“Kamu habis dari mana?” tanyaku padanya yang sedang tersenyum-senyum kecil
“Dari tempat yang menyenangkan” ujarnya pendek
“Kamu senang sekali berkunjung ke tempat itu?”
“Tempat itu penuh kepalsuan dan hal-hal semu yang hanya kan membuaimu menjauhi realita”, kataku serius
“Namun tiada ku temui melainkan keindahan disana”, matanya menyebarkan seberkas sinaran
“Itu bukan keindahan sayang… Itu semua cuma angan-angan dan fatamorgana yang takkan pernah ada dalam dunia kita”, suaraku melembut seraya mendekatinya
“Tapi aku suka tempat itu”
“Aku ingin tinggal disana”, terdengar harapan dalam suaranya
“Hati-hati dik… Kamu sepertinya sudah mulai dikuasai oleh emosimu”
“Bagian rasional dirimu sudah mulai melumpuh”
“Jangan biarkan otakmu dikuasai hatimu”, aku mulai khawatir
“Entahlah, aku merasa nyaman disana”, ia memalingkah badan
“Bangunlah dari mimpimu sayang”
”Kita hidup dalam dunia yang nyata”
“Dengan harapan, perasaan, pilihan dan konsekuensi yang realistis”
“Disinilah kebahagiaan sejati itu didapat, dibangun, dan diraih”, aku membujuknya sembari memegang pundaknya,
“Engkau boleh menyebutku bodoh, kekanak-kanakan, tidak dewasa, maupun sebutan lainnya, yang mungkin terlihat pantas kau labelkan untukku"
"Namun aku tetap keukeuh dengan pilihanku”, ia mengoyangkan pundaknya dan menjatuhkan peganganku.
Berlari menuju alam semu nan diliputi ilusi…
Aku hanya bisa melihat bayangannya menembus kabut putih yang dipenuhi setan-setan berkepala besar.
----
Jakarta, 21 Maret 2008
Syamsul Arifin
Pages
▼
hmm bingung nih saya, bahasanya penuh kiasan
ReplyDeleteAku merasa bahagia di sini. Di sebuah tempat yang begitu menyenangkan. Di tengah keindahan dan kebahagiaan. Penuh cinta. Penuh kasih sayang. Tak seguratpun kegetiran dan kesulitan ada di sini. Tapi.... entah, mengapa seakan ada sebuah kelam menyeruak hati ini. Mengganjal, menyeruak, menelanku dalam bayang.
ReplyDelete"Kau tak boleh membuka pintu itu!"
"Mengapa?"
"Bila kau buka, kau akan kehilangan semua."
Tapi ada sesuatu dalam hati ini yang seakan memaksaku untuk membukanya. Tapi, akankah aku kehilangan semua ini? Tidak! Tidak! Aku tak mau!
Tapi rasa itu terus memaksaku. Terus dan terus...
Perlahan kudekati pintu itu
Kuulurkan tanganku
Kupegang gagangnya
Kuputar
Kudorong
Tidak!
Tidak!
Pintu itu tidak terbuka!
Dan suara tertawa menyeramkan membahana menyeruak memenuhi tempat itu.
"Tolong keluarkan aku!!!!!"
dan.. ketika cinta dunia mngetuk membawa kebahagiaan semu...
ReplyDeletekebahagiaan yang sesungguhnya menjadi tak nampak...
Ketika sudah terperosok dalam dunia cinta, nafsu,
ReplyDeleteangan dan khayal menyelimuti hati...
segala yang rasional dan pasti pun tak sanggup mengajaknya berbicara.
dan menjadi buta...
http://ariomuhammad.multiply.com/journal/item/27/Sebuah_catatan_tentang_cinta..._Kenapa_memilih_Taaruf
ReplyDeletemungkin ini lebih baik tuk negeri "cinta" :D
Saat ia berlari menuju negeri cinta yg penuh kepalsuan itu, aku hanya mampu termangu menyaksikan punggungnya yg perlahan menghilang diiring deras airmataku. kudesahkan ditelingaNya semoga suatu saat nanti kau menyadari sayang bahwa cinta itu hanya milikNya dan kau harus meminta pada pemiliknya. kutunggu dikau dinegeri cinta sejati,,,,,,,,suatu saat nanti
ReplyDeleteAlam ilusi, alam dimana kita bisa menjadi sesempurna yang kita mau*barangkali
ReplyDeleteWah maksudnya apa ya???
ReplyDeleteduh repot deh yg lg kasmaran kekekekkkk....
ReplyDeletehue2..... :D di post juga di sini..... %peace%....
ReplyDeletelg males ah... nanggepinnya.......... bro ipin..... top dah
manusia selalu penuh ilusi dan dia bahagia
ReplyDeletemanusia selalu membayangkan keindahan dan dia bahagia
manusia selalu ingin semua sempurna dan dia bahagia
manusia selalu menganggap fatamorgana adalah nyata dan dia bahagia
manusia selalu.... apa lagi ya? he..he... kamu manusia? jawab sendiri lah..
btw, bagus ceritanya, cman terlalu pendek jadinya ngambang deh!
hmm....
ReplyDeletenyimak aja deh..
ipin...ipin...
ReplyDeletesudah ketemu belum belahan hatinya? jangan salah pilih ya...
usahakan cinta kepadanya karena Allah