Pages

15 August 2008

[cerpen] Ketika Aku Mulai Menyukai Teh Hangat

Bel pintu apartemenku berdenting khas. Aih, siapa lagi ini. Malas aku beranjak dari peraduanku.

"Pergilah, aku tidak ingin diganggu malam ini", ku benamkan tangis sepuas-puasnya.

***

"Hai, aku tetangga barumu", lelaki bertubuh tinggi, berbahu bidang itu menyapaku, ia membawa kantong coklat belanjaan. Matanya hitam, rambutnya tebal, senyumnya renyah.

"Semoga engkau betah disini", aku mencoba keras tuk dapat membalas senyumnya.

"Oh ya, sudah kau baca undangan minum teh-ku. Kemarin malam aku melihatmu masuk, aku sudah coba nge-bell pintumu berkali-kali, tapi sepertinya ngga ada jawaban"

"Mungkin aku sudah tertidur", kataku setengah berbohong, aku sebetulnya tidak suka berbohong, karena kebohongan merupakan salah satu ciri dari orang munafik, begitu teman wanitaku pernah berkata, ya, namun aku tidak terlalu berbohong kok, memang waktu itu aku sedang berbaring di tempat tidur, cuma belum memejamkan mata aja, dan asyik larut dalam duka, menangis, mungkin bengkak mataku masih bisa terlihat sekarang.

"Baiklah kalau begitu, jangan lupa ya, aku harap nanti sore kamu bisa datang ke apartemenku, aku sudah mengundang pula beberapa orang, sekalian biar bisa kenalan dengan penghuni yang ada"

Aku membungkuk mengambil koran yang biasa di letakkan di depan pintuku.

"Akan ku usahakan", aku menutup pintu, ternyata ada selembar kertas berwarna biru di lantai sebelah dalam pintu. Undangan minum teh.

***

"Selamat datang, silakan masuk", ujarnya ramah. Aku memasuki ruangan berwarna dominan krem, sofa berwarna biru menarik perhatianku, ada tempat meletakkan kaki berbentuk bola yang ada di depannnya, terlihat sangat menggoda, empuk pastinya. Beberapa foto wisuda dirinya terpampang di salah satu sudut ruangan, diapit keluarganya, ia tampak bahagia. Sepertinya bukan universitas di dalam negeri.

"Tetangga yang lain tidak bisa datang, tapi nanti ibuku akan hadir kok sebentar lagi, tunggu dulu sebentar ya", dia masuk ke dapur.

Aku mengangguk. Entah kenapa aku mau menghadiri undangannya. Mungkin karena rasa sungkan karena telah berbohong pagi tadi. Padahal aku tidak suka teh, aku suka kopi.

Di tangannya ada senampan kue, bolu kukus, kesukaanku, entah sudah berapa lama aku tidak memakannya, teringat terakhir kali aku menikmati bolu kukus ketika liburan ke rumah mama di Jogya, setahun lalu.

"Ehum, enak, beli dimana?", sembari mengunyah separuh potongan bolu kukus berwarna putih susu.

"Aku tidak membelinya, aku masak sendiri", hampir-hampir aku tersedak.

"Iya, aku biasa kok masak. Maklum dulu waktu kuliah jadi terbiasa masak sendiri. Mahal euy klo beli jadi"

Aku tersenyum, sepertinya jatuh cinta, ah tidak, aku tidak gampang jatuh cinta, mungkin hanya simpati saja. Terdengar pintu kayunya diketuk beberapa kali.

"Mungkin itu ibuku", ia bergegas bangun dari kursi.


"Oh ya, berapa nomor handphone-mu?", tanya pria bermata hitam dan berambut lebat, tetangga baruku.

"Cuma satu, kan aku cuma punya satu handphone saja", jawabku asal.

"Huuuu, klo kamu ngga pake jilbab, udah aku jitak nih"

Aku menyebutkan rangkaian nomor telponku, "kosong delapan lima enam, sembilan delapan delapan sembilan..."

"Berapa nomormu?", aku balas bertanya, mengeluarkan hanphone dari kantong celanaku.

"Nomor yang CDMA atau yang GSM?"

"Yang CDMA aja deh, biar lebih irit klo mau telponnya", aku menyeringai.

"Kalo yang CDMA belum ada, aku cuma punya satu nomor GSM aja", katanya tertawa.

Sebal, ternyata dia ngerjain aku juga. Aku turut tertawa.

Aku belum pernah mengalami sore yang begitu berkesan seperti hari ini. Kami melalui sore minum teh dengan perasaan yang berbeda. Ibunya merupakan wanita yang luar biasa, aku betah ngobrol lama-lama dengannya.

"Oh ya, kalau kamu tidak terlalu suka dengan teh, kamu bisa mencoba dengan memberikan susu kental manis di dalamnya. Rasa teh hangat itu bisa membuat ringan hatimu lho", ucapnya sambil mengantarku ke pintu ketika akan berpamitan.

"Ok, mungkin besok pagi aku akan mencobanya. Terima kasih atas teh-nya"

"Terima kasih atas keceriaanya", ia tersenyum. Manis..., dan hangat.


