14 December 2022

Persepsi, "Power imbalance", dan Kesombongan

Salah satu hal unik yang saya pelajari selama kuliah S3, khususnya ketika menyaksikan proses komisi/ujian/sidang rekan mahasiswa yang lainnya adalah perceived/persepsi diri sendiri atas keunggulan/kekuatan pribadi dapat membuat diri merasa lebih baik dari pihak lain = sombong. 

(Perceived) kekuatan/power ternyata tidak hanya muncul dari ketinggian posisi/jabatan, kemelimpahruahan harta, warisan ras/jalur nasab/keluarga/darah/kasta/marga tertentu saja, namun bisa juga muncul dari merasa diri lebih tahu/pintar dari orang lain.

Menarik.

Ketika kita merasa diri lebih baik dari orang lain (logisnya kita merasa orang lain lebih rendah juga), akan membuat kita kehilangan kesempatan untuk belajar atau mengambil ilmu/hikmah yang dibawa orang tersebut. 

Bagaimana mungkin orang yang lebih kuat-tinggi-hebat-pintar akan mau menerima masukan dari orang yang lebih lemah-rendah-lemah-bodoh?

Beri tahu, bantu, arahkan, tunjukkan kalau memang tidak tahu, kurang baik, atau keliru. Tidak perlu diserang-dijelekkan-dicari kelemahan. Tidak perlu juga menunjukkan kalau anda lebih hebat, karena punya kekuasaan untuk membatalkan/menentukan lanjut atau tidak lanjutnya perjalanan akademik seseorang.

Power imbalance itu sebetulnya cuma masalah persepsi saja, merasa lebih tahu, padahal belum tentu seperti itu faktanya.

Tak usah sombong, karena kesombongan itu selendang Tuhan, hanya Ia yang berhak menggunakannya. Iblis terusir karenanya. Maukah dirimu mengikuti jejak langkahnya? 

10 November 2022

[Puisi] Buat Apa?

Buat Apa? 

Buat apa jadi burung emas kalau terkungkung sarang besi?
Bukankah lebih baik jadi burung pipit kecil yang merdeka mengepakkan sayapnya ke sana kemari?


---
Bandung, 10 November 2022
Ipin4u