Pages

01 December 2009

Standar Ganda dalam Kehidupan Kita

Bahasanya berat banget ya? Standar ganda, udah kayak perpolitikan Amerika ajah :D

Emang apa sih artinya “standar ganda” sebetulnya..? Bukan standar gandanya motor kan, yang kudu ditarik dan bisa membuat motor parkir lebih stabil toh?

Menurut definisi kamus pribadi saya (yaitu kamus ngasal ipin :D ), standar ganda ini adalah jika kita menerapkan suatu hal tidak konsisten, terkadang kita ngotot bahwa inilah patokan/ukuran/nilai/pandangan/penilaian yang harus digunakan di dalam suatu kondisi/tempat, tapi ternyata di tempat/kondisi lain, kita tidak mempergunakan patokan/ukuran/pandangan yang sama. Jadi suka-suka gituh deh, padahal diawalnya sudah menetapkan bahwa hal itu adalah standar baku.

Contoh paling gampang adalah Amerika yang berteriak-teriak (dan tidak ragu untuk menghancurkan sebuah negara) tentang hak asasi atau peperangan melawan terorisme, tapi dia diem aja melihat terorisme zionis Israel yang menjajah bangsa Palestina.

Wah, itu contoh memang kejauhan!

Hey, tapi ternyata, ada beberapa praktik-praktik standar ganda yang kita terapkan dalam kehidupan keseharian kita.

Pernahkah anda sebal ketika ada orang yang menyerobot antrian, ketika ada orang yang membuang sampah sembarangan, ketika ada yang mengendarai kendaraan (entah itu motor maupun mobil) yang grasak-grusuk tak tahu etika di jalan raya?

Jika anda pernah sebal dengan hal-hal seperti itu, lalu kemudian, ternyata anda pun melakukan hal yang sama, misalnya pernah menyerobot, tidak taat peraturan lalu lintas, membuang sampah sembarangan, dll, maka pada hakikatnya anda sudah melakukan apa yang disebut dengan standar ganda! Aneh kan, anda sebal dengan prilaku yang anda sendiri lakukan?

Pelaku Standar Ganda Memiliki Kepribadian yang Bermasalah

Sakit, secara kejiwaan, karena dia tidak memiliki konsistensi dalam bersikap; plin-plan, sulit untuk dapat dipercaya.

Mau menang/enaknya sendiri. Mudah emosian, menurutkan hawa nafsu pribadi, tak terkontrol, karena dia tidak hanya mengambil apa-apa yang mudah/enak bagi dirinya sendiri, namun ketika orang lain melakukannya, ia tampak marah.

Satu Ukuran untuk Semua

Ya, kalau memang mau jadi baik, jadilah baik di segala tempat, di setiap waktu.

Ketika kita menetapkan standar yang baik bagi orang lain, maka sudah sepatutnya diri kita sendiri yang menjadi orang pertama yang menjalankan kebaikan itu.

Sepertinya sih begitu...



---000---

Balikpapan, 1 Desember 2009
Syamsul Arifin

4 comments:

  1. Standar ganda pa lbh tpatx Double Personality y?

    ReplyDelete
  2. saya kira bukan
    double personality--atau yg lebih tepat disebut multiple personality disorder, adalah suatu kondisi dimana kepribadian seseorang terpecah, umumnya karena trauma. misalnya, dlm kisah nyata billy milligan, dia sempat 'menciptakan' kepribadian seorang anak kecil yg tuli. ini tercipta saat billy kecil memecahkan gelas dan diomeli oleh ibunya. ingin melarikan diri dr situasi tsb, terciptalah kepribadian si anak tuli.

    double standard is double standard
    saya kira, ada beberapa konteks dan situasi yg membuat suatu standard bisa menjadi lentur
    namun, utk beberapa hal, memang sebaiknya satu standarlah yang dipegang teguh
    nice writing, mas ipin :)
    demikian :)

    ReplyDelete
  3. thanks atas tambahannya mba retnadi ^_^
    @ramadhanfaizal
    udah dijawab sama mba retno yaw ^_^

    ReplyDelete
  4. lebih tepatnya split personality kali yah...
    kalau dalam pandang saya tidak setiap split personality adalah buruk, tergantung tujuan dan keadaannya,,,
    diriwayatkan adalah seorang shahabat besar Abdullah bin Zubair ra, beliau dikenal sebagai orang yang pandai berbicara menyesuaikan lawan bicaranya...kalau berbicara dengan para pembantunya, beliau menyesuaikan dnegan logat masing2 mereka..
    kalau berbicara masalah dunia, terkesan beliau ini orang yang seperti tidak kenal Allah (tidak kenal agama)..
    kalau dia bicara masalah agama, terkesan beliau ini orang yang tidak butuh harta (tarikhul khulafa - imam suyuthi)

    banyak kisah shahabat yang mengagumkan dalam cara bergaul mereka, khususnya dalam pendekatan dakwah kepada masing2 karakter orang yang dihadapi dan latar belakangnya..

    maksudnya tidak lain salah satunya untuk mendekatkan hati, memikat hati orang agar tertarik dengan dakwah mereka para shahabat, tidak dengan cara yang kaku, dogmatis, dan doktriner...

    ReplyDelete