Pada tingkatan terendah, merdeka adalah bebas secara fisik, tidak terbelengguh pagar, jeruji, tembok atau batas sekat lainnya.
Di tingkat selanjutnya, kebebasan adalah masalah rasa jiwa.
Orang yang fisiknya tersandera, belum tentu merasa terkungkung. Maka tidak heran, ketika dulu para ulama dipenjara, mereka malah berkomentar, "mereka bisa memasukkanku ke mana saja, tapi mereka tidak bisa membuatku berada di tempat dimana tidak ada Allah di sana".
Badiuzzaman Nursaid bahkan mengatakan, "siapa yang mengenal dan menaati Allah ﷻ, maka ia akan bahagia walaupun berada di dalam penjara yang gelap gulita. Dan siapa yang lalai dan melupakan Allah, ia akan sengsara walaupun berada di istana yang megah mempesona.”
Orang yang secara fisik terlihat merdeka pun, terkadang tidak bisa bebas menyuarakan hati nuraninya, tidak bisa lepas berbeda pendapat, pandangan, tindakan.
Bahkan tidak jarang, orang yang menyerukan kebebasan justru orang yang terpasung opini kebanyakan orang, mengikuti maunya sponsor/uang/kekuasaan.
Inilah cantik, hebat, tinggi derajat, kaya, mulia menurut mereka. Bukan karena pilihannya sendiri.
Bahkan bisa jadi, seseorang tidak merasa, dirinya telah diperbudak syahwatnya sendiri.
Yang cukup kontradiktif adalah orang beriman. Apakah mereka dianggap merdeka dalam kepatuhannya terhadap Tuhannnya?
Jangan dianggap orang yang beriman itu tidak merdeka. Ia merdeka dengan kemerdekaannya yang hakiki.
Memilih jalan kesenangan itu mudah, semua orang pasti bisa.
Memilih yang enak-anak saja, sepertinya bukan pilihan, itu insting di semua makhluk hidup.
Memilih untuk mengeluarkan energi, melakukan usaha, menghabiskan waktu dan harta untuk sebuah reward yang tidak kasat mata, itu baru pilihan.
Tidak peduli omongan orang. Tidak takut celaan orang yang suka mencela. Cuek mengamalkan kebenaran berdasarkan referensi yang ia pahami/yakini/imani.
Dulu perbudakan fisik terlihat nyata, saat ini, berbudakan pemikiran meski tak nampak, namun kental terasa.
Orang yang beriman merdeka dalam bingkai ketundukannya terhadap Allah saja.
---000---
22 Agustus 2019
Syamsul Arifin
No comments:
Post a Comment