Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. Asy-Syura: 49-50)
Boleh jadi masih banyak diantara kita (termasuk saya) yang salah kaprah dalam memandang pemberiaan Allah berupa titipan anak melalui rahim istri kita. -saya sendiri sudah punya anak 1, Sarah el Hurriyah (20 bulan).
Sadar ngga sadar berpikir bahwa itu seorang bayi 'jadi' karena usaha berdua semata.
Memang pasti sebagai manusia kita terikat kepada sunatullah (hukum alam yang telah Allah gariskan) -termasuk juga bagaimana proses alamiah kejadian/reproduksi manusia. Tapi harusnya kita sadar, kalau semua sebab terjadi karena memang Allah sudah mengkehendakinya, dan semua hal itu sudah ditetapkan takdirnya, pepatah yang terkenal berkata 'pena telah diangkat dan lembaran-lembaran kertas telah kering' -maksudnya sudah ditetapkan kok keputusannya.
Dari Abu Said al-Khudry r.a. bahwa ada seseorang berkata, "Wahai Rasulullah, aku mempunyai seorang budak perempuan, aku melakukan 'azl padanya karena aku tidak suka ia hamil, namun aku menginginkan sebagaimana yang diinginkan orang kebanyakan. Tapi orang Yahudi mengatakan bahwa perbuatan 'azl adalah pembunuhan kecil. Beliau bersabda, "Orang Yahudi bohong. Seandainya Allah ingin menciptakan anak (dari persetubuhan itu), niscaya engkau tidak akan mampu mengeluarkan air mani dari luar rahim." (HR Ahmad, Abu Dawud, Nasai, dan Thahawi)
Apa dengan begini kita jadi berlepas tangan dan berdiam diri saja. Ya ngga juga lah, karena kan berusaha/berproses itu wajib, sedangkan mengenai hasilnya, itu mah terserah Allah aja.
Jadi ya ngga usah terlalu 'stress' juga kalau memang belum waktunya atau ngga dikasih titipan anak.
Dan jangan sombong atau berbangga diri juga kalau udah punya anak, toh bukan kita yang benar-benar ngebuat mereka, tapi Allah yang membuatnya -menjalankan sel telur, menjalankan sel sperma, memberikan bentuk pada janin, dll- kita ngga banyak berbuat/andil disitu.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (QS. Al-Hadiid: 23)
Kalau belum dikasih anak, berdoa dan berusaha.
Para Nabi juga berdoa memohon -bahkan ada yang bertahun-tahun baru diberi momongan, teladan yang patut ditiru.
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai". (QS. Maryam: 2-6)
Jangan pernah kehilangan harapan/kepercayaan/keyakinan kepada Allah, karena kepada-Nya lah kita serahkan segala urusan, laa quwwata illaa billah (tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
Dinikmati saja apa yang ada saat ini, karena seorang muslim itu mengagumkan dalam berbagai kondisi (sabar dan syukur). Insya Allah itu lebih baik.
---000---
Balikpapan, 2 Oktober 2012
Syamsul Arifin
cerpen lama saya berjudul "bila momongan tak kunjung datang" bisa dilihat di: http://genkeis.blogspot.com/2007/09/cerpen-bila-momongan-tak-kunjung-datang.html
ReplyDelete