Pages

01 November 2007

Rahasia Di Balik Cerpen “Putus Cinta” Dengan Mengatasnamakan “Kemenangan Cinta”

Beberapa waktu yang lalu, saya posting cerpen dengan judul “Ketika Cinta Harus Menang”, isi ceritanya mungkin tidak seperti yang dibayangkan di judulnya, yaitu si tokoh pria utama tidak mendapatkan wanita yang ia inginkan.

Namun kenapa saya memakai judul “Ketika Cinta Harus Menang”..?

Ada komentar2 yang menanyakan kenapa judulnya kok “menang”, padahal dia tidak mendapatkan cinta yang ia inginkan… Salah satu komentar yang berupa masukan bagus berasal dari mba Novi (salah seorang penulis yang tulisannya sering di muat di rubrik oase eramuslim.com, saya suka lho mba tulisan2nya, karena dia itu menulis dengan hati, check her out more at akunovi.multiply.com), mba Novi bilang, klo ngga mendapatlan cinta yang dia mau, mungkin akan lebih indah klo di akhir cerita, si tokoh mendapatkan cintanya Allah. Hmmm…

Mungkin memang pesan yang saya selipkan kurang begitu tegas kali ya, makanya jadi agak gimana gitu ketika para pembaca membaca cerpen itu.

Saya menjawab, “coba diperhatikan lagi potongan artikel di awal cerpen dan potongan ayat di akhir cerpen”. (silakan cek cerpen tersebut dan baca potongan artikel di awal cerpen dan potongan ayat di akhir cerpen)

Kenapa saya menjawab seperti itu, karena pada dasarnya, pada saat dia mendapatkan gadis yang ia inginkan ataupun tidak, maka sesungguhnya ia tetap mendapatkan cinta dari Allah swt.

Bahkan bisa jadi, ketika dia tidak mendapatkan cinta seorang manusia di dunia, hal itu menunjukkan cinta Allah yang lebih besar kepadanya.

Perhatikan ayat berikut,

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. At-Taghaabun: 14)

Bisa jadi, kalau kita mendapatkan gadis yang kita inginkan, kita malah menjadi “kurang begitu baik” sebagaimana kita sekarang (jika tidak dapat dikatakan lebih buruk/merugi/celaka, sebagaimana konsep di surat Al Asr), sedangkan Allah telah menyiapkan seseorang yang jauh lebih baik, untuk dunia maupun akhirat kita.

Kalau mau dianalogikan secara mudah, kita ambil contoh seorang ibu yang amat cinta kepada anaknya, si anak bisa jadi menginginkan banyak hal, dan ibu yang bijak tidak akan serta merta memberikannya, ia akan memilihkan yang terbaik untuk anaknya. Si anak maunya makan permen terus, namun terkadang si ibu memberikan pilihan makanan sayur bayam (jadi ingat kisah si Popaye the Sailorman :) )

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216)

Dan bukankah Allah amat cintanya kepada kita,

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisaa': 29)

Dan terkadang kita suka sering bersifat sok “lebih tahu” dibandingkan Allah. Padahal Allah-lah Zat yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Semoga kita bisa bercermin kepada Nabi Yusuf as, ketika ia telah mengalami banyak cobaan besar dan ujian yang berat, bukan hanya sehari maupun dua hari, namun tahunan, dengan pilihan-pilihan yang terbatas. Coba kita renungi kembali perjalanan Nabi Yusuf as yang mengandung banyak hikmah/pelajaran, dan dengarkan apa yang beliau katakan,

Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Yusuf: 100)

Makanya, saya baru “ngeh” dengan kisah Bilal bin Rabbah ra, yang kalau melamar seseorang, dia berkata (potongan akhir kalimatnya yang berbunyi kurang lebih), “jika engkau menerima, kami ucapkan Alhamdulillah, dan jika engkau menolak, kami ucapkan Allahu Akbar

Ingat satu hal, “Pejuang Cinta Takkan Pernah Kalah”, karena orientasi cinta yang ada di dirinya adalah orientasi cinta yang menembus awan dunia dan bermuara pada cinta kepada Rabbnya. Semoga kita bisa menjadi “Pejuang Cinta Sejati”… amin

*is kariman aw mutsyahidan, keduanya adalah pilihan cinta yang sama-sama indah…

*untuk yang pernah bersedih karena “cintanya telah menang”, bergembiralah merayakan cinta, dan sambutlah (cari, -red) cinta yang telah Ia siapkan untukmu ^-^

12 comments:

  1. Hhhmmm... Kak Ipin, Aline mau buat cerpen, tapi komentari ya... Sudi gak? :)

    ReplyDelete
  2. Siip, insya Alah, nanti saya liat... :)
    Kasih tau ya lin kalo dah jadi :)

    ReplyDelete
  3. koreksi, ya mas Ipin....
    tulisan saya belum pernah dimuat di oase eramuslim, bener deh :D
    belum pernah ngirim juga, sempet sih disuruh teman, tapi belum sempat kirim.... pas baca ini saya jadi mikir... apa tulisan saya pantas ditaruh di oase eramuslim? :D
    kalo yang di: http://akunovi.multiply.com/ baru bener :D

    terus semangat menulis :)

    ReplyDelete
  4. subhanalloh, masalah cinta ga akan habis untuk dibahas untuk jadi tema cerpen dan tulisan lainnya...
    yups, setuju dengan yan ini:
    "Bahkan bisa jadi, ketika dia tidak mendapatkan cinta seorang manusia di dunia, hal itu menunjukkan cinta Allah yang lebih besar kepadanya."

    Mungkin, terjatuhnya seseorang untuk mencintai manusia adalah salah satu ujian bagi hamba-Nya. Seberapa besar cinta dia kepada manusia, hingga kadang lupa pada Allah sang pencipta.

    SEMANGAT...

    ReplyDelete
  5. @mba novi
    yakin tuh ya... hmmm... dulu saya dapet link MPnya dari mana ya :D
    wah, maaf deh klo salah... hihihi
    *jadi malu*

    ReplyDelete
  6. Hehehe..
    Eh, cerpennya belum jadi, Kak! Mandeg...:D

    ReplyDelete
  7. Ya udah, biari aja dulu, nunggu keluar ide... :)
    Diendapin aja dulu sebentar, trus mulai lagi.

    Atau baca2 tulisan terus, biar dpt ide :)

    Ksh tau ya klo dah jadi

    ReplyDelete
  8. :D

    sekarang udah iya :D

    hehehe

    bukan narsis, pin, tapi lucu kalo inget ini :D

    ReplyDelete
  9. iya, tau deh nopi yang tulisannya dah masuk "oase iman situs eramuslim" ^-^

    ReplyDelete
  10. Mungkin, terjatuhnya seseorang untuk mencintai manusia adalah salah satu ujian bagi hamba-Nya. Seberapa besar cinta dia kepada manusia, hingga kadang lupa pada Allah sang pencipta.

    (ngutip dari komennya mbak novi..)


    ReplyDelete