maka tidaklah heran, kalau kita melihat banyak orang yang
sudah memiliki harta melimpah, mengejar kedudukan yang diakui oleh masyarakat
atau komunitas. Jabatan tinggi.
Pengakuan sosial menjadi penting. Jabatan publik, pejabat
negara, dan lain sebagainya menjadi target kesuksesan selanjutnya.
3. Jasmani
Sukses secara fisik, menurut saya jauh lebih penting dari
dua kesuksesan yang telah disebutkan sebelumnya.
Banyak orang yang hartanya melimpah, tapi tubuhnya tidak
sehat, jiwanya sakit. Bisa membeli beragam makanan, tapi tidak bisa memakannya,
karena ada pantangan kesehatan misalnya. Kolesterol tinggi menghalanginya
mengecap renyahnya daging bakar; diabetes mencegahnya memakan nasi putih, dan
lain sebagainya.
Oleh sebab itu, sebagian besar orang harus bisa lebih
bersyukur, kalau memiliki tubuh yang sehat. Meskipun dia bisa jadi tidak
memiliki harta yang melimpah ataupun jabatan yang tinggi, tapi tidak ada
penyakit serius dalam tubuhnya yang membatasinya menikmati hidup ditengah
kesederhanaannya, itu sudah bisa dianggap sukses.
2. Family
Kesuksesan yang lebih besar lagi yaitu memiliki keluarga
yang sukses. Seperti apa keluarga yang sukses? Menurut opini saya, keluarga
yang sukses adalah keluarga yang bahagia, tentram. Memiliki pasangan hidup yang
baik, setia, mendukung; memiliki anak-anak yang sehat, tidak bermasalah (tidak
terlibat narkoba, tidak hamil diluar nikah, misalnya), berbakti kepada
orangtua, dan semisalnya.
Inilah kesuksesan yang utama. Mau seberapa banyak harta
terkumpul, mau setinggi langit jabatan dipegang, tapi kalau keluarga
berantakan, apalah artinya.
1. Ruhani
Tingkat tertinggi kesuksesan adalah memiliki ruhani yang
penuh keimanan. Jadi pribadi yang taat, patuh kepada perintah Tuhan dan menjaga
diri dari larangan-Nya. Karena kesuksesan sejati itu bukanlah di dunia ini.
Sebagai bangsa yang menjadikan ketuhanan yang maha esa
sebagai sila pertama prinsip kebangsaannya. Sebagai pribadi yang beriman, yang meyakini
adanya hari akhir/akhirat. Kesuksesan kita adalah ketika kita berada di surga,
dengan Tuhan meridhoi amal perbuatan kita selama di dunia.
Ada yang menyatakan bahwa 1 hari di akhirat setara dengan
1,000 tahun di dunia. Jika diasumsikan umur manusia 63 tahun (di dunia), maka
63 tahun dunia x 1 hari akhirat/ 1,000 tahun dunia = 0,063 hari akhirat x 24 jam = ± 1,5 jam (di akhirat). Seumur
hidup kita di dunia hanya terasa satu setengah jam saja di akhirat.
Padahal nanti setelah meninggal, kita akan berada di alam
kubur, dan selanjutnya akan kekal di akhirat (entah di dalam surga atau di
neraka, hanya ada satu pilihan) tergantung iman dan amal perbuatan.
Maka, adakah yang lebih sukses dari pada hidup kekal di
surga yang penuh dengan kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan hati, tidak
pernah terlihat mata, ataupun didengar telinga? Dan adakah kerugian yang paling
celaka selain hidup kekal di dalam siksa neraka, karena kita telah banyak bergelimang
dosa selama 1,5 jam tidak mampu mengendalikan diri ketika di dunia?
Inilah makna kesuksesan saya, tingkat tertingginya adalah
sukses menjaga keimanan dan keistiqomahan menapaki dunia. Itu saja.
---000---
Balikpapan, 19 Desember 2016
Syamsul Arifin, SKM. MKKK.
