Pages

22 November 2007

Kewajiban Ikhwan

Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam atas pemimpin para nabi, Muhammad saw, beserta keluaga, para sahabat dan mereka yang mengikuti dengan baik hingga hari pembalasan. Selanjutnya…

Tidak diragukan lagi akibat keras dan pahitnya realita, dan kuatnya tekanan; dari internal secara umum bangsa mengalami kerusakan system yang berkuasa, dan secara khusus para du’at mengalami berbagai perang, tipu daya, tekanan dan penyiksaan, dihadapkan dengan berbagai tuduhan bathil, diajukan kepengadilan secara dzalim, kehormatan dihinakan dan keluarga diintimidasi, gerak dan kebebasan mereka dibelenggu, harta dan kekayaan mereka dirampas serta jabatan dan pekerjaan mereka dijauhkan!!

Adapun diluar mereka dihadapkan dengan persekongkolan, rekayasa, proyek dan agenda dengan maksud menguasai dan mengkebiri kita, menjajah negeri, mengotori kesucian, merampas sumber daya alam, mencabik-cabik persatuan, menghalangi kebangkitan, menghancurkan azimah seperti yang kita saksikan di Palestina, Iraq, Afghanistan, Somalia, sudan dan Lebanon serta Negara dan dunia Islam lainnya.

Dihadapan kenyataan yang kelam dan suasana yang ironi ini, kami sampaikan kepada umat secara umum –dan ikhwan khususnya- janganlah menyerah dengan merendah diri dan putus asa, tunduk dengan merasa hina dan lemah dan marilah kita semua renungkan firman Allah SWT : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’ dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (Ali Imron : 139-140) dan sabda nabi dan pemimpin kita yang tercinta saw saat menghadapi permusuhan “Wahai Dzat yang memiliki hari pembalasan, hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan”, inilah yang kita jadikan bekal –al-hamdulillah- dalam setiap rakaat dari setiap shalat.

Wahai al-ikhwan al-muslimun dan wahai umat manusia seluruhnya… sikapilah realita ini dengan baik, lakukanlah persiapan dengan senjata yang memadai, dengan melakukan sebab-sebab yang dibutuhkan dan kewajiban yang difardhukan, diantaranya:

1. Hubungan yang kuat kepada Allah

Tidak ada kerajaan kecuali milik-Nya, tidak ada perkara kecuali perkara-Nya, tidak ada hukum kecuali hukum-Nya, tidak ada Tuhan selain-Nya dan tidak ada Rabb kecuali Dia “Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya”. (Huud : 56) “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia”. (Yasiin : 82), dan seluruh yang diserahkan kepada-Nya oleh hamba yang shalih dan mujahid tersimpan di tempat kemuliaan dan karunianya, maka petunjuk hanyalah dari-Nya saja “Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah Aku bertawakkal dan Hanya kepada-Nya-lah Aku kembali. (Huud : 88), dan pertolongan hanya dari-Nya saja “(Muhammad) berkata: “Ya Tuhanku, berilah Keputusan dengan adil. dan Tuhan kami ialah Tuhan yang Maha Pemurah lagi yang dimohonkan pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu katakan”. (Al-Anbiya : 112), dan keteguhan hanya dari-Nya saja “Dan kalau kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.” (Al-Israa : 74), dan kemenangan hanya dari-Nya saja “Sesungguhnya kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (Ghafir : 51)

Maka temukanlah ini semua dan dari selainnya serta dari selainnya –dari apa yang anda harapkan dan cintai wahai ikhwan al-muslimun- melalui Allah saja; dengan menjalin hubungan yang kuat dengan-Nya, tawakkal kepada-Nya, dan ingatlah arahan Rasulullah saw :

-: “تعرَّفْ إلى الله في الرخاء يعرفْك في الشدة”،

“Kenalilah Allah pada saat senang sehingga Dia akan mengenalmu pada saat susah”.

Hendaklah kita mengenal kepada-Nya dengan ikhlas beribadah kepada-Nya, senantiasa taat, mengamalkan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, banyak berdzikir (mengingat) kepada-Nya, berinteraksi dengan kitab-Nya, menjaga waktu-waktu malam dengan ibadah, mengisi waktu sahur dengan ruku’, sujud, doa (munajat), dan air mata. Begitu dahsyatnya kesadaran sang Sholahuddin –rahimahullah- dan apa yang didapati dengan sunnah kemenangan dan kekalahan; ketika memantau dan melakukan inspeksi perkemahan pasukan di kegelapan malam, membangunkan orang yang tertidur untuk tahajjud dan munajat, dan memberikan peringatan kepada mereka dengan ungkapannya : “siapa yang seperti kalian akan kami berikan”.!

