Pages

23 January 2008

[cerpen] Serial Kampung MyQ - M'npoli gem

Oleh: ipin4u dan ayyashiyahya*

Minggu pagi ini ada sedikit yang berbeda di Kampung MyQ yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo yaitu Kepala Kampung mereka menraktir minum es cincau sebagian warganya yang baru saja memenangkan pertandingan futsal dengan warga kampung sebelah. Meskipun sebagian yang ditraktir bertanya-tanya apakah Pak Idrus tak akan menagih uang seharga es cincau dibelakang hari namun mereka tampak nikmat sekali menyeruput minuman manis tersebut. Babe Markonah rupanyah tak menyia-nyiakan kesempatan ini, tak cukup segelas ia minum es cincau bahkan sekantong besar cincau ia bawa pulang. “Untuk bini aye!” jawabnya ketika Pak Idrus menanyakan kenapa ia membungkus es cincau tersebut. Pak Idrus yang dulunya sering ditraktir Babe Markonah roti bakar dan diberi tumpangan motor sebelum Pak Idrus mempunyai motor sendiri tampak pasrah ketika Babe Markonah memesan sebungkus es cincau lagi. “buat anak aye.” Sahut Babe tanpa peduli kepasarahan Pak Idrus yang kini bersandar di tiang aula kampung. Andaikan ia menadahkan telapak tangan maka orang yang lewat akan segera menjatuhkan recehan ke telapak tangannya. Memelas itulah ringkasnya.

“Wah, kalo pa Idrus ntraktir, bisa hujan badai nih kampung”, begitu papar Dayna sembari melihat langit pagi yang cerah tanpa awan. Hampir saja ia terserempet Danu yang sedang melintas dengan menaiki sepeda roda tiganya. Danu melambai pada Dayna tapi tiba-tiba ia berbalik dan menemui Dayna. “Tante, mau ada badei, ya?” tanyanya pada Dayna. Belum sempat Dayna menjawab Danu sudah melesat kembali dengan sepedanya.

Danu serta merta merubuhkan sepedanya dan berlari menemui budhenya. Budhenya sedang asik di depan komputer.
“Budhe, ada badei!” Teriaknya dengan cadel.

“Ha! Badai?! Mana?!”

“Iya, budhe. Danu gak bohong, bohong kan masuk nelaka. Kata Tante Dayna mau ada badei.” Kata Danu sambil menarik tangan budhenya. Ternyata Danu mengajak budhenya menemui Dayna.

“Tante, benar kan mau ada badei?”

“Badai apa mbak?” Tanya budhe Danu dengan nada khawatir. Dayna tampak terbengong menyaksikan dua makhluk di depannya tersebut. Lama ia mematung hingga Babe Markonah menghampiri.

“Danu, mau es cincau?”

“Makacih, Om. Danu gak mau minum es. Kata budhe es itu bikin batuk. Tlus kata tante Dayna mau ada badei.”

“Badai? Badai apaan?” Tanya babe Markonah sambil menoleh ke arah Dayna. Dayna mengetuk-ngetuk dahinya.

“Gini, Danu, tadi  tante hanya bercanda jadi gak akan ada badai, sayang. “ Kata Dayna sambil mengelus kepala Danu.

“Tante bohong, kata budhe kalau bohong ental masuk nelaka, loh.” Kata Danu polos. Dayna mencelos lalu ia menceritakan yang sebenarnya kepada Ayyash dan Babe Markonah.

“Makanye, hati-hati kalau berbicara apalagi di depan anak kecil. Anak kecil pan bisanye meniru tanpa tau benar salah atau baek bener.” Kata Babe Markonah sok menasehati Dayna. Memerah muka Dayna apalagi ketika warga yang sedang asyik masyuk minum es cincau tiba-tiba merubung.



Menjelang siang para warga myQ menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Fera sedang mengutak-atik motornya, terlihat ia sangat bangga dengan Astrea Grand tahun 1994nya yang baru saja dipasangi boks besar dibagian belakang. Mungkin dia merasa seperti Kitaro Minami sang pemeran Satria Baja Hitam jika menaikinya. Padahal ia tak ubahnya bagaikan penjual susu kedelai yang biasa mengitari kampung. Andaikan ia menambah dua boks lagi di samping kanan kiri maka ia nyaris mirip penjual siomay Bandung dan itu berarti ada 2 tukang siomay di kampung MyQ yaitu Naps dan dirinya. Beberapa bait syair lagu tentang cinta ia alunkan demi mengiringi aktivitasnya kali ini. Terkadang ia tampak merem melek atau meletakkan telapak tangannya di dadanya mengahayati syair tersebut. Agak mirip dengan Hamdan ATT atau Mansyur S ketika menyanyikan lagu tentang patah hati atau dikianati kekasihnya.

