Pages

04 October 2009

Imam bagi Orang-Orang yang Bertakwa

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqaan: 74)

Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sisi kepemimpinan suami?

Cukup unik kalau kita cermati ayat tersebut di atas. Ternyata, selain meminta pasangan (dan anak-anak) yang membahagiakan, kitapun (diajarkan untuk) meminta kemampuan/skill kepemimpinan/leadership.

Kalau kita minta istri yang sholehah, konsekuensinya adalah: kita harus mampu menjadi pemimpin bagi pribadi sholehah tersebut, bukan?

Persyaratan kepemimpinan

Saya coba *sok tahu* menjabarkan beberapa hal yang dituntut dari seorang pemimpin (terutama rumah tangga):

1. Keteladanan. Alih-alih memberikan perintah yang banyak dengan kata-kata (apalagi dengan tangan saja-maen tunjuk-tunjuk saja maksudnya), contoh praktis tentu lebih mengena bagi mereka yang merasa.

2. Manajerial. Kepiawaian mengatur beberapa hal yang bersamaan, bersinggungan, mengambil langkah strategis, mengatur susunan hal-hal yang harus didahulukan/menetapkan prioritas, menjadi bagian tak terpisahkan bagi seorang pemimpin.
Tentu tidak semua hal harus dikerjakan sendirian, ada pendelegasian yang juga butuh keahlian tersendiri.
Team bulding, memberdayakan anggota tim, membina dengan kapasitasnya, mengenali potensinya, dan membuat rencana pengembangan yang sesuai dengan dirinya.

3. Komunikasi. Dari kecil kita sudah bisa berbicara, dan sepertinya komunikasi bukanlah suatu hal yang serius untuk dipelajari. Ternyata, bukan seperti itu! Kemampuan untuk mengetahui kapan waktu berbicara, kapan waktunya diam, bagaimana mengutarakan pendapat, bagaimana menyampaikan pesan (bentuknya) agar tidak ada yang tersinggung tapi tersentuh, dst.

4. Ketakwaan.
Lho, kok ketakwaan masuk ke syarat seorang pemimpin??? Hehehe, terserah saya dunk, saya kan penulisnya :D *halagh, ngga banget yaw alasannya :toe: %peace%
Ok-ok, gini nih alasan aslinya, syarat-syarat jadi imam, yang diutamakan adalah banyaknya hapalan qurannya, begitu juga ketika Rasulullah mau menguburkan jenazah para mujahid, beliau mendahulukan yang paling banyak hapalan qurannya. Menjadi seorang pemimpin ini tentu tidak sembarangan, dan akan jauh lebih baik kalau orientasinya terbang tinggi melintasi langit dunia, sampai ke alam akhirat sana. Sepertinya seorang pemimpin (terkadang) harus lebih baik daripada yang dipimpinnya (istri-orang yang beriman)?

Ketika kita mengharap (berdoa) untuk seorang istri yang menyenangkan (bertakwa), maka sudahkah kita mempersiapkan diri dengan kompetensi seorang pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa..?



---000---

Balikpapan, 4 Oktober 2009
Syamsul Arifin

4 comments:

  1. jadi parameter taqwa adalah yg banyak hafalan Qur'annnya ya ustadz?
    are u sure?

    ReplyDelete
  2. wah, kayanya da siap banget niy, pin...kapan niy undangannya? kira2 nyampe ga ya ke surabaya?? ^_^

    ReplyDelete
  3. salam kenal fren..apa antum yang dari surabaya n mau gabung ma flp balikpapan itu??

    ReplyDelete
  4. @fathiana
    walah... saya bukan ustadz :P
    btw, kalau kamu emang bener baca tulisan ini, ini bukan tentang parameter takwa kok :D
    tapi tentang prasarat kalau mau jadi pemimpin (suami,-red) bagi orang yang bertakwa (istri sholehah,-red)

    dan yang keempat itu maksudnya: "Sepertinya seorang pemimpin (terkadang) harus lebih baik daripada yang dipimpinnya (istri-orang yang beriman)?"
    so, klo mau dapat istri yang sholehah, kudu kitanya dulu (suami,-red) yang lebih baik, karena kan "dimulai dari diri sendiri" dan "bagaimana mau mimpin orang lain, klo mimpin diri sendiri aja belum becus" :)
    *refleksi buat diri sendiri (juga) sih* ~dezig~

    @isyana
    hehehe, insya Allah ASAP ^_^

    ReplyDelete