“Ketika cinta tak lagi boleh tuk menyapa.., bolehkan ia tetap menemani dalam sunyi, dalam diam, dan dalam kebisuan..?”
Kalimat itu terngiang lagi di kepalaku, haduh, migrainku kambuh. Kupercepat langkah menuju bangunan berwarna krem berlantai empat itu. Sebuah bangunan yang telah empat tahun lebih menjadi tempat mencari nafkah bagi diriku.
"Mas, izinkan aku turut mereguk cinta dari dirimu"
Ku telan sebutir aspirin diiringi tegukan air mineral dingin tuk mengurangi pening di kepala. Kenapa dia masih saja terus tetap mengganggu. Mengejarku. Bukankah aku sudah menjelaskan sikapku dengan sejelas-jelasnya kepadanya, dengan setegas-tegasnya. Aku menghela nafas panjang. Huff...
---
Sudah hampir beberapa bulan ini istriku terlihat uring-uringan. Ia terlihat seperti menahan beban yang berat. Dimatanya terlihat jelas hitam kantung tidur. Menandakan gelisah yang berkecamuk hebat dalam dirinya.
---
"Assalamualikum", aku mengetuk pintu pelan. Jam tanganku menunjuk ke arah sepuluh lebih sepuluh, cukup larut untuk ukuran pulang kantor.
"Wa'alaikumsalam", terdengar suara dari dalam. Suara Nisa yang terdengar semakin tak ceria menyahut. Ia keluar dari dalam, terdengar bunyi kunci pintu diputar beberapa kali. Ia mengambil tas kerjaku, dan seperti kebiasaannya selama dua tahun pernikahan kami, ia mengambil tangan kananku, diciumnya.
Aku mencoba tersenyum, ia pun tersenyum, namun senyum yang tanpa rasa, terlihat dipaksakannya olehnya.
Setelah meletakkan sepatu di rak sepatu di bagian belakang rumah, sembari melepas kancing kemeja paling atas, aku membuka kulkas, mengambil segelas es teh manis, yang seperti biasanya, sudah dipersiapkan oleh Nisa. Meneguk es teh serasa mendinginkan semua panas dan meluruhkan semua gerah yang kudapat selama perjalanan pulang. Tanganku dingin menyentuh gelas kaca es teh manis.
Aku beranjak duduk di meja makan kecil di ruang tengah rumah kami. Setelah meletakkan tas kerjaku di kamar, Nisa ikut duduk di hadapanku. Ia memang selalu menemaniku makan malam, meskipun jika ia sudah makan malam terlebih dahulu.
Aku memang memerintahkannya agar makan malam terlebih dahulu jika aku pulang larut malam, ia punya penyakit maag, dan diawal-awal pernikahan, kebiasaanya menungguku pulang agar bisa makan malam bersama-sama sering membuatnya terkena sakit maag, karena aku memang sering pulang larut malam. Sehingga akhirnya kami sepakat bahwa ia harus makan malam tepat waktu, pukul delapan malam, dan mulai makan meskipun tanpa diriku, meskipun berat hati, ia menurutiku, dengan syarat yang ia ajukan, bahwa ia diperbolehkan tetap bangun meskipun sudah lewat tengah malam dan ikut duduk menemani saat aku makan. Syarat yang tak perlu membuatku berpikir panjang tuk bisa meng-iya-kannya.
Ia mengambil piring, membuka penghangat nasi, mengisi piring dengan nasi putih yang terlihat mengepulkan asap hangat. Dibukanya tutup lauk yang menutupi piring, ikan kembung goreng dan beberapa potong
Aku mulai makan dalam diam, ia tetap duduk dihadapanku.
Kira-kira hampir selesai aku menghabiskan makananku, ia bersuara.
"Mas..."
"Ya", aku menyahut sambil memasukkan suapan terakhirku.
"Besok aku mau pulang ke rumah orang-tuaku", suaranya tertahan, hampir menangis.
Aku menelan suapan terakhir makan malamku dengan berat.
"Kenapa..?", aku bertanya khawatir.
"Aku sudah tidak tahan mas, aku butuh waktu", tangisnya pecah. Tersedu-sedu pelan.
Uhhhhh, ini pasti gara-gara wanita itu, batinku menduga pasti. Kesal.
"Kau masih percaya padaku
Dia diam saja, menunduk, tangannya memegangi ujung jilbab hitamnya.
