17 August 2023

Berkata Tidak

Berkata 'tidak' adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki untuk bisa hidup tenang/bahagia.

Meski terdengar mudah, ada beberapa kesulitan untuk bisa mengatakan 'tidak'. Berikut catatan/pelajaran saya terkait hal ini.

1. Anda tidak perlu memberikan alasan untuk berkata 'tidak'. Ini adalah hidup anda, anda yang menjalani, orang lain tidak mesti/perlu tahu mