Apakah kekayaan, jabatan, atau ketenaran?
Apakah kau sudah putuskan apa yang akan kau cari di dunia ini? Sebab itulah yang akan jadi fokus perhatian, tempat mencurahkan tenaga, waktu, dan biaya.
Jika keridhoan-Nya yang jadi tujuan. Jika kejayaan Islam/kebangkitan Islam yang kamu tuju. Maka banyak hal tidak penting yang bisa kamu lewati.
Segala hal jadi remeh. Dunia jadi tak berarti.
Mungkin ini yang menjadikan sikap para sahabat begitu 'aneh'.
Tidak takut, tidak peduli pada banyak hal. Dan hanya takut, hanya peduli pada 1 hal: bagaimana pandangan Tuhan-ku terhadap apa yang kulakukan.
Mereka merasa dekat. Merasa selalu dalam pengawasan. Mencintai hal-hal yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang menjauhkan diri kepada-Nya.
Mereka begitu enak. Dekat dengan contoh teladan. Lihat banyak mukjizat dan keajaiban. Sedang kami jauh terpisahkan ruang dan waktu.
Cobaan mereka berbeda. Dan cobaan kamipun tidak kalah sederhana.
Teringat ketika pasca penaklukan Mekkah, ketika para mualaf mendapatkan ghanimah yang begitu banyak. Para sahabat ini berkeberatan hati dengan Nabi. Sampai-sampai Nabi perlu mengumpulkan merela dan menjelaskan kedudukan mereka di hati Nabi.
"Mereka pulang membawa harta, sedang kalian pulang membawa Nabi", itu sabda beliau, yang membuat hati mereka jauh lebih ridha dari sekedar harta remeh dunia.
Lalu, kamu pulang membawa apa Syamsul? Apakah ada yang menjaminmu, sedang mereka dijamin Nabi?
Padahal belum tentu kamu selamat dari cobaan dunia, belum pasti kedudukanmu di akhirat sana.
Maka, apa yang kamu cari, Syamsul..?
Ya Allah, ajari kami, bimbing kami, lindungi kami, dan berikanlah kami kedudukan yang tinggi di sisi-Mu dan di hati utusan-Mu?