Duh, aku mulai kehilangan harapan terakhirku, pegangan terakhirku, kepercayaannya.
Hening sesaat.
"Baiklah, aku antar engkau besok pagi"
"Iya", ia mengangguk, dan mulai merapihkan piring kotor bekas makanku, beranjak pergi meninggalkanku sendiri di meja makan.
Aku harus bisa bertahan, batinku mengatakan sesuatu yang mulai aku ragukan.
---000---
26072008
Syamsul Arifin
"Rusaknya keutuhan keluarga bukan semata-mata bisa dipersalahkan kepada orang ketiga, walaupun orang ketiga ini tentu saja memegang peranan penting. Hal yang pasti adalah bahwa “Kerusakan atau Keutuhan sebuah Keluarga sepenuhnya ada di tangan pasutri ini sendiri” . Kesetiaan adalah sesuatu yang pantas mendapatkan cobaan. Kesetiaan tanpa cobaan bukanlah kesetiaan sejati. Kesetiaan bukan hanya milik pasangan suami-istri tetapi juga Kesetiaan terhadap Allah, Sang Pencipta. Setiap manusia diuji untuk membuktikan kemampuannya apakah dapat tetap setia menjalankan kehendakNYA (termasuk tidak melakukan perselingkuhan), sehingga pada akhirnya dapat mencapai hasil akhir yaitu kembali kepangkuanNYA setelah meninggalkan dunia ini."
(Kata penutup artikel "Pasca Perselingkuhan")
oooo ini tho maksud the...
ReplyDelete^_^ heheheh, iya, ini salah satu maksudnya, tapi ada lagi sih yang lainnya :-"
ReplyDeletesebetulnya cerpen ini masih panjang banget
karena pengen buat si suami yang dikejar2 seorang wanita, dan di sisi lain, istrinya yang seharusnya mendukungnya, malah mengambil jarak, karena si wanita tersebut juga menterornya dan membuat kepercayaan terhadap suaminya mulai luntur sedikit demi sedikit, dan si istrinya ini tidak pandai mengkomunikasikan masalah tersebut, jadinya begitu deh.
Si suami akhirnya berada dalam kemelut, di satu sisi dikejar2 seorang wanita, disisi lain ditinggal sang istri :D
Dgn pasangan hidup sj kesetiaan kita akan dituntut. Apalagi kesetiaan kita terhadapNya. Thankz dah mengingatkan.
ReplyDeleteKenapa ya persepsinya kalo istri itu selalu minta dipulangkan ke rmh orng tuanya ktika sdng brmslh sm suaminya?
ReplyDelete:?!
Kasian amat si Amat :> si suami mksud na. Dikejar2 wanita lain. Mungkinkah wanita tersebut penagih hutang dari sbuah perusahaan tertentu? -p ditunggu kelanjutan cerita nya.
ReplyDeleteKenapa ya persepsinya kalo istri itu selalu minta dipulangkan ke rmh orng tuanya ktika sdng brmslh sm suaminya?
ReplyDelete:?!
@alfizahra : Kan ada lagu nya mba. 'Pulangkan saja..' ^.^v
ReplyDeleteTau tuh... padahal kan haknya si istri ya mau pulang ke rumah ortunya... Trus, kenapa juga si istri minta dipulangkan, kalo lagi ngambek mah pulang aja sendiri gak perlu dianterin. Padahal waktu masih gadis ke gunung sendirian juga berani... hehehe
ReplyDeletehmmmm.... emang ada ya mata kuliah kesetiaan ??? kok ada ujiannya segala... siapa sih dosennya, tega2mya ngasih ujian kayak gitu.... susah tau... hihihi
ReplyDelete*pemikiran yang aneh ;b
OoOo pas lussy kemaren ilang ngumpet di gunung ya ??? ngambek ama siapa dek ampe ngumpet ke rumah temennya?? hehehehe
ReplyDeleteKok kayaknya kenal ya yg namanya Nisa hihihi *ga penting banget komennya hehehe
ReplyDeleteiya ngumpet di gunung agung mba... secara kalo ke gunung agung gak perlu bawa seperangkat alat camping... hehehe
ReplyDeleteNgambek ama abang bajaj yang gak mau diajak patungan, padahal saya naik bajajnya kan berdua tuh abang... ;D
*makin ngaco nih Lussy kayak jam... ^_^
penting gak penting... yang penting posting komenting... biar gak jadi kayak cabe keriting....
