“Sang Pemimpi” telah Mengusik Memoriku

Hari Minggu (20 Desember 2009), nonton film Sang Pemimpi bareng istri. Secara umum, film garapan Riri Riza yang diangkat dari novel  berjudul sama, karangan Andrea Hirata ini cukup bagus, karena realistis, natural banget gambaran ceritanya, dan ada semangat optimisme mengejar mimpi yang coba “dibagi” kepada para penonton. Lumayan menghibur. Patut diacungi jempol usaha para sineas yang menghadirkan tontonan bergizi ini ^_^

Saya ngga akan ngereview filmnya, cuma mau nulis di sini kalau film ini telah sedikit mengusik memoriku.

Di akhir cerita, ketika si Ikal mengirimkan surat, memberitahu orangtuanya di kampung halamannnya, bahwa ia mendapatkan beasiswa di Prancis, air mataku mengalir, tak tertahankan. Hiks, hiks…

Jadi teringat obsesi (dan usaha)ku untuk mendapatkan beasiswa Master (alias S2) ke luar negeri beberapa tahun yang lalu.

Nyoba berbagai macam peluang,  mulai dari beasiswa2 dari Jepang, Prancis, Australia, Inggris, dll

Ya.., jadi ada sedikit flash back memori. Ketika tiga kali mendapatkan surat “anda belum beruntung” dari ADS (Australian Development Scholarship)-danPrancis, ngurus surat rekomendasi dari fakultas, ngerjain TOEFL  selagi bekerja, minta tolong adik (dan bapak), buat ngirimin aplikasi-aplikasi tersebut, dst.

Inget dulu sewaktu ngebuat draft surat rekomendasi (in English), sewaktu minta surat dari dekan dan dosen, dibantu sama mba Dian bagian Mahalum, yang ngasih finishing touchnya.

Minta izin cuti kerja (tahun 2007an deh klo ga salah), padahal waktu itu kantor lagi mau diaudit sama klien penting, General Manager dan atasan langsung saya agak2 keberatan kalau saya cuti (karena aplikasi cuti sudah saya isi dua minggu sebelumnya), memang lagi rada2 ribet sih kondisi kantor, kudu well prepared. Jadi rada2 ditahan sama manager SHE, padahal deadline beasiswa dari Amerika itu udah mau deket, dan jadwal test TOEFL sampai bisa dapat hasilnya, cuma itu yang paling mepet. Lalu diajak bicara sama Mr Mike Lacy malem2nya, saya jelasin semuanya, dan akhirnya dia setujuin juga.

Test preparation TOEFL seharga 270 ribu yang hasilnya kurang dari yang diharapkan, 547, kurang tiga angka lagi bo dari persyaratan umum nilai TOEFL 550! Mana sempet muter2 lagi sebelumnya, dapat ke tempat ujiannya, fiuh…

Ngisi lamaran ke KIT (via web), dan udah dapat acceptance letter, diterima di KIT Royal Tropical School, institute buat belajar Kesehatan Masyarakat di Negara Belanda. Ngelamar buat beasiswanya aja (STUNED) yang belum dapat2.

Kenalan sama seorang mba yang lagi ambil S3 di Belanda lewat FS, klo ga salah, kenalnya juga dari si Ningrum-teman SMA, yang dapat short course di sana, bahkan sampe dikenalin (lagi) sama orang yang lagi ambil jurusan yang mau saya ambil, yang kuliah di univ Maastrich, Belanda.

Minta tolong Burhan (adik), buat ngirim aplikasi yang  udah mepet banget deadlinenya.

Ngunjungin pameran2 pendidikan, yang biasanya ada buka stand buat beasiswa S2 di luar negeri. Rajin ngunjungin situs yang update info beasiswa. Ngikutin milis beasiswa.

Diketawain sama keluarga, kalau surat “anda belum beruntung”nya sampe ke rumah. Hehehe. Orangtua yang pengen anaknya kerja yang bener aja, ngga usah ngurusin belajar2 lagi, tapi saya-nya tetep keukueh ngelakuin/jalanin proses2nya. Hehehe.

Sampe nyontek cara seorang senior (bang DK), nulis gelar master sendiri, universitasnya, di sebuah foto diri, trus di print, dan di tempel di tembok. Denger2 kabar, bang DK sih udah sampe ke Belanda, udah berhasil dia dapetin apa yang dulu ia print (dan tempel di tembok itu)!

Wah, pokoknya benar-benar berasa banget deh film Sang Pemimpi itu mengusik tumpukan kenangan yang sudah rapi tertimbun…

Apalagi pas bapaknya Ikal baca surat penerimaan beasiswa yang dikirimin anaknya, wah.., serasa saya yang lagi baca surat penerimaan beasiswa…  Terasa banget emosinya!

Tapi kalau ditanya, apakah sekarang masih punya obsesi S2 keluar negeri..? Saya jadi ragu.

Setelah semua hal yang berjalan dalam kehidupan saya, semenjak bekerja (pindah ke kaltim), menikah, dll, sepertinya saya perlu kembali menyusun mimpi2, menulis ulang rancangan masa depan, mencoba menggambarkan kesuksesan masa depan (atau mimpi dan harapan) yang seperti bagaimana yang saya inginkan…! Hmmmm

Walau begitu, bagaimanapun juga, saya selalu yakin. Bahwa selama kita mau berusaha, memiliki mimpi dan harapan yang kuat, dan menjalani hidup dengan lurus. Allah akan memberikan yang terbaik buat kita, melampaui semua cita2, mimpi serta harapan2 yang kita miliki, bukan hanya sekedar memenuhi/mencapai cita2, mimpi, atau harapan2 tersebut, tapi melampauinya, melewatinya, melebihi dari apa2 yang kita pernah duga/bayangkan/cita2kan! Insya Allah. ;)

 

***

Bpp, 21122009