(Perceived) kekuatan/power ternyata tidak hanya muncul dari ketinggian posisi/jabatan, kemelimpahruahan harta, warisan ras/jalur nasab/keluarga/darah/kasta/marga tertentu saja, namun bisa juga muncul dari merasa diri lebih tahu/pintar dari orang lain.
Menarik.
Ketika kita merasa diri lebih baik dari orang lain (logisnya kita merasa orang lain lebih rendah juga), akan membuat kita kehilangan kesempatan untuk belajar atau mengambil ilmu/hikmah yang dibawa orang tersebut.
Bagaimana mungkin orang yang lebih kuat-tinggi-hebat-pintar akan mau menerima masukan dari orang yang lebih lemah-rendah-lemah-bodoh?
Beri tahu, bantu, arahkan, tunjukkan kalau memang tidak tahu, kurang baik, atau keliru. Tidak perlu diserang-dijelekkan-dicari kelemahan. Tidak perlu juga menunjukkan kalau anda lebih hebat, karena punya kekuasaan untuk membatalkan/menentukan lanjut atau tidak lanjutnya perjalanan akademik seseorang.
Power imbalance itu sebetulnya cuma masalah persepsi saja, merasa lebih tahu, padahal belum tentu seperti itu faktanya.
Tak usah sombong, karena kesombongan itu selendang Tuhan, hanya Ia yang berhak menggunakannya. Iblis terusir karenanya. Maukah dirimu mengikuti jejak langkahnya?