Tidur Bayi yang Selamat
Sekitar 3,500 bayi meninggal setiap tahun di Amerika
karena kematian terkait tidur, penyebabnya antara lain karena sindrom kematian
bayi mendadak/Sudden Infant Dead Syndrome
(SIDS), kematian karena sakit, dan sesak napas atau jalur nafas tersumbat
secara tidak sengaja di tempat tidur.
Akademi dokter anak di Amerika (Amerian Academy of Pediatrics), Oktober 2016 ini baru saja
menerbitkan makalah rekomendasi terkait kondisi tidur bayi untuk mencegah SIDS
dan kematian bayi terkait di tidur.
Pertama, selalu tidur dalam posisi punggung di bawah.
Untuk mencegah risiko SIDS, bayi harus selalu ditidurkan
dalam posisi supinasi/telentang
(seluruh punggung di alas tidur) sampai berusia 1 tahun. Tidur miring juga
dianggap tidak selamat dan tidak direkomendasikan.
Posisi supinasi akan mengurangi risiko tersedak dan sesak
napas pada bayi, bahkan pada bayi yang menderita penyakit gastroesophageal
reflux (GERD) –kondisi dimana asam lambung atau isi lambung berbalik ke saluran
makan/esophagus, aliran kembali/reflux ini bisa membuat iritasi.
Kedua, penggunaan alas tidur yang kokoh.
Penggunaan alas tidur yang kokoh semisal matras di dalam
boks bayi/crib yang dilapisi dengan
seprai yang ketat tanpa tambahan alas lain ataupun mainan akan mengurangi
risiko SIDS dan sesak napas.
Permukaan yang kokoh menjaga bentuk permukaannya agar
tidak berlekuk atau membentuk kepala bayi. Matras yang terlalu lembut dapat
membentuk lekukan sehingga bayi bisa tersekat nafasnya jika ia berguling di
posisi pronasi/telungkup (berbaring
dengan wajah menghadap matras).
Benda lembut semisal bantal, selimut, meskipun yang dilapisi
sarung/pelapis sebaiknya juga tidak dipergunakan sebagai alas tidur bayi.
Ketiga, bayi direkomendasikan untuk tidur di kamar orang
tua, dekat dengan tempat tidur orang tua namun mempergunakan tempat tidur bayi
yang berbeda, idealnya hal ini dilakukan sampai anak berusia 1 tahun, atau
setidaknya ketika 6 bulan pertamanya.
Penelitian menunjukkan bukti bahwa tidur di kamar orang
tua dengan mempergunakan tempat tidur yang berbeda akan mengurangi risiko SIDS
sebesar 50%. Penataan seperti itu akan mencegah sesak nafas, tercekik, atau
tertindih secara tidak sengaja yang dapat menyebabkan kematian jika bayi tidur
di satu tempat dengan orangtuanya.
Dengan tidur di satu ruangan dengan orang tua, membuat
bayi selalu termonitor dan dalam jangkauan orang tua, dan memudahkan jika
diperlukan pemberian ASI (Air Susu Ibu). Setelah memberi ASI, bayi dikembalikan
lagi ke tempat tidurnya yang terpisah dengan tempat tidur orang tua.
Keempat, hindari penggunaan seprai-selimut yang lembut,
alas tidur yang longgar di tempat tidur bayi yang dapat menyebabkan napas bayi
tersekat, tercekik atau terjerat.
Sebagian besar bayi yang meninggal akibat SIDS
dikarenakan kepalanya tertutup oleh alas tidur. Karena itu, di tempat tidur,
tidak boleh ada bantal, alas tidur, selimut, atau benda lain yang bisa
menghalangi pernapasan bayi atau menyebabkan kepanasan di tempat tidur bayi.
Kelima, penggunaan empeng/pacifier.
Mestki mekanismenya tidak diketahui, ada studi yang
menyebutkan bahwa penggunaan empeng dapat menurunkan risiko SIDS. Jika
mempergunakan empeng ketika bayi tidur, empeng tidak perlu dimasukkan lagi ke
mulut bayi jika bayi sudah tertidur. Dan jika bayi sudah menolak empeng, jangan
dipaksa.