2. Merpersenjatai diri dengan ilmu pengetahuan

Setiap manusia yang berakal dan cerdas harus mempersenjatai diri dengan ilmu pengetahuan dan membekali diri dengan tsaqofah; sehingga memiliki wawasan terhadap setiap peristiwa dan masalah secara benar, memutuskan hukum secara tepat, melakukan aktivitas secara baik, dan ilmu pengetahuan ini lebih berhak atas seorang muslim; karena dirinya menyadari bahwa kata yang pertama kali diturunkan Allah dalam Al-Quran Al-Karim adalah : “Iqra” (Bacalah), kemudian membaca hal yang dapat menunjukkan bacaan dan membenarkan arahnya; agar menjadi di dalamnya manusia yang bermanfaat, memberikan kebaikan, membangun dan memakmurkan, seperti firman Allah “dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan” (Al-Alaq : 1), kemudian menyebutkan kata-kata wahyu pertama setelah bacaan sarana menuntut ilmu dan pengetahuan kedua yaitu tulisan, seperti dalam firman Allah : “Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Mulia. Yang telah mengajarkan dengan pena. Mengajarkan manusia sesuatu yang tidak diketahui”. (Al-Alaq : 3-5), dan karena seorang muslim selalu membaca juga firman Allah : “Dan katakanlah –wahai Muhammad- Ya Allah tambahkanlah kepadaku ilmu”. (Toha : 114) dan membaca doa nabi saw :

اللّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا، وَالْحَمْدُ لِلّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، وَأَعُوذُ بِاللّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ” (سنن ابن ماجة عن أبي هريرة).

“Ya Allah berikanlah manfaat dari ilmu yang telah saya pelajari, dan karuniakanlah ilmu yang bermanfaat bagiku, tambahkanlah kepadaku ilmu, segala puji bagi Engkau dalam segala hal, dan aku berlindung kepada Allah dari adzab neraka”. (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

Seorang muslim juga cerdas terhadap tujuan nasihatnya saw kepada Abu Dzar :

: “يا أبا ذر، لأن تغدوَ فتعلم آيةً من كتاب الله خيرٌ لك من أن تصلي مائة ركعة، ولأن تغدو فتعلم بابًا من العلم عُمِل به أو لم يُعمل به خيرٌ لك من أن تصلي ألف ركعة” (سنن ابن ماجة عن أبي ذر)

“Wahai Abu Dzar, Sungguh engkau pergi mengajarkan satu ayat dari kitab Allah lebih baik bagimu dari shalat sebanyak 100 rakaat, pergi mengajarkan satu bab dari ilmu, diamalkan atau tidak diamalkan lebih baik bagimu dari shalat sebanyak 1000 rakaat”. (HR. Ibnu Majah dari Abu Dzar)

Begitupun dengan memahami hikmah para salafusshalih .. “Semoga Allah merahmati seseorang yang terkenal pada masa hidupnya dan istiqomah pada jalannya”

Jika seperti ini kondisi setiap muslim dengan memiliki pengetahuan dan tsaqofah; maka kalian wahai ikhwan lebih utama dan berhak darinya, kalian akan menghadapi setiap berbagai macam fikroh (ideology) dan pandapat, teori dan filsafat, dalam berbagai sisi dan dimensi, maka dari itu perbanyaklah wahai ikhwan dalam mempelajari buku-buku, majalah-majalah, Koran dan surat kabar, cermatlah dalam memantau berita-berita pada saluran dunia, kantor berita international dan berbagai peristiwa lainnya dari antena parabola; agar bisa mengikuti peristiwa dan perkembangan, dan memiliki kemampuan mengemban amanat dan risalah.