Terlihat pa Gio sedang berkemas dengan tas besarnya dan bersiap-siap tuk tugas keluar kota, di depan rumahnya ia berpamitan kepada istrinya, dan mulai berkata-kata romantis. “Dinda, jika kanda tak bisa pulang lagi… bersabarlah…, karena sesungguhnya kesabaran itu terletak pada awal kejadian..”, dia pun mulai menyanyikan lagu-lagu melo milik Rinto Harahap. Istrinya terlihat menitikkan air mata. Entah itu air mata kesedihan atau air mata karena penderitaan mendengar suara sumbang pak Gio yang tak kunjung usai.

Kontras dengan pemandangan di tempat pa Gio dan bu Fetty, terdengar terikan kegembiraan dari tetangga samping kanan mereka. Ternyata itu adalah rumahnya pa AdnanRasulSayaf yang sedang kegirangan karena baru saja mengalahkan Ghif, Piss, Himurachan, Aa Cakep, Napster, Dealova, Javanistus, Urvan dan Safwan dalam pertandingan liga WE. Terlihat istri beliau, Zahra Haitam, sedang menekuk wajahnya di ruang tamu, mukanya bertambah semakin aneh, rupanya ia merasa diacuhkan,. Ia sedang ngambek karena sang suami lebih senang menghabiskan waktunya bermain WE dibandingkan bermesraan dengannya di hari libur ini.

Disamping rumah mereka ada rumah pa kWatonis dan bu Ayyash. Terlihat dari depan, bu Ayyash sedang mendandani keponakan tersayangnya, Danu, yang terlihat baru saja selesai mandi. Sesekali terdengar bu Ayyash terdengar berbincang sendiri memuji Danu. Namun anehnya, setiap pujian yang keluar, pasti berlanjut dengan pujian pada dirinya sendiri secara berlebihan. “Wah, Danu ganteng amat, siapa dulu dong budhenya, budhenya aja keren dan cool gini”, “Wah Danu wangi deh habis mandi, sama wanginya sama budhe, bedanya Danu wangi karena mandi, sedang budhe wangi emang karena keringatnya sudah wangi dari sananya, bau surga gituh hihihi..”. Pujian demi pujian terus terdengar mengalir dari bibir bu Ayyash kepada Danu, namun beriringan pula dengan pujian pada dirinya sendiri.

Di sisi jalan, Sieems, sang tukang sayur keliling terfavorit tahun 2007 versi majalah dinding kampung myQ sudah dikerubiti beberapa ibu-ibu. Dengan berlagak seperti artis yang sedang dimintai tanda tangan, ia menyuruh ibu-ibu tersebut tenang. Kaca mata hitam yang diselipkan diatas kepala semakin menambah karismanya. “Tenang ibu-ibu, tenang, tiga pelanggan pertama hari ini berhak mendapatkan diskon 15 persen untuk setiap pembelian jengkol “, ia mulai berpromosi. Asty yang paling doyan makan jengkol itu terlihat sangat antusias. Ia memborong dua kantung jengkol untuk dirinya. Padahal ia sendirian dirumah, suaminya, pak Capung, sedang tugas belajar di negeri paman Sam. “Buat stock bu”, jawabnya santai kepada Salsabila, wajahnya terlihat berbinar memegang erat belanjaannya.

Beberapa gadis sedang berkumpul-kumpul di pos hansip kampung yang rindang. Ada Aisyah Puteri dan kembarannya Aisyah Muaffaqah, Izti, Latif Onna, Hijau Green, Tary, Khoirun Insanna, Aira, Uum, Ichamary, Mumtaza Annisa, Youni, serta sya disana. Jika saja jilbab yang mereka kenakan berwarna hijau, tentu mereka sangat cocok sekali menggawangi pos hansip tersebut.

“Eh-eh, denger-denger pa Anis mau poligami ya?” Dayna  memulai pembicaraan.

“Eh-eh-eh, inget jangan menfitnah, fitnah itu lebih kejam dari pada tidak menfitnah”, Izti menimpali.

“Bukan menfitnah ti, tapi cuma diskusi” Aisyah fitri coba membela saudarinya, “kemarin waktu saya lewat rumahnya, saya juga denger lho dia ngomong gitu, emang ngga terlalu jelas sih, tapi samara-samar ada kata poligami-poligaminya gitu deh”, Youni menambahkan.

Selain pak Dzaki, pak Anis memang terkenal juga sebagai konsultan pernikahan, terkadang ia membuka klinik konsultasi perkawanannya di kliniknya dokter Matrix. Sungguh perpaduan yang aneh, klinik tempat berobat disandingkan dengan klinik konsultasi perkawinan, tapi masih mendinglah dari pada digabung dengan warnet miliknya Oryza. Sungguh sama-sama pilihan yang sulit.

“Iya, apalagi dia suka ngompor-ngomporin pemuda kampung sini tuk menikah.” Kata Tary.

