Sebelum ada GPS, kompas, dan sekarang Google Map, Waze, atau alat navigasi modern lainnya, para pengembara mempergunakan rasi bintang sebagai penunjuk arah perjalanan.
Mereka menatap ke langit malam, memperhatikan susunan bintang (Polaris, konstelasi Orion, Crux), mencari sudut mempergunakan kuadran, atau mengobservasi pergerakan bintang langit guna menentukan arah tujuan.
Saat ini, terangnya lampu kota di malam hari membuat kesulitan ketika mengamati langit malam. Binar bintang kalah terang, membuat mata kita kesulitan mencari-cari susunan bintang.
Jika dianalogikan ke dalam perjalanan hidup. Sebagai susunan bintang, ada Al-Quran yang paling terang, lalu As-sunah yang menjelaskan.
Namun sebagai pengembara di dunia, apakah kita sering memperhatikan penunjuk jalan itu?
Sudahkah kita mengecek kemana arah tujuan? Memastikan kita bergerak ke titik yang benar? Di jalur yang paling mudah, cepat, tidak membahayakan/menyulitkan?
Keriuhan kota bisa jadi membuat kita lupa akan indah dan pentingnya memperhatikan garis-garis (bintang) penunjuk arah tujuan. Bahkan bisa jadi, kita lupa berjalan melanjutkan pengembaraan (pulang) karena tertawan keramaian.
Kitab Al-Quran dan Sunah Rasulullah, mereka adalah bintang-bintang (pemandu arah tujuan) di langit malam (kehidupan) kita.
Jangan sekali-kali kau lupakan.
Bukalah, pelajarilah, lalu cobalah diamalkan, semoga dengannya kita akan selamat sampai ke arah tujuan.
---000---
Balikpapan, 24 September 2018
Syamsul Arifin
No comments:
Post a Comment