Pages

18 December 2007

Beramallah Selagi Masih Muda

Masa muda memang masa yang indah, penuh kenangan, dan memberikan nuansa yang berbeda dalam diri kita. Kita lebih mudah bernostalgia dengan masa muda kita, (mungkin) merasa lebih bahagia dan senang dengan masa muda kita, dan (terkadang) lebih gampang membanggakan diri ketika muda.

 

Sudah banyak sekali artikel maupun referensi yang menyatakan mengenai keutamaan masa muda, dan dapat kita temui dengan mudah artikel-artikel maupun tulisan yang membeberkan mengenai keistimewaan masa muda.

 

Salah satu argumen yang sering diutarakan dalam berbagai tulisan tersebut adalah hadits berikut.

 

Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskan; tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan; tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. " (HR. Tirmidzi)

 

Jika kita melihat sekilas hadits diatas, kesan yang pertama kali kita dapatkan mungkin akan sangat membebani diri kita. Peringatan yang keras agar kita berhati-hati dalam menghabiskan umur ketika muda.

 

Namun, kalau kita mau sedikit mengambil sudut pandang yang berbeda, apalagi kalau kita sekarang merasa masih muda, maka kita bisa melihat bahwasanya, masa muda seseorang itu memiliki keutamaan dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupan seorang anak manusia.

 

Kalau dalam bahasa penilaian ilmiah, mungkin pembobotan masa muda dibandingkan dengan masa lain menjadi lebih berat.

 

Sebagai sebuah ilustrasi, kita menghadapi ujian, dan soal ujian yang harus kita kerjakan terdiri dari beberapa bentuk: ada format pilihan ganda; mencongak/mencocokan; mengisi beberapa “titik-titik yang kosong” dengan pilihan kata/istilah yang tersedia pada sebuah esai; jawaban singkat; bahkan ada yang memerlukan jawaban esai yang sedikit panjang. Nah, mungkin saja, jawaban esai dari soal yang kita kerjakan diberikan bobot yang lebih besar dibandingkan pilihan ganda, kira-kira begitulah ilustrasi yang bisa kita berikan dalam memandang masa muda dibandingkan masa-masa lain dalam kehidupan kita.

 

Sebuah kebaikan yang dibuat oleh seorang pemuda, tentu akan bernilai berbeda dari pada yang dilakukan oleh orang yang tua maupun anak-anak (dengan memandang aspek lain dalam kondisi yang sama, -red).

 

Karena seorang anak-anak mungkin melakukan ibadah karena terdorong oleh faktor-faktor lain yang menarik hatinya, seperti ada hadiah yang ingin diraih, “paksaan” dari orang tua, maupun ketertarikan yang terkadang tidak berhubungan dengan ibadah, semisal karena teman-teman semuanya beramal sehingga tidak ingin tertinggal sendirian, karena ada seseorang yang ingin didekati, ataupun karena bagian dari peraturan yang harus ia jalankan, seperti ketika disekolah ataupun lain-lainnya.

 

Dan amalan seorang pemuda juga berbeda dengan orang tua, apalagi kalau orang tersebut sudah renta. Maklumlah dia mau beribadah, mungkin karena di sisinya sudah tercium aroma sang malaikat pencabut nyawa.

 

Sedangkan ketika seorang pemuda beramal, maka ia sungguh sangat luar biasa. Dimasa-masa mudalah semangat tuk melakukan pemberontakan itu sangat besar, upaya pencarian jati diri, ingin lepas dari pengaruh orang lain (seperti orang tua), dan sedang merasa benar sendiri.

 

Maka dari itu, (bisa jadi) amalan-amalan yang kita lakukan selagi masih muda, bisa bernilai sangat besar. Dan mungkin dapat kita banggakan ketika Allah mempertanyakan masa muda kita.

 

“Wahai fulan/ah, untuk apa engkau habiskan masa mudamu?”, maka jika kita mempergunakan masa muda kita dengan sebaik-baiknya, kita bisa saja menjawabnya dengan sedikit berbangga hati, “Ya Allah, seseungguhnya saya menghabiskan masa mudaku dengan menuntut ilmu (belajar), suatu hal yang diwajibkan olehMu dan dianjurkan oleh utusanMu; saya mendirikan rukun Islam dengan baik, dan konsisten dalam mengamalkannya; dan saya pun telah menjaga diri saya sebaik-baiknya dari fitnah zaman masa mudaku”

 

Sungguh luar biasa, suatu jawaban yang Insya Allah bisa membuat Tuhan kita tersenyum dan bangga, serta sangatlah mungkin kan mengantarkan kita melalui gerbang syurga.

 

Jadi, kepada para pemuda, saya wasiatkan satu hal ini saja, beramallah sebanyak-banyaknya, selagi kita masih muda.

 

Ibnu Abbas رضي الله عنه berkata: Aku pernah di belakang Rasulullah  صلی الله عليه وسلم pada suatu hari dan beliau bersabda: "Wahai anak muda, peliharalah (ajaran) Allah, niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah."(Riwayat Tirmidzi. Ia berkata: Hadits ini shahih)

 

 

Syamsul Arifin

17 December 2007

*sebuah pesan tuk sang diri yang sedang bertahan dalam masa muda*

3 comments:

  1. ayooh berlomba lomba dalam kebaikan,selagi masih muda, manfaatkan waktu sebaik baiknya, (ajakan pada diri sendiri jga nih) jazakalloh

    ReplyDelete