“Ya kalo masalah kompor-mengompori mah enggak ada hubunganya beliau mau poligami atau tidak, atuh Neng.” Balas Uum yang tampak sekali tak percaya bahwa orang seperti Pak Anis hendak berpoligami.

“Mungkin gara-gara ada seorang ustadz kampung sebelah nikah lagi, bisa aja sindrom poligami itu menyebar kesini”, Mumtaza Annisa menjelaskan, ia memang seorang perawat, tapi menyamakan poligami seperti virus SARS yang bisa menyebar dan menulari orang lain. Sungguh pola pikir yang aneh.

“Wah-wah-wah, bener juga tuh”, Khoirun Insanna menguatkan pemikiran aneh tersebut.

Selanjutnya diskusi berjalan ramai, bahkan terlihat beberapa kali mereka mengambil jeda waktu istirahat dari menggosipkan  isu poligaminya pak Anis. Mirip dengan pertandingan tinju. . Sya yang merupakan anggota termuda konferensi pos hansip itu terlihat beberapa kali mengangguk-angguk, serius mengikuti pembicaraan.

“Kalian tau darimana berita itu?” Tanya Aisyah Muwaffaqoh yang baru saja ikut bergabung.

“Dari anak-anaknya. Qoni, Nafla, dan Hamzah.” Jawab Dayna.

“Dari anak-anaknya?” Tanya mereka serempak sambil memandang heran Dayna.

“Iya, suer deh.Mereka bilang begini : Asik, ayah mau poligami.”

“Moso, anak kecil ngerti poligami sih, mbak. Sampeyan kok aya-aya wae.” Kata Aisya Muwaffaqoh sambil tersenyum tak percaya.

Pada detik-detik itu, lewatlah di depan pos tersebut anak-anak Pak  Anis.

“Asyik, kita akan dibeliin monopoli game sama ayah”, ujar Qoni.

“Horee! M'poli gem! “ teriak Hamzah yang rupanya belum pandai betul mengucap kata monopoli sambil melompat. “aku nanti mau main sama Danu.” lanjut Hamzah.

Dengan serta merta Aiya Muwaffaqoh  memanggil anak-anak yang tengah meloncat-loncat seperti kelinci karena girang bukan kepalang.

“Qoni, sayang. Apa arti poligami?” Tanya Aisya muwaffaqoh. Qoni menggeleng. Aisya Muwaffaqoh memberikan pertanyaan yang sama kepada Nafla dan Hamzah dan mendapatkan jawaban yang sama.

“Kalau ayah kalian berpoligami bagaimana? “ Tanya Dayna. Anak-anak Pak anis tampak semakin bingung lalu mereka beringsut meninggalkan tante-tante mereka yang pagi ini tampak aneh karena memberikan pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan oleh guru mereka di sekolah.

Sepeninggal anak-anak Pak Anis, pembicaraan tentang kabar bahwa Pak Anis hendak berpoligami masih berlanjut tapi mulut mereka tiba-tiba mengatup dengan cepat ketika Pak Anis, istrinya, dan anak-anaknya menghampiri mereka.Tampak di belakang mereka Pak Idrus dan babe Markonah. Setelah mereka mengucapkan salam Pak Anis angkat bicara.

“Anak-anak saya baru saja bertanya kepada saya arti poligami dan mereka juga menanyakan apa saya hendak berpoligami. Kira-kira siapa yang memberi pertanyaan tersebut ke anak-anak saya?”  Tanya Pak Anis sambil mengedarkan pandangan ke gadis-gadis yang kini dalam posisi tengok sana sini mencari siapa yang mengajukan pertanyaan yang bakal menjadi petaka bagi mereka. Tanpa suara mereka menujuk ke arah Dayna dan Aisya Muwaffaqoh.

“Tapi saya hanya menanyakan arti poligami, loh. Dan ternyata mereka tak mengerti. Itu saja, tak lebih.” Kata Aisyah Muwaffaqoh tak merasa bersalah. Pak Anis menjelaskan bahwa hampir saja ia dan istrinya adu mulut karena menyangka bahwa ia hendak berpoligami betulan.

“Mangnye kalian tau darimane sih Pak Anis mau poligami?” Tanya Babe markonah.

“Dari anak-anaknya, kemarin. Mereka bersorak-sorak bahwa Pak Anis hendak poligami.” Jawab Dayna. Babe Markonah bingung , arti poligami saja mereka tidak tahu tapi kok bersorak-sorak ketika Pak Anis hendak poligami? Ganjil.

“Coba Hamzah bilang: monopoli game.” Kata Izti sambil memegang pundak hamzah.

“M'poli gem.” kata Hamzah mengucapkan kata yanga diperintahkan Izti tapi yang terdengar seperti kata poligem.

