Pages

07 June 2010

[Surat Kartini] “Penindasan” Wanita di Tahun 2010

Dear Stella,

Sekarang sudah tahun 2010, senang rasanya bisa melewati 65 tahun kemerdekaan di negeri kami. Banyak hal yang sudah berubah di negeri ini. Banyak kemajuan telah kami capai, namun tidak sedikit juga catatan hal-hal buruk perlu kami perbaiki.

Aku tidak perlu lagi bercerita kepadamu tentang persamaan gender antara wanita dan pria di Indonesia, karena saat ini sudah sangat jauh lebih baik dari waktu-waktu dulu aku surati kamu. Pendidikan sudah menjadi hak seluruh warga negara, tanpa memandang jenis kelaminnya. Pria maupun wanita, asalkan mereka mampu berprestasi dan unjuk kemampuan, bisa mencapai posisi puncak, baik di tempat kerja profesional, sosial-kemasyarakatan, maupun bidang politik.

Tapi, akan selalu ada sisi pojok gelap walau di ruangan yang terang sekalipun.

Maaf jika aku terkesan seperti mencurahkan isi hatiku kepadamu, tapi aku sedih. Melihat bentuk penjajahan yang kita, kaum wanita, alami di era yang kata modern ini.

Stella sahabatku,

Seperti kata sebuah lagu, “wanita dijajah pria sejak dulu..,” bukan berarti semua pria buruk, tapi boleh jadi, memang kita, kaum wanita, yang mau memposisikan diri sebagai insan yang kalah, terjajah.

Melihat iklan-iklan di koran, majalah, televisi, maupun media internet, miris rasanya melihat seorang perempuan yang seolah-olah tidak nyambung dengan produk yang ditawarkan, malah terkesan iklan tersebut sedang menawarkan sang model wanitanya! Menyebalkan!

Kita, kaum wanita, hanya menjadi obyek, diperlakukan seolah-olah barang dagangan, pemanis saja, boro-boro peran intelek yang dimainkan, tidak lebih dari sekedar peran sensual murahan.

Entah para wanita itu melakukannya karena desakan ekonomi –hanya itu pekerjaan satu-satunya yang bisa mereka lakukan, atau memang mereka menyukai menjadi obyek pusat perhatian –dipandangi penuh gairah, atau aku berpikir bahwa pikiran mereka telah kalah terjajah. Bahwa di dalam benak mereka, citra wanita yang dianggap menarik adalah yang pakainnya ketat, sehingga mereka perlu menurunkan beberapa angka ukuran baju-bajunya –sehingga lebih memperlihatkan lekuk tubuh, menaikkan rok menjadi lebih tinggi, dan tidak jarang memperlihatkan bagian-bagian yang tidak seharusnya terlihat menurut adat ketimuran.

Saat ini kita telah kembali terjajah, kita para wanita belum merdeka sepenuhnya. Pikiran kita terjajah oleh opini-opini menyesatkan mengenai bagaimana kita seharusnya berpakaian, bertingkah laku, dan berperan di masyarakat.

Seharusnya kita sadar, bahwa semua orang –termasuk kaum kita,  bisa sukses dan terkenal bukan karena kemolekan tubuh, tapi karena potensi yang kita miliki, karena peran serta yang telah kita sumbangkan, karena kerja keras dan semangat yang kita bagi.

Semoga para wanita itu sadar, bahwa sebenarnya mereka sedang dijajah, tubuh mereka telah “diperjual-belikan”, dihargai dengan nilai yang tak seberapa.

Tapi toh hal itu tidak berlaku umum, masih banyak juga perempuan-perempuan Indonesia yang berprestasi. Prestasi tertinggi di sekolahan-sekolahan umumnya dipegang oleh perempuan, wanita pintar. Tidak sedikit juga bisniswoman yang sukses menjalani usahanya, sebutlah Dewi Motik dan Martha Tilaar dengan perusahaan beromset besarnya. Bahkan Megawati, pernah menduduki Istana Negara sebagai Presiden Republik Indonesia.

Stella kawanku,

Sepertinya aku sudah cukup berpanjang-lebar berbicara kepadamu. Terima kasih sudah mau membaca suratku ini.


Sahabatmu,
Kartini.

 


---000---

Balikpapan, 23 April 2010
Syamsul Arifin

Tulisan yang diikutsertakan pada Lomba "Menulis Surat: Dari Kartini untuk Stella Zeehandelaar di Tahun 2010" yang diadain di kantor. Sayangnya, saya ngga menang euy :( tapi memang para juara-juaranya tulisannya bagus-bagus, memang mereka lebih pantas menang ternyata :D

5 comments:

  1. jadi siapa yang menjajah wanita dalam tulisan ini? para priakah atau justeru hawa nafsu mereka sendiri? :-D

    ReplyDelete
  2. nah itulah..., kira2 siapa ya..? :hmmm:
    ada yang tahu..?

    ReplyDelete
  3. dari stella :
    kau salah ngomongin ini ma diriku..
    di negeriku lebih parah lagi.. lhoh?!

    ReplyDelete
  4. @jaraway, wahahaha, boleh juga jawabannya :P

    ReplyDelete