Pages

05 March 2012

(Sengaja) "Memasukkan" Anak ke Neraka

Seorang anak butuh guru/mentor/pelatih yang melatihnya supaya bisa berenang. Mengharapkan mereka ujug-ujug bisa berenang dengan menceburkan ke kolam yang dalem, tentu aneh, dan sadis (membunuh mereka).


Dan seperti kata pepatah "gagal mempersiapkan, berarti mempersiapkan untuk gagal", makanya tak jarang, banyak sekali orang tua yang memasukkan anak-anak mereka ke les-les, mengikutkan ke persiapan ujian masuk universitas, dan lain-lain. Semua yang membutuhkan pengorbanan waktu-usaha-dan tentunya uang.

Yang uniknya, kita SERIUS sekali tentang urusan persiapan masa depan duniawi anak-anak kita, tapi terkadang 'menyepelekan' masa depan yang lebih di depan, hari-hari di akhirat.

Apakah ada waktu yang sengaja di-plot untuk mengajari mereka shalat-baca quran?
Adakah sejumlah nominal uang yang sama (kalau tidak lebih besar) yang dihabiskan untuk memanggil guru ngaji private seperti yang dihabiskan untuk ikutan les?

Keseriusan usaha akan sebanding dengan besar-kecilnya hasil yang didapat.

Kalau ngga serius membangun pondasi buat agama anak-anak kita, maka jangan mengharapkan anak-anak kita akan jadi melek agama?

Jangan harap mereka tahu cara bertayamum atau mandi junub, tahu cara shalat sebagai makmum masbuk atau shalat dalam perjalanan, tahu cara baca quran yang sesuai tajwid, dst, kalau kita sebagai orangtua (orang yang bertanggungjawab atas mereka), tidak mengajarkan/meluangkan sumber daya yang cukup agar mereka tahu hal-hal tersebut.

Anak itu seperti pohon, jangan berharap kamu bisa menegakkan batangnya kalau sudah terlanjur besar. Seperti bonsai yang dibentuk dari kecil agar memberikan bentuk lekukan batang yang indah, anak juga dibentuk dari kecil agar tertanam nilai-nilai yang kita inginkan. Jangan berharap tiba-tiba saja kalau dia besar dia akan rajin shalat-ngaji-dan kuat puasa, kalau dari kecil tidak pernah dibiasakan untuk shalat-ngaji-dan puasa secara bertahap.

Memahami ilmu agama adalah fardu 'aid bagi setiap muslim/ah, karena dengannya kita akan selamat dunia-akhirat. Prioritas yang proporsional harus diberikan, agar kita tidak menzalimi anak-anak kita dengan 'sengaja' memasukkannya ke neraka, karena kita tidak mengajari/memberikan mereka sumber daya yang cukup untuk mengetahui ilmu agamanya.

Kita tahu, tapi tidak mau tahu.

Buktikan cinta dengan tindakan nyata.


---000---

Balikpapan, 5 Maret 2012
Syamsul Arifin
*pesan untuk diri sendiri

3 comments:

  1. memang, banyak sekali anak yang diabaikan
    kalau anak itu sudah besar dan jadi orang tua, nanti ga bisa juga ngajarin anaknya tentang agama...
    apa kata dunia?

    ReplyDelete
  2. jazakallah, akhie. memang benar adanya, makasih sudah berikan kami ingatan ini......
    izin, copas ya,.....

    ReplyDelete
  3. @faziazen, semoga kita tidak ikutan yang seperti itu juga *amin
    @adespa, ya, silakan :)

    ReplyDelete