“Ooo! Saya tau! Eureka!” Teriak Izti sambil meloncat. Semua yang hadir di pos hansip tersebut kebingungan.

“Tidak usah binun sodara-sodara! Ternyata Mbak Dayna salah persepsi! Di situlah masalahnya!” Kata Izti setengah berteriak karena saking semangatnya. Tampak sekali ia gembira dengan apa yan baru saja ia temukan. Lalu setelah ia berhenti berteriak dan meloncat-loncat ia menjelaskan penemuannya. Dayna ternyata memang salah mengartikan kata monopli yang diucapkan Hamzah dengan tidak pas. Ia mengartikan monopoli game dalam versi Hamzah menjadi poligami. Semua mafhum dan menghela napas hanya anak-anak Pak Anis sajah yang tak mengerti mengapa semua orang yng ada di sekitar mereka menghembuskan napas secara bersamaan.

“Dayna, Dayna tadi pagi berurusann dengan Danu ee..belum juga ganti hari tapi udeh berurusan dengan anak-anak Pak Anis, ape aye bilang?! Mesti hati-hati dengan anak-anak.” kata Babe Markonah sekali lagi menasehati Dayna.

Giliran Pak Idrus sekarang yang membari nasihat.

“Betul kata Babe Markonah, kita harus benar-benar menjaga ucapan dan kelakuan kita. Lebih-lebih di hadapan anak-anak. Anak-anak itu polos jadi bisa dikatakan belum mempunyai filter yang akurat maka apa saja yang ia dengar bisa saja ia tiru. Berapa banyak anak-anak yang tewas sia-sia demi meniru tokoh-tokoh kartun di televisi, seperti tokoh film Naruto.”

“Tul, Pak. Dan sebaiknya semua informasi sensitif yang kita terima alangkah baiknya jika dikonfirmasikan terlebih dahulu bukan malah dijadikan bahan menggosip, lebih-lebih info tersebut dari anak-anak.” Sahut Pak Anis sambil melirik ke arah gadis-gadis yang kini tertunduk malu. Mereka pada akhirnya meminta maaf kepada Pak Anis. Beruntunglah mereka karena istri Pak Anis tak memarahi mereka.

 

---

ipin4u adalah nama ID Syamsul Arifin (http://genkeis.multiply.com/) di forum komunitas muslim Indonesia, www.myQuran.org, sedang ayyashiyahya juga merupakan salah seorang myQers senior yang selain memiliki hobi sepak bola (moderator forum hobi-myQ soccer) juga hobi menulis, beliau bisa dikunjungi di http://ayyashiyahya.multiply.com/ dan cerita2 Serial Kampung MyQ beliau yang lainnya bisa dilihat di: http://myquran.org/forum/index.php/topic,32588.msg889550.html#new

11 comments:

  1. beli cingcau di bapaknya carol aja :p

    ReplyDelete
  2. :D hehehe, bener juga ya, beli cingcau di bapaknya temanmu aja ya :hihi:
    siapa tau bisa dapet diskon khusus :hihi:

    ReplyDelete
  3. Weeks, jadi ada gosssiip geneh :D
    I've already read, boleh juga negh :D
    Bravo Bro 4u

    ReplyDelete
  4. ha..ha..ha

    Bisa marah la Pakcik Anis baca ni

    Ipipn 2

    bertobat la ko :D

    ReplyDelete
  5. Hijau Green sapa ya? yang ada Nissa green and hijau teduh... btw mang eem alih profesi jadi tukang sayur hhhmmm ...

    ReplyDelete
  6. nggak ada namakuh...jadi males deh..mosok om kuh om eems jd tukang sayur......ganti napeh

    ReplyDelete
  7. @ichamary
    hehehe :D ini buatan bu ayyash juga kok ^-^
    makanya terasa kan gaya bercerita bu ayyash di sini :)

    @willy
    :P hehehe
    *kayaknya pa anis juga belum tau deh :hihi: %peace%

    @mas is
    waduh iya, kayaknya salah edit :D

    @nia
    hehehe, buat sendiri aja ya.. :)
    sieems kan jadi tukang sayur yang keren ^-^

    ReplyDelete
  8. buat sendirih bagemanah........mana nia bisa? nia pan nggak pinter nulis

    ReplyDelete
  9. @nia
    yee... saya juga dah sekilas baca "serial dudung"nya nia kok :)
    hayooo, semangat ^-^
    dibuat, trus dikasih bu ayyash aja, biar dia yang mengembangkannya & mengeditnya :)

    ReplyDelete
  10. Auduh! Alin mah langsung rindu sama keponakan kecilku... :(

    ReplyDelete
  11. gituh ya Om ipinz.....nia ntuh udah putus asa nggak sebagus py bu Yash..makanyah nia sebel dan males buat lagih.....ntar nia cobah lagih deh

    ReplyDelete