ReplyDeleteOoOoO yg kemaren dikejar satpam gunung agung itu lussy to????????? waaaaaaaaaaaaaaaaa ampe ngos2an gitu de ... ;P
ReplyDeletelain kali bilang gini aja ama ntu abang bajaj, "bang, gimane kalo aye aje yg nyetir nih bajaj, abang duduk aje dibelakang. nah pas nyampe sono noh, uang setoran kite bagi due ,,, gimane gimane??? setuju kagak?? *sambil angkat2 alis hahahaha
dijamin deh dek ........ jamin dilemparin ama ntu abang wakakakaka
*napa ngerusuh dirumah ipin nih ^_^ ... apa karena ipin abang bajaj nya??? *tanya kenapa??? ;P
sekali-kali ngebuat ipin bagai tamu dirumahnya sendiri mba atau malah biar beliau merasa bagai penyamun di sarang perawan, atau... atau... wataw.... hihihi
ReplyDelete*cabut yuk mba sebelum disiram air ama yang punya rumah ;d
Yuuuuuuuuuukkkkkkkkk *sambil gandeng tangan lussy meninggalkan rumah ipin yang porak poranda hasil kerusuhan .. hayaaaaaaaaaahhh
ReplyDeletessstttt .......dekkk..... sambil tiarap dong....ntar keliatan hehehehe
halah.... kayak abis maling aja kita, pake biar gak keliatan segala.... topengnya dipake juga gak nih mba... ??? hihihi
ReplyDelete@puti
ReplyDeletedah dijawab tuh sama mba temanjiwa ^_^
tapi klo tambahan dari saya, karena rumah orang tua lah tempat dimana cinta tak bersyarat itu dapat dengan mudah diperoleh :)
kecintaan sejati yang tulus tanpa pamri hanya bisa didapat dari para orangtua :)
@naila
cerita ini sebetulnya terinsprasi dari dari beberapa kisah nyata yang ada disekitar saya :toe: memang begitulah kehidupan... fiuh...
@lussy & akmal
halah2, ngerusuh aja nih anak :P
hush2x... [mode ngusir: on]
dipake dunk dek .... sstss jangan kenceng2 ngomongnya ntar ketauan hehehehe
ReplyDelete*sambil ngendap2 nenteng sesuatu ditangan (walaaaaah kok jd kaya abis maling beneran hihihihi)
Deeeek .... kita tertangkap ....n diusir hiks hiks ...yuuuuuuuukk kita pulang aja kerumah orang tua kita *what?? maksud lo??? hehehe
ReplyDeletehahahaha... yah, tapi gimana dong mba dah keburu kenceng plus berecho gini...ni...ni...
ReplyDelete*[setelah sampai di luar] mba nenteng apaan ??? lah... itu mah bakiak saya mba... kenapa mba bawa sih ??? kan niatnya saya tadi, biar kaya cinderella gitu [dengan setengah gondong ngomongnya]
kok pake pulang sih mba... ini rumah kita lagi... malah mas ipin tuh yang ngontrak di rumah ortu kita [kesannya ortunya sama]... jadi, sekarang enaknya kita ngapain nih mba ???
ReplyDelete*wealah... mba'e2... jadi ngawur bin ngelantur gini nigh komeng dan kayaknya butuh bimbingan ortu dalam membacanya ;b
Waaaa ... aaa ... aaa ... salah comot dong ...ng ...ng.. ng.. *echo.com ;P
ReplyDeleteHmm gpp dek, kan mbak bawa bakiaknya sebelah hehehe *sambil inget kalo bakiak yg sebelah lagi ketinggalan didalam kulkas *ha??? kulkas??? hihi
kalau gitu harus buru2 kita ambil mba yg ketinggalan di kulkas. Jangan sampai tuh bakiaknya dijadiin bahan pelengkap buat bikin nasi goreng... hihihihi
ReplyDeletekalau gitu harus buru2 kita ambil mba yg ketinggalan di kulkas. Jangan sampai tuh bakiaknya dijadiin bahan pelengkap buat bikin nasi goreng... hihihihi
ReplyDeleteAssalamu'alaikum
ReplyDeletenumpang lewat aja ya...
@akmal n lussy
ReplyDeletemasih ngerusuh aja nih :toe:
@alumnisdn3
wa'alaimumsalam :)
silakan ^_^