3. Tanggung jawab dan semangat yang tinggi

Hendaklah mengisi hati dengan perasaan yang memiliki tanggungjawab terhadap agama, dakwah dan umat..perasaan ini yang kami perhatikan terdapat pada sikap Abu Bakar As-Shiddiq –saat mencegah sebagian a’rab yang tidak mau membayar zakat; beliau berkata dalam ungkapannya yang menakjubkan : “telah putus wahyu dan sempurna agama, apakah berkurang ajaran agama sementara saya masih hidup, apakah berkurang ajaran agama sementara saya masih hidup”. Begitupun yang kami dapati pada diri Sholahuddin rahimahullah –orang yang paling kuat mengikuti sunnah, dalam satu kondisi dirinya tidak mampu tersenyum dan ketika ditanya alasannya beliau menjawab dalam ungkapan yang menakjubkan : “Bagaimana saya dapat tertawa sementara al-Aqsho tertawan”, maka dengarkanlah wahai orang-orang yang suka bergurau dan bercanda.

Perasaan yang kuat akan tanggung jawab inilah yang bersinar dalam jiwa dan semangat yang tinggi, azimah yang kokoh yang mampu memudahkan segala kesulitan, meringankan segala beban dan mendekatkan segala yang jauh.

Sudahkah kalian menyaksikan kondisi sahabat sebelum perang Badr, ketika lepas dalam memantau kafilah, berjalan dalam khayalan dan pedang yang berkilat, dipelupuk mata ada warna darah, sementara dihidungnya tercium bau kematian, Al-Miqdad bin Amru berbicara dengan lisan para muhajirin; sebagian ungkapan beliau adalah : “Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, jika engkau membawa kami menuju lembah yang dalam maka kami akan mengikutimu hingga engkau sampai padanya”. Sedangkan Sa’ad bin Muadz mewakili lisan Anshor dengan bersumpah beliau berkata : “Demi dzat yang mengutusmu dengan benar, jika engkau mengarungi lautan ini, lalu engkau ingin kami mengikutinya maka kami akan ikut bersamamu dan tidak ada seorangpun dari kami yang menyimpang”.

Semangat yang tinggi dan menyala telah menggerakkan generasi awal yang unik dan istimewa ini; terjun dalam perang demi perang, melaju marhalah demi marhalah dan melahirkan prestasi demi prestasi sehingga terjadi perubahan –dalam waktu yang singkat- kondisi Islam dan kaum muslimin, dari sembunyi-sembunyi kepada mujahadah secara terang-terangan dan keperkasaan, dari kondisi sedikit dan minoritas kepada kekuatan dan mayoritas, dari perasaan hina dan rendah diri menuju kewibawaan dan kejayaan.

Untuk itulah bekerjalah wahai orang-orang yang memiliki kesungguhan bekerja, bersemangatlah orang-orang yang memiliki kesungguhan, karena tidak akan baik akhir umat ini kecuali dengan kebaikan pada awalnya.

4. Berjiwa positif

Yaitu sikap yang mampu mendorong pemiliknya untuk bersegera mengambil al-maslahah (kebaikan) untuk orang lain –individu ataupun jamaah- dan meninggalkan kerusakan darinya, sekalipun perkara tersebut bukan dalam kewajiban syar’i… saksikan Khobbab bin Al-Mundzir ra –saat beliau melihat peristiwa yang dipilih oleh nabi saw; sambil bertanya dengan etika dan terus terang: Wahai Rasulullah, apakah posisi ini yang telah diturunkan Allah kepadamu sehingga tidak ada bagi kami mendahului atau terlambat, atau itu merupakan taktik perang, pendapat dan tipu daya?! Maka nabi menjawab : “Ini adalah perang, pendapat dan tipu daya. Lalu Khabbab berkata lagi tanpa rasa ragu: tempat ini bukanlah posisi yang tepat, namun kita harus berada diposisi paling rendah yang ada airnya, sehingga kita bisa membuat lembah, lalu kita kuasai semua sumur, kita dapat minum sementara mereka tidak bisa minum, kita bisa meneguk air namun mereka tidak bisa, nabipun akhirnya mengikuti pendapat tersebut dan menjadi salah satu penyebab kemenangan yang besar dalam perang yang menentukan.

Lihatlah Umar ra yang memberikan pendapat untuk membunuh tawanan perang tanpa belas kasih; sehingga menjadi pelajaran bagi setiap orang yang berani melecehkan agama ini atau melecehkan kaum muslimin; maka turunlah wahyu yang menyetujui pendapatnya dan menetapkan sikapnya : “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Anfal : 67) lihatlah kepadanya saat menyampaikan pendapat kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Quran setelah banyak berjatuhan korban dari para penghafal Al-Quran saat perang Al-Yamamah memerangi pasukan Musailamah al-Kadzab, namun Abu bakar menolak pendapat beliau hingga akhirnya dilapapangkan dadanya oleh Allah terhadap perkara tersebut, sungguh ini merupakan pendapat yang lurus dan tepat sehingga terwujud dengannya janji Allah dengan memelihara kitab-Nya yang kekal dan wahyunya yang menjadi penutup.

