Pages

01 December 2009

Kau Tercipta Untukku?

Aku ingin engkau slalu, hadir dan temani aku
Di setiap langkah, yang meyakiniku
Kau tercipta untukku

( Tercipta Untukmu, Ungu Feat Rossa)


Kau tercipta untukku..?
fufufu, memang mantab sih rayuannya, tapi sebetulnya isinya gombal banget dan terlalu berlebihan :D hehehe

Kita ini tercipta untuk apa? Untuk siapa?

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzaariyaat: 56)

Jadi, jelas banget kalau kamu tercipta bukan untuk dia, tapi kamu diciptakan untuk diriNya, Tuhan semesta alam. Untuk beribadah kepadaNya, dan bukan (cuma) buat dirinya, suami/istrimu, apalagi kalau cuma baru sebatas pacaran, ih, ngga banget deh.

Prioritas Cinta

Mencintai pasangan hidup kita bukanlah suatu hal yang salah, hal itu justru sangat dianjurkan dalam agama kita. Mencintai istri/suami.

Tapi ada cinta lain yang harus didahulukan, diutamakan, dan diprioritaskan diatas segala cinta.

Pertama: cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Ini jelas yang utama dan pertama.

Kita mencintai sesorang dikarenakan beberapa alasan. Mungkin karena dia baik sama kita, mencintai kita, menghormati, menghargai, mampu membuat kita bahagia, karena dia menarik (cantik/tampan), karena dia kaya, punya kedudukan yang tinggi, karir yang cemerlang, karisma yang kuat, sikap, sifat dan perilaku yang menawan, dst.

Kalau memang itu semua alasan-alasannya, maka sudah sepatutnya kita mencintai Allah SWA. Karena Ia amat mencintai kita, hamba-hambaNya, menginginkan kebaikan bagi kita, melimpahkan karunia/rezeki, mencukupi segala kebutuhan/keperluan, maha mendengar doa dan menjawabnya, menjadi penjaga dan penolong, pelindung, maha indah, maha sempurna dengan segala sifat di balik nama-nama indahNya.

Kedua: cinta kepada Rasulullah, sang utusan Allah.

Hadis riwayat Anas bin Malik RA, ia berkata: Nabi SAW bersabda: Seorang hamba (dalam hadis Abdul Warits, seorang laki-laki) tidak beriman sebelum aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan semua orang. (Shahih Muslim)

Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. (QS. At-Taubah: 120)

Umar berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segalanya, kecuali terhadap diriku sendiri.” Beliau berkata, “Hai Umar, tidak, hingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.” Umar berkata, “Demi Zat yang mengutusmu, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Beliau berkata, “Sekarang (engkau benar) wahai umar.” (HR Bukhari)

Rumus Bahagia Ketika mencintai Manusia

Jika kita mampu menempatkan cinta kita dalam koridor/batasan cinta kepada Allah dan Rasulullah, maka sudah dapat dipastikan bahwa cinta kita terhadap pasangan kita, insya Allah, akan membawa keberkahan.

Menjaga cinta kita dengan tetap memperhatikan perintah dan larangan Allah serta RasulNya, mengembangkan cinta terhadap pasangan hidup kita dalam ranah luas yang diperbolehkanNya, insya Allah akan membawa kebahagiaan, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat sana. Insya Allah.



---000---

Balikpapan, 1 Desember 2009
Syamsul Arifin

2 comments:

  1. semoga kita dapat menjalankan rumus yg sudah dirinci olehmu kang agar termasuk orang yg menjai bahagia ketika mencintai sesama :)
    semoga dirimu sekeluarga sll dlm naungan Alloh subhanahu wa ta 'ala :)

    ReplyDelete