Empeng tidak boleh dikalungkan pada bayi karena bisa
menyebabkan bayi tercekik. Empeng yang dipasang di baju bayi juga sebaiknya
tidak dipergunakan ketika bayi tertidur. Bayi yang sedang menyusui juga
sebaiknya tidak diperkenalkan dengan empeng sampai dia sudah bisa menyusuinya
dengan baik.
Keenam, tidur-tiduran dalam posisi telungkup (kondisi
bayi melek) dalam pengawasan orang tua direkomendasikan untuk membantu
perkembangan dan mencegah terjadinya plagiocephaly atau sindrom kepala rata.
Beberapa rekomendasi lain untuk pengurangan SIDS antara
lain yaitu menghindari bayi dari paparan asap rokok, alkohol dan obat-obatan
terlarang; pemberian ASI; dan imunisasi rutin.
---000---
Penulis:
Syamsul Arifin, SKM. MKKK.
Praktisi dan pengajar K3 Balikpapan
Referensi:
·
American Academy of Pediatrics. SIDS and Other Sleep-Related Infant Deaths:
Updated 2016 Recommendations for a Safe Infant Sleeping Environment. 2016.
USA
·
The Atlantic. The Worst Place to Fall Asleep With a Newborn Baby. Diakses di
http://www.theatlantic.com pada 28 Oktober 2016
·
American Academy of Pediatrics. Video - Announces New Safe Sleep
Recommendations to Protect Against SIDS. Diakses di http://www.youtube.com
pada 28 Oktober 2016
19 December 2016
Artikel di Koran Tribun Kaltim dan Reportase Balikpapan Pos
Alhamdulillah, artikel "posisi tidur bayi yang selamat" dimuat di Tribun Kaltim, edisi Senin, 21 Nov 2016 :)
*waktu itu masih bisa dicek di epaper tribun kaltim: http:// kaltim.tribunnews.com/ epaper/index.php?hal=10# jadi sempat saya ambil screenshoot artikelnya.
Atau cek juga content artikelnya di web Tribun Kaltim di: http:// kaltim.tribunnews.com/2016/ 11/21/ simak-yuk-ini-posisi-tidur- bayi-yang-selamat
Beberapa waktu lalu (9 Des 2016), ketika habis mengisi media sharing session yang diselenggarakan tim GAOS (Goverment Affair Operation Support) kantor kepada wartawan koran, radio, koran, asosiasi PWI (Perhimpunan Wartawan Indonesia) Balikpapan, dan SKK Migas,
Juga ada liputannya di koran Balikpapan Pos (walaupun ngga ada foto saya), bisa di cek di: Hal 10 Balikpapan pos edisi 10 Des 2016, http://epaper.balikpapanpos.co.id/arsip/byTanggal/2016-12-10
Dan foto reportase di Kaltim Post, edisi 10 Des 2016, hal 40, bisa dilihat di epaper http://epaper.kaltimpost.co.id/arsip/byTanggal/2016-12-10
*waktu itu masih bisa dicek di epaper tribun kaltim: http://
Atau cek juga content artikelnya di web Tribun Kaltim di: http://
Beberapa waktu lalu (9 Des 2016), ketika habis mengisi media sharing session yang diselenggarakan tim GAOS (Goverment Affair Operation Support) kantor kepada wartawan koran, radio, koran, asosiasi PWI (Perhimpunan Wartawan Indonesia) Balikpapan, dan SKK Migas,
Juga ada liputannya di koran Balikpapan Pos (walaupun ngga ada foto saya), bisa di cek di: Hal 10 Balikpapan pos edisi 10 Des 2016, http://epaper.balikpapanpos.co.id/arsip/byTanggal/2016-12-10
Dan foto reportase di Kaltim Post, edisi 10 Des 2016, hal 40, bisa dilihat di epaper http://epaper.kaltimpost.co.id/arsip/byTanggal/2016-12-10