Maka dari itu bersemangatlah –wahai ikhwan- mengikuti fenomena ini, berada pada kondisi seperti ini, karena dengan itulah agama kalian akan tetap mulia, dakwah akan menang serta umat akan bangkit.

5. Menjalin silaturrahim dengan masyarakat

Begitu luas lapangan yang menjadi tujuan Islam yang mulia!! Dan begitu jauh jangkauan yang ingin dicapai olehnya!! Bertujuan menjangkau bumi demi bumi, menyapa setiap insan… simaklah firman Allah : “Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali sebagai rahmat untuk sekalian alam”. (Al-Anbiya : 107) dan firman Allah : “Tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk seluruh manusia, member kabar dan peringatan”. (Saba : 28), dan tadabburkan sabda Rasulullah saw : “Aku diutus untuk semua yang berwarna merah dan kuning”. Maka setiap yang ingin melayani agama ini, mengemban amanah dakwah ini harus memperbaiki hubungan dan komunikasi dengan orang lain sekalipun terdapat perbedaan pendapat dan madzhab mereka.

Dalam kehidupan Rasulullah saw bagi kalian ada tauladan yang baik, beliau dikenal dan dicintai oleh orang yang keras dan dekat dari keluarga dan kaumnya, mereka mengakui kelurusan pendapatnya, akhlak yang baik dalam setiap munasabah dan kondisi yang berbeda; seperti mereka rela atas keputusan diantara mereka saat berselisih dalam peletakkan hajar aswad setelah melakukan renovasi ka’bah, mereka berkata : ini adalah kejujuran…kami rela dengan keputusannya, lalu merekapun mentaati hukum yang telah diputuskan.

Begitupun mereka menegaskan kesaksian mereka dengan kejujuran dan amanah pada awal pertemuan yang ramai bersama mereka setelah beliau diperintah melakukan dakwah jahriah (terang-terangan), saat mereka bertanya : “Apa pendapat kalian jika aku kabarkan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda di balik gunung ingin menyerang kalian, apakah kalian mempercayainya”.! Mereka menjawab dengan serentak: Ya kami percaya, karena kami tidak pernah mendapatkan dalam diri kamu kebohongan sedikitpun.. demikian pula Khadijah bersumpah kepadanya saat melihat pertama kali diturunkan wahyu kepadanya : “Demi Allah, Allah tidak akan menyesatkan dirimu”. kemudian diapun memberikan alasan dengan apa yang Allah inginkan menuju kemenangan dan keselamatan : “Sungguh engkau akan menyambung rahim (silaturrahim), memuliakan tamu, meringankan beban, mengadakan yang hilang dan membantu para pencari kebenaran”.

Maka hendaklah setiap kalian wahai ikhwan keluar dari kondisi yang tidak baik, negative yang ironis, sikap malu yang tercela, hendaklah diantara kalian berinteraksi dengan manusia dan berkomunikasi, memberi pengaruh dan perubahan, khususnya pada marhalah ini; sehingga mereka menerima kalian dalam berbagai pemilihan, memberikan kepercayaan kepada kalian, dan memberikan amanah diatas pundak kalian serta menjadi delegasi untuk menjadi penyambung lidah mereka terhadap masalah dan meminta kalian untuk memelihara hak-hak mereka dan menjaga kepentingan mereka, dan selalu husnudzon terhadap kalian, karena kalian memiliki hak, dan Allah akan menghisab perbuatan kalian, dan tidak ada seorangpun yang dapat mentazkiyah diri kecuali Allah dan cukuplah Allah pelindung kita dan sebaik-baik pelindung.

Shalawat dan salam atas nabi Muhammad saw beserta keluarga dan sahabat dan akhir seruan kami adalah segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam.

___

Risalah dari Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun, 25-10-2007

Sumber: http://www.al-ikhwan.net/index.php/risalah-ikhwan/2007/kewajiban-ikhwan/

No comments:

Post a Comment