Pages

23 October 2008

Anugerah Lupa

“Lupa adalah salah satu identitas terpenting kemanusiaan kita. Kita manusia maka kita lupa. Kita lupa maka kita manusia.”

 

Membaca Majalah Tarbawi edisi 189 yang bertajuk “Kadang, Selesaikan Masalah dengan Melupakannya”, menjadi penyejuk bagi diri saya, karena memang benar bahwa lupa bisa menjadi salah satu solusi dari masalah-masalah yang kita hadapi, jawaban dari persoalan yang berkutat di pikiran, pilihan terbaik kalau ingin terbebas dari himpitan tekanan yang kita alami.

 

Di halaman dua belas, Sulthan Hadi menuliskan salah satu cara untuk menghilangan masalah dengan melupakan, “melupakan dengan memaafkan kesalahan”, begitu beliau menulisnya.

 

Teringat mengenai sebuah kisah dalam penggalan kehidupan Rasulullah SAW, ketika suatu hari beliau menyebutkan mengenai salah seorang penghuni surga, yang kemudian seorang sahabat sampai bermalam di rumahnya untuk mengetahui kunci kesuksesan orang tersebut, sampai-sampai Rasulullah SAW menunjuk dia sebagai salah seorang penghuni surga. Jawabannya terdengar sangat sederhana, ternyata orang tersebut selalu memaafkan kesalahan saudara-saudaranya sebelum ia terlelap tidur. Menghapus memori luka akibat sikap, perilaku dan perbuatan saudara-saudaranya yang tidak berkenan di hatinya, dengan melupakannya.

 

Lupa memang bisa menghantar kebaikan yang besar jika ditempatkan sebagaimana seharusnya. Jika dikombinasikan dengan “ingat”, tentu hal itu bisa menjadi sebuah hal yang luar biasa.

 

Ada beberapa hal yang perlu kita lupakan, dan ada beberapa hal yang lebih baik jika kita ingat, tentunya itu semua dalam kerangka yang konstruktif.

 

Lupa pada dua hal bisa membawa kebaikan: melupakan kebaikan diri kita kepada orang lain, dan melupakan kesalahan orang lain pada diri kita. Lupa jenis ini merupakan tipe lupa konstruktif atau anugerah sebagaimana ditulis oleh Ahmad Zairofi AM di halaman delapan, hikmahnya adalah menjaga diri dari riya’, sombong, dan berbangga diri berlebihan. Sedang di halaman tiga belas, ditulis bahwa memberi maaf bisa menjadi obat, karena menghilangkan permusuhan dan dendam.

 

Ingat pada dua hal bisa juga membawa kebaikan: ingat pada kesalahan diri kita kepada orang lain, dan mengingat kebaikan orang lain pada diri kita. Mengingat-ingat kesalahan seharusnya bisa membuat kita lebih bersemangat dalam berbuat kebaikan.

 

Di kumpulan hadits Arba’ain Imam Nawawi, Rasulullah SAW bersabda,

 

“Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “ (HR Tirmidzi)

 

Dengan mengingat kesalahan kita kepada orang lain, seharusnya setelah kita meminta maaf, kita iringi perlakuan itu dengan berbuat baik kepada dirinya, untuk menghapus kesalahan yang ada, sebagai kafarat atas dosa.

 

Allah SWT berfirman,

 

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa': 86)

 

Kebaikan yang orang lain lakukan kepada kita, haruslah bisa diingat, jangan sampai kita menjadi sebagaimana pepatah mengatakan “bagai kacang lupa kulitnya”. Jika memungkinkan bukan hanya dengan mengingat sebatas lisan/ucapan, tapi membalasnya dengan kebaikan yang lebih baik.

 

Yang cukup berkesan dari majalah Tarbawi edisi “Kadang, Selesaikan Masalah dengan Melupakannya” adalah adanya sebuah pengingat agar kita jangan sampai melupakan Allah dalam keseharian kita agar tidak dibalas dengan dilupakannya kita di akhirat nanti.

 

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal (QS. At-Taubah: 67-68)

 

Dan dikatakan (kepada mereka): "Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong. Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat. (QS. Al-Jaatsiyah: 34-35)

 

Semoga kita tidak menjadi buta di akhirat nanti, karena ulah kita melupakan Allah SWT di dunia ini. Amin

 

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".  Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (QS. Thaahaa: 124-127)

 

 

---

 

Samarinda, 23 Oktober 2008

Syamsul Arifin

“Ya Rabbi, buatlah hamba selalu ingat kepadaMu” (amin)

4 comments:

  1. Hmm..lupa..anugerah..hihi..lupa kunci,lupa hape...tapi klo ngelupain kesalahan org susah banget yak!astaghfirullah...
    Untuk lupa Allah..semoga NEVER deh

    ReplyDelete
  2. aku sangat bersukur memiliki anugrah "lupa" ini.
    yang jelas saya ga mudah stres, mudah melupakan sakit hati... yang penting jangan sampai lupa kebaikan orang lain saja :)

    ReplyDelete
  3. asal jgn lupa diri aja ya pin :D
    tfs. aku ga beli tarbawi edisi ini euy

    ReplyDelete