Sepertinya.., aku akan berpindah jadi penyuka teh nih. Lidahku berbisik pelan, tak bersuara.


---000---

Syamsul Arifin
16082008
*melanjutkan ceritanya Desi "Ketika Aku Mulai Membenci Kopi" ^_^

27 comments:

  1. jadi kangen masku.. tiap pagi minta dbikinin teh susu..
    ipin..tanggung jawab!!

    ReplyDelete
  2. Habiz ntu apa ada sekuel nya lagi? Seperti.. *aku mulai menyukai Teh Tubruk*
    :>

    ReplyDelete
  3. ini teh susu

    :D


    hahahah
    *dapet ide negh aku... makasiy kak ipin ;)

    ReplyDelete
  4. @asty
    wew... maaf deh, klo gitu ^_^

    @naila
    hehehehe, ngga tau deh kelanjutannya masih ada atau ngga :D

    @umitz
    wew, ide apaan tuh..? nanti kasih tau ya, klo idenya dah terealisasikan ^_^


    *note: beberapa kalimat di cerpen ini, mengutip kalimat2 yang ada di cerpen2nya Desi ^_^

    ReplyDelete
  5. iya nih, mikirrr bikin puisi buat besok

    diposting gak yah?
    aneh tapi, hihi amburadul

    ReplyDelete
  6. tehpuccino..

    teh dicampur kopi?!

    enak kagak ya?

    besok coba ah..

    ReplyDelete
  7. @umitz
    ow, bikin puisi toh :) coba liat dunk ^_^

    @tya
    wew... belum tau klo teh campur kopi :D
    nanti klo dah coba, kasih tau ya rasanya ^_^
    tapi klo teh campur susu kental manis, emang dulu saya suka juga, lumayan enak, jadi susu yang berasa teh :)
    *susu putih

    ReplyDelete
  8. kak ipin,
    gamau !!! huhuhu puisi'a anegh
    hiks

    kopi ft teh? *gak kebAyang gmana rasa'a ...huek

    ReplyDelete
  9. Cuma mau ngasih tau...kata dosen Faal saya teh ternyata mengandung teh ine...semacam racun gitu deh...
    Jadi kalo bisa jangan minum teh tiap hari...coz bisa cadi candu juga...!!!!

    ReplyDelete
  10. ooh pantesan...
    berasa 'desi' cerpennya.. 'kolaborasi yg unik'..bagus..

    ReplyDelete
  11. *jujur, aq bingung baca alur ceritanya.

    ReplyDelete
  12. @umitz
    yah..., ya udah deh klo ngga mau dishare :D

    @puti
    iya, semua minuman emang ada zat2 tertentunya ^_^ bahkan coklat :)
    *selama kadarnya masih dapat ditolerir tubuh, sepertinya tida apa2, pokoknya, kata kuncinya adalah "berlebih2an" ^_^

    @luvhoney
    he3x, tapi masih belum bisa menyelami banget gaya-nya desi euy :D
    *bacaannya dia kan dah banyak :D

    @nisa
    dua baris diawal itu adalah kejadian ketika malam hari

    dialog ketika bertemu dengan pria itu, ketika pagi hari, sewaktu ia buka pintu mau ngambil koran paginya

    dialog penyambutan "selamat datang" itu di tempatnya si pria, waktu sore hari, ketika ia memenuhi undangan minum teh-nya ^_^

    ReplyDelete
  13. kata yang diatas ini aq rasa gak begitu perlu..


    ----
    ooo.. gtu, kasih batas kek bacaannya..

    ato ditambah keterangan setting saat kejadiaannya,

    ReplyDelete
  14. tapi setelah aq baca-baca lagi, percakapannya kok terasa janggal gtu yah?
    romantisme yang gak romantis!!!




    *ngabuurr.. wkakkaka..


    ReplyDelete
  15. Aku memandang segelas teh yang mengepul hangat di hadapanku. Lalu aku melirik ke arah sketsa yang berserakan hingga ke lantai. Kupungut selembar sambil tertawa pahit. Bodoh.

    Aku berdiri sambil mengumpulkan kertas-kertas sketsa itu. Beranjak menuju perapian. Ini musim panas dan aku menyalakannya karena ada alasa tertentu. Suara kayu yang terbakar berkeretak pelan. Aku melempar setumpuk kertas sketsa rancangan yang kukerjakan selam beberapa bulan terakhir ini. Kertas itu meleleh habis. Gambar lumba-lumba dalam rancangan gaun pengantin, gaun pesta, terbakar hitam

    Sebentar lagi api akan mati. Menghanguskan seluruh kekonyolan yang pernah kulakukan selama ini.

    Aku kembali duduk menghadapi selembar kertas kosong. Pensil yang terselip di telinga kuraih dan menggantung sementara untuk beberapa detik. Aku menoleh dan merih gelas teh dengan tanganku yang bebas. Bau teh itu harum. Aku menghirupnya perlahan. Merasakan alirannya yang menghangat tenggorokan dan seluruh tubuh.

