Daftar wish list barang yang saya buat 28 Juli 2010, terwujud semua.
- Mobil: Nissan March (Juni 2011)
- External harddisk: Seagate 500 GB
- Handphone: Nokia e63 (September 2010)
- Sunglass: *lupa merknya apa, walau sudah rusak dan sudah dibuang, tapi sempat punya
- Kursi komputer (warna kuning, beli 2)
- DSLR Nikon 3100 (Maret 2011)
- Laptop, Lenovo G480 (April 2013)
Alhamdulillah, rezeki dari Allah.
Saya termasuk orang yang TIDAK percaya kepada konsep Law of Attraction atau Semestakung (Semesta Mendukung). Saya selalu meyakini bahwa Allah yang memberikan apa-apa yang kita dapatkan -bukan karena keinginan keras kita sehingga alam semesta membuatnya menjadi nyata. Karena bisa jadi ada banyak hal-hal yang kita inginkan namun hal tersebut tidak baik buat diri kita, sehingga Allah yang maha pengasih dan penyayang malah menjauhkan hal tersebut dari diri kita.
Apakah salah menuliskan atau menyebutkan hal yang kita inginkan?
Sepertinya tidak juga.
Saya pernah baca kisah tentang Urwah bin Zubair berikut, berikut sepenggalannya yang mungkin bisa memberikan gambaran tentang kekuatan keinginan:
Pagi itu, matahari memancarkan benang-benang cahaya keemasan di atas Baitul Haram, menyama ramah pelatarannya yang suci. Di Baitullah, sekelompok sisa-sisa sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tokoh-tokoh tabi’in tengah mengharumkan suasana dengan lantunan tahlil dan takbir, menyejukkan sudut-sudutnya dengan do’a-do’a yang shalih.
Mereka membentuk halaqah-halaqah, berkelompok-kelompok di sekliling Ka’bah agung yang tegak berdiri di tengah Baitul Haram dengan kemegahan dan keagungannya. Mereka memanjakan pandangan matanya dengan keindahannya yang menakjubkan dan berbagi cerita diantara mereka, tanpa senda gurau yang mengandung dosa.
Di dekat rukun Yamani, duduklah empat remaja yang tampan rupawan, berasal dari keluarga yang mulia. Seakan-akan mereka bagian dari perhiasan masjid, bersih pakainnya dan menyatu hatinya.
Keempat remaja itu adalah Abdullah bin Zubair dan saudaranya yang bernama Mus’ab bin Zubair, saudaranya lagi bernama Urwah bin Zubair dan satu lagi adalah Abdul Malik bin Marwan.
Pembicaraan mereka semakin serius. Kemudian seorang diantara mereka semakin serius. Kemudian seorang diantara mereka mengusulkan agar masing-masing mengemukakan cita-cita yang didambakannya. Maka khayalan khayalan mereka melambung tinggi ke alam luas dan cita-cita mereka berputar-putar mengitari taman hasrat mereka yang subur.
Mulailah Abdullah bin Zubair angkat bicara, “Cita-citaku adalah menguasai seluruh Hijaz dan menjadi khalifahnya.”
Saudaranya Mush’ab menyusulnya, “Keinginanku adalah dapat menguasai dua wilayah Irak dan tak ada yang merongrong kekuasaanku.”
Giliran Abdul Malik bin Marwan berkata, “Bila kalian berdua sudah merasa cukup dengan itu, maka aku tidak akan puas sebelum bisa menguasai seluruh dunia dan menjadi khalifah setelah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.”
Sementara itu, Urwah terdiam seribu bahasa, tak berkata sepatah pun. Semua mendekati dan bertanya, “Bagaimana denganmu, apa cita-citamu kelak wahai Urwah?” Beliau berkata, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi semua cita-cita dari urusan dunia kalian, aku ingin menjadi seorang alim (orang berilmu yang beramal), sehingga orang-orang akan belajar dan mengambil ilmu tentang Rabb-nya, sunnah nabinya dan hokum-hukum agamanya dariku, lalu aku berhasil di akhirat dan memasuki surge dengan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Hari-hari berganti serasa cepat. Kini Abdullah bin Zubair di bai’at menjadi khalifah menggantikan khalifah Yazid bin Mu’awiyah yang telah meninggal. Dia menjadi hakim atas Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan dan Irak yang pada akhirnya terbunuh di Ka’bah, tak jauh dari tempatnya mengungkapkan cita-citanya dahulu.
Sedangkan Mus’ab bin Zubair telah menguasai Irak sepeninggal saudaranya Abdullah dan akhirnya juga terbunuh ketika mempertahankan wilayah kekuasaannya.
Adapun Abdul Malik bin Marwan, kini menjadi khalifah setelah ayahnya wafat dan bersatulah suara kaum muslimin pasca terbunuhnya Abdullah bin Zubair dan saudaranya Mus’ab, setelah keduanya gugur di tangan pasukannya. Akhirnya, ia berhasil menjadi raja dunia terbesar pada masanya.
Bagaimana halnya dengan Urwah bin Zubair? Mari kita ikuti kisahnya dari awal…*sambungan cerita bisa dibaca selengkapnya di: Kisah Tabi’in: Urwah bin Zubair
Begitulah.., tidak masalah menuliskan/mengungkapkan target, dan berusaha menggapainya. Yang terpenting adalah tidak mengesampingkan kekuasaan Tuhan yang mengatur segala hal.
Karena itu, wish list saya selanjutnya yaitu:
- Wish list jangka pendek adalah saya bisa kuliah dan lulus program S2 K3 serta menerbitkan buku tentang keselamatan kerja: 30 Topik Rapat Keselamatan; Buku Panduan Petugas Keselamatan di Lapangan; dan lain lain.
- Wish list jangka panjang: menjadi Director HSE bagi wilayah Asia Pacific di Multi National Company
- Belikan rumah bagi ortu di Jakarta seharga 500 juta rupiah.
- Anak perempuan saya memperoleh gelar Doktor dan menjadi pakar ilmu quran, tafsir dan bahasa Arab; ulama terbaik nomor 2 se Indonesia
- Anak laki-laki saya menjadi pengusaha sholeh, memiliki ratusan cabang retail di kawasan Asia dan Eropa. Karyawan yang bekerja kepadanya di seleksi hanya karyawan yang shalat 5 waktunya tidak pernah bolong; toko retailnya tutup ketika waktu-waktu shalat (tidak melayani pembeli); keberkahan meliputi usahanya -banyak sumbangan yang dia berikan kepada umat Islam secara keseluruhan.
- Cucu-cucu kami menjadi anak-anak yang beriman, soleh/ah, rendah hati, baik kepada sesama, berprestasi di sekolah dengan keahliannya masing-masing, rajin beribadah dan terhindari dari jerat alkohol-narkoba, seks bebas, dan perbuatan tercela lainnya.
Insya Allah kami sekeluarga hidup dalam keistiqomahan iman dan islam, mati dalam keadaan iman dan islam, serta dikumpulkan di surga dalam keadaan penuh kegembiraan -diselamatkan dari siksa neraka. *Insya Allah, amin ya rabbal alamin.
---000---
Balikpapan, 4 April 2013
Syamsul Arifin
aaamin...IsyaAlloh kang:)
ReplyDeleteamin :)
Deletebarakallahu fiekum
ReplyDelete