Pages

26 March 2009

[flash fiction] Beauty Skin Deep

“Beauty won’t last forever,” Richard berkata sembari berjalan meninggalkanku menuju mobil city car-nya yang berwarna biru.

 

Aku hanya bisa tersenyum dan mengangkat tangan untuk membalas lambaian tangannya.

 

“Emang salah gituh, klo pengen punya pasangan yang cantik..?” batinku bergumam menghela nafas panjang, “huff…”

 

“As time goes by, beauty shall fade away,” perkataan temanku itu masih terngiang di kepala.

 

“Ah, dia mah enak, udah punya istri yang berkulit putih, bertubuh proporsional, tinggi, cukup berisi, berambut pirang dan bermata biru, cantik, khas orang eropa seperti dirinya,” sahutku kini dalam hati.

 

“There are something more than just having sex in a marriage,” pesannya juga ketika kami berbincang di sebuah kafe di pinggir jalan lenggang pada Jum’at sore yang cerah bersinar.

 

Aku masih diam saja tanpa ekspresi, mencoba mencerna obrolan-obrolan kami tadi?

 

“You know..,” dia berhenti sejenak dan menyeruput sedikit dari kopi yang ia pesan, “as you start to live together, spend most of your life time with her, you gonna be starting to ignoring the physical aspect, and you gonna start to spot a lot of her unpleasant world. A beautiful flower is awesome at the first sight, but sooner or later, you going to be feel that it just as same as an ordinary flower.”

 

Kini, tinggal aku yang masih berada di meja ini. Aku mengambil sedikit kentang goreng yang dipotong kecil-kecil dan panjang-panjang, French fries katanya.

 

“One more thing, every person have their own minus part, the important thing when you want to start a family is, accept her wholly, that’s what it call as love.”

 

Mendapat pelajaran tentang cinta dari seorang bule, tentu bukan suatu hal yang umum, bahkan sangat tidak terpikirkan sebelumnya!

 

“Make your own model for your future wife, look for it, don’t be too high in setting the criteria, since there will be a cloud above the mountain,” dia tersenyum padaku, aku paham apa maksudnya, karena akan selalu ada orang lain yang lebih, akan ada langit di atas langit.

 

Ah.., berbicara tentang takdir (jodoh-red) adalah suatu pembahasan yang tak terukur…

 

“I gotta go now, my lady is waiting for me to go to a grocery,” ucapnya setelah membaca pesan singkat di handphonenya, “you often to tell me about pray and being patient as said in your religion, probably those are the best thing you could do now,” dia menghabiskan cangkir kopinya.

 

Aku tersenyum kepadanya.

 

“Thanks Richard,” aku berkata saat ia beranjak dari kursi.

 

“Beauty won’t last forever,” Richard berkata sembari berjalan meninggalkanku menuju mobil city car-nya yang berwarna biru.

 

Aku hanya bisa tersenyum dan mengangkat tangan untuk membalas lambaian tangannya.

 

 

---000---

Samar

inda, 26 Maret 2009

Syamsul Arifin

*this story is 100% fiction J

12 comments:

  1. *ikut melambaikan tangan*

    ReplyDelete
  2. udah mau nikah akh???

    segera deh jemput annisa ramadhaninya daripada keduluan di ambil org..he...he...

    ReplyDelete
  3. belum beres y?
    atau udah?

    hohoho

    ReplyDelete
  4. Always about the future wife.....*me too(husband) hehe^__^

    ReplyDelete
  5. pilih salah satu

    Richard berkata sembari berjalan meninggalkanku menuju mobilnya yang berwarna biru.
    atau...
    Richard berkata sembari berjalan meninggalkanku menuju city car-nya yang berwarna biru.

    kalau desi mau city car biru yaaaa *kedip-kedip...

    ReplyDelete
  6. aku jadi bijak....
    iya juga ya...cinta ga akan luntur hanya karena skin...
    nyambung ga neh?
    berdo'a ajah, biasanya pilihan pertama itu yang terbaik....pengalaman euy

    ReplyDelete