Kita bisa bahagia (dan tidak bahagia) terlepas dari kondisi apapun yang kita miliki.
Bahagia itu berawal ketenangan hati.
Apa yang membuat hati kita tenang?
Uang banyak, tapi takut diambil orang, jengkel dipotong pajak?
Rumah lapang tapi tidak berpenghuni (ayah ibu pulang malam, anak selalu bermain di luar)?
Kendaraan mewah tapi stres di jalanan macet?
Kedekatan kita dengan Tuhan, adalah pondasi menuju bahagia.
Kita bisa membuat diri kita bahagia, dalam kondisi/situasi apapun juga.
Punya anak ataupun tidak punya anak.
Punya rumah sendiri ataupun masih ngontrak.
Punya kendaraan pribadi ataupun naik angkutan umum.
Rumah lapang yang hangat penuh cinta. Bahagia.
Rumah ngontrak yang disinari kasih sayang di antara penghuninya. Juga bahagia.
Uang banyak, disalurkan pula jatah zakatnya. Bahagia.
Uang sedikit, meski hanya tercukupi makan minum saja, tapi masih mampu bersyukur. Juga bisa bahagia.
Kendaraan mewah, dengan hati yang sabar. Bahagia.
Naik bus umum, sembari berzikir, bahkan sampai tertidur lelap di kursinya. Juga bahagia.
Tidak semua orang berhak atas kepemilikan materi tertentu.
Tapi semua orang berhak bahagia.
Tuhan Maha Adil.
Tidak semua orang punya penghasilan yang sama.
Tapi semua orang punya hak kebahagiaan yang sama.
Pilihlah untuk bahagia.
Bagaimana kau bersikap ketika menghadapi berbagai kondisi hidup, bisa membuatmu bahagia.
Pilihlah untuk bahagia.
Dekat dengan Yang Maha Esa, banyak bersyukur atas karunia-Nya, pondasi menuju bahagia.
---000---
Balikpapan, 10 Agustus 2018
Syamsul Arifin
No comments:
Post a Comment