(Seingat saya), dulu saya pernah membaca buku Fikih Prioritas karangan DR Yusuf Al Qardhawi. Filosofi konten di dalamnya membekas dalam diri saya. Merenungi Sirah Nabawiyah, biografi para ulama, dan kisah-kisah orang-orang shalih dahulu (para sahabat, tabiin, tabiut tabiin), banyak membantu mengenalkan kita pada pilihan prioritas hidup yang seharusnya diambil.
Contoh paling mudah misalnya, ketika sahabat mulia, khalifah ketiga, sahabat yang dijamin masuk surga, orang yang malaikat pun malu kepada beliau, menantu Rasulullah, Ustman bin Affan RA, tidak ikut perang badar karena menjaga istri beliau yang sedang sakit -meski demikian, Rasulullah tetap menganggapnya sebagai bagian dari pasukan perang badar dan memberinya bagian harta rampasan perang-.
Saat ini, banyak orang yang mendahulukan kepentingan orang lain atau (katanya) umat, padahal keluarganya sendiri lebih pantas untuk diprioritaskan urusannya. Menganggap baik dengan perbuatan tersebut, padahal tindakan yang ia ambil sebetulnya menyelisihi sunnah.
Bahkan ada kaidah, jika hak manusia berbenturan dengan ibadah sunah (kepada Allah), maka hak manusia harus didahulukan.
Contohnya apa? Cukuplah kita merenungi kisah Juraij dan Uwais Al Qarni.
Karena pilihan prioritas yang benar, hidup mereka bisa berantakan (Juraij) dan hidupnya bisa dimuliakan (Uwais).
Perhatikanlah baik-baik pilihan hidupmu. Urutkanlah berdasarkan prioritas yang BENAR. Standar kebenaran ini berdasarkan Quran dan Hadits. Maka pelajarilah benar-benar Quran dan Hadits, semoga kita bisa benar menjalani hidup, karena tahu prioritas.