    Kupikir warna hijau lembut bagus untuk sketa rancanganku kali ini. Dengan ribuan daun kecil di seluruh permukaan. Aku meletakkan kembali gelas teh itu. Kemudian aku tenggelam dalam bersama seluruh teh dan aromanya yang tertuang dalam sketsa rancanganku kali ini.

    **

    ReplyDelete
  16. setuju, mba. mas ipin memang suka maksa. hhehe ^^

    *ikut kabur. tungguuuuinnn...*

    ReplyDelete
  17. *stt.. jangan berisik, pelan-pelan aja.. ^^,

    ReplyDelete
  18. @nisa
    he3x, makanya baca dulu atuh cerpennya si malambulanbiru :D
    cerpen saya ini kan nyambungin cerpennya dia, jadi di akhir tulisannya dia, emang dia itu sedih karena teman pria (yang sama2 penyuka kopi-asumsi pribadi) menikah dengan orang lain ^_^ dan dia jadi sedih gituh, nangis2 :D

    @desi
    ^_^ he3x, kritikannya dunk :D
    n makasih atas tambahannya ;)

    ReplyDelete
  19. itu perempuan sama laki laki ya?

    nenek nenek sama kakek kakek bukan?

    huehehehehe

    ReplyDelete
  20. Cantik euy, cerpen Malam bulan birunya ^_^. Cerpenmu ndak mau di bilang cantik kan Pin? Soalnya yang dibilang cantik kan biasanya wanita ya? Atau kamu mo dibilang cantik? (halah, ngaco.com)

    Betewe, dulu aku suka bikin teh susu. Tapi ternyata teh tak baik dicampur susu :"Para peneliti menyebutkan bahwa protein kasein yang terdapat pada susu dapat menurunkan sejumlah komponen yang terdapat pada teh, yaitu catechin, yang memiliki kemampuan melawan penyakit jantung." (http://victor-health.blogspot.com/2007_12_01_archive.html)

    ReplyDelete
  21. @mozaik
    iya, perempuan sama laki2 :)
    bukan, bukan kakek2 sama nenek2 kok :)

    @mba dyah
    ^_^ hehehe ya iyalah, si desi itu kan udah pro :)
    dia anak FLP jogya yang dah buat novel lho ^_^

    saya suka susu-teh, jadi inget tahun 2006an, waktu pertama kali tau minuman ini :D
    waktu di lapangan/lokasi kerja di daerah selat panjang, riau, dan pas dicoba lumayan enak :D
    susu kental manis putih hangat di celup2in sama teh celup ^_^

    @desi
    input2nya ya, ditunggu ^_^

    ReplyDelete
  22. weitz, kali ini ga bawa2 nama flp, ah
    masih belajar juga kok ;)

    oia, imputnya lupa :p hehe... sik bentar

    ReplyDelete
  23. darimana si tetangga baru bermata hitam dan berdada bidang ini tahu kalau si aku tidak suka minum kopi?

    btw, yang lucunya wajar ini ni *aku suka.. secara* : "Kalo yang CDMA belum ada, aku cuma punya satu nomor GSM aja", katanya tertawa.

    penjelasan yang ga perlu (sama kaya kata mba nisa) :
    // aku sebetulnya tidak suka berbohong, karena kebohongan merupakan salah satu ciri dari orang munafik, begitu teman wanitaku pernah berkata, ya, namun aku tidak terlalu berbohong kok, memang waktu itu aku sedang berbaring di tempat tidur//

    dan

    //Sebal, ternyata dia ngerjain aku juga.// (kalau ini nggak ditulis, pembaca juga uda tahu kalau laki-laki tampan itu (mauu... :p ) ngerjain si aku.

    mau dong dikenalin sama dia ^^ (request)

    ReplyDelete
  24. makasi ya, mba dyah :) kecantikan penulis berbanding lurus dengan tulisannya. hihi ^^v

    ReplyDelete
  25. :D makasih desi ^_^
    bener, itu kalimat itu blunder :D
    *soalnya ngikutin dialog "sang pria beraroma kopi dan gadis bunga"mu ^_^ hihihihihi

    yah desi, aku suka bagian "penjelasan yang tidak perlu itu" :D
    bisa diakalin ngga gimana, supaya tetap indah dimasukinnya ^_^

    ReplyDelete
  26. *sstt,, ada yang lagi privat.. xixixixx..

    ReplyDelete
  27. soalnya aku mau dikenalin sama tetangga cakep itu, mba :D

    "Mungkin aku sudah tertidur", kataku setengah berbohong. Tidak berbohong karena memang benar aku memejamkan mata. Setengah bohong karena aku tidak tidur ketika memejamkan mata. Aku 'hanya' menangis dan berduka. Kurasa ia pasti memaafkan setengah berbohongku kalau tahu alasan kenapa mataku bengkak dan sembab. Kurasa ia juga tidak akan menudingkan telunjukny ke wajahku sambil berteriak, 'munafik!' diiringi suara sirene polisi yang bersiaga mengepungku.

    'Anda ditangkap karena telah berbohong. Munafik itu salah satu tandanya adalah denga berbhong!' teriak sang letnan penyergapan.//

    hhehe ^^ ngarang mas ipin. ngarang itu mah. bsok aja kalau uda ada ide :d

    ReplyDelete