Tulisan saya tentang human error baru saja diterbitkan majalah Katiga. Salah satu poin/prinsip tentang human error adalah tiap orang mungkin berbuat salah, bahkan orang terbaikpun bisa salah.
Kemudian saya juga baru melihat-lihat lagi sejarah Nabi Muhammad di perang badar. Diantara hikmahnya, dua diantaranya adalah ketika pilihan nabi untuk berkemah ditanya oleh seorang sahabat, karena dia mengusulkan tempat yang lebih baik sebagai strategi. Begitu juga tentang poin memberlakukan tawanan perang, Nabi cenderung pada pendapat Abu Bakar, kemudian Allah menurunkan wahyu yang sependapat dengan Umar.
Ini menunjukkan bahwa poin awal yang saya sebutkan bahwa setiap orang bisa jadi berbuat salah adalah betul alias dapat diterima, toh seorang Nabi saja bisa salah/keliru -bedanya, kesalahan/kekeliruan Nabi pasti akan langsung dikoreksi oleh Allah, apalagi seorang manusia biasa.
Kita harus memahami, bahwa seorang pemimpin, sehebat apapun dia bisa jadi mengambil keputusan yang salah.
Namun kita juga harus mengerti adab, bahwa seorang pemimpin itu punya hak untuk dihargai dan dihormati. Setidaknya berlakulah santun terhadapnya. Kepada Firaun si penguasa yang zalim saja Allah menyuruh Nabi Musa berlaku sopan, apalagi terhadap pemimpin yang tidak secara nyata-nyata menyatakan dirinya adalah Tuhan.
Tidak setuju atas kebijakan pimpinan boleh, tapi ada koridor dan ketentuan dalam mengoreksi/mengingatkannya.
Bisa jadi keputusannya tidak salah dan boleh jadi pendapatmu pun tidak benar. Maka berdirilah dalam konteks mencari kebaikan, jangan sampai mengulangi kesalahannya iblis, ketika merasa dirinya lebih baik dari Nabi Adam, jangan merasa dirimu lah yang paling benar, karena bisa jadi pandanganmu sudah tertutupi simpul setan (kesombongan adalah merasa diri lebih baik ketimbang orang lain).
Assalamu alaikum Mas Ipin... Pa kabar? Masih ingat blogku kah? Pindahnya ke BS yaa...?
ReplyDeletewa'alaikumussalam, ya, sama2 MPers :D
Deletepindahnya k WP ya...