Pages

10 March 2009

[flash fiction] Kebun Kecil

Di sebuah kebun yang tak seberapa luas, ada setangkai bunga yang berdiri tegak, ia melambai-lambaikan tangan kepada matahari, tubuhnya berayun-ayun mengikuti irama sang angin pagi. Kiri-kanan-kiri-kanan ia melenggak-lenggok beraturan, tampak senang.

 

Seekor kumbang hitam datang memasuki kebun, menerobos pintu kayu kecil tanpa permisi. Mendekati sang bunga, mencoba hinggap pada dirinya.

 

DEZIG!!! Suara pukulan telak menghantam mata kirinya. Si kumbang jatuh terjerembab ke belakang, terlentang, mengeluh kesakitan, "aduuuh…", tangannya menutupi perih-panas yang berbentuk bulatan hitam di mata.

 

"Jangan sembarang ya!", ujar si bunga cantik yang menawan. "Aku memang menanti seorang pasangan, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya aja, aku kan punya harga diri", pelotot sang bunga tegas.

 

Si kumbang merangkak mundur, menjauh. Perlahan. Tidak menyangka akan mendapat reaksi yang seperti itu.

 

Bunga berwarna kuning itu tampak kesal, "huh...", desahnya.

 

Si kumbang telah hilang dari pandangan. Kini, tidak ada lagi yang mengganggunya. Suara gemericik kolam terdengar selaras dengan harmoni keindahan pagi. Air mancur, ikan mas kecil yang berlari-larian menambah keindahan kebun itu.

 

Dengungan seekor lebah terdengar menggema. Buzzz... buzzz... buzz…

 

"Hai, bolehkah aku berkenalan denganmu?", sapa si lebah ramah.

 

Si Bunga sedikit menoleh, tampak acuh.

 

"Kalau kamu sudah minta izin sama ibu tua pemilik kebun, baru aku mau ngobrol dengan kamu", katanya sambil lalu.

 

"Aha! kebetulan, aku sudah bertemu ibu itu, dia malah menyarankan aku bertemu dirimu", si lebah tersenyum.

 

Bunga kuning itu kini melirik kepadanya. Ada kesan lain yang ia tangkap dari diri si lebah.

 

“Ah, ini baru gentleman, berani”, gumam si bunga dalam hati, “ibu penjaga kebun bagaikan ibuku sendiri, ia pasti tahu apa mauku, dan dia juga pasti hanya ingin kebahagiaan buat diriku”.

 

Sopan, baik, jujur, dan cukup tampan, begitulah kesan yang si bunga dapatkan dari sang lebah. Ia menahan senyum geli dalam hati.

 

"Baiklah, kamu boleh menemani aku disini", kali ini si bunga kuning yang cerah itu tersenyum, manis.

 

"Kurasa, aku akan senang bisa menghabiskan waktu bersama kamu", lebah itu merasakan sebuah penerimaan.

 

“Aku harap, demikian juga dengan diriku”, jawab si bunga senang.

 

Matahari masih hangat bersinar, burung pipit datang menggoda sang lebah dan si bunga, yang sepertinya tampak bahagia.

 

 

 

---000---

Kota

Tepian, 10 Maret 2009

Syamsul Arifin

*Untuk YFN, sorry lama banget bikin cerpennya ^_^

8 comments:

  1. hehehe, entar ku request kamu bikin cerpen buatku juga ah, hehehe "kisahku" setuju gak? hehehe

    ReplyDelete
  2. Buat sobat to..metafora kehidupan hehe*bisa ditebak^^

    ReplyDelete
  3. Baca judulnya aja bikin sy rindu ama alam pedesaan, buku2 yg sy bc wktu kecil, dn tntu sja harmoni khdpn d kampung...
    Seeep

    ReplyDelete
  4. kirain sedang proses akh....
    ternyata untuk sahabat.. ^_^

    ReplyDelete
  5. jadi pengen pulang...
    main2 taneman ibu...
    hehe

    ReplyDelete
  6. @misslind
    walah, ini aja lama ngendapin ceritainya :D
    hmmmm, tapi kisahnya seruw ngga nih..? ^_^ klo seruw, di share2 dulu yaw, nanti kita coba coret2in ^_^

    @ivoniezahra
    ya, begitulah maksudnya :D
    kritik dan saran dunk ^_^

    @lafatah
    wah, dulu tinggal di mana..? dan baca buku apa aja..? ^_^

    @onowub
    sekarang emang lagi proses kok, kan diharapkan terus berproses menuju kebaikan sebagai seorang pribadi ^_^ hehehe

    @dyasbaik
    ow, ibunya suka tanam2an toh :D hehehe
    sepertinya bagus ;)

    ReplyDelete
  7. bener2 cerpen..
    pendek :D

    Ada lanjutannya g?
    hohoho :)

    ReplyDelete
  8. hehehe, ngga ada lanjutannya, sampe seginih aja dulu ^_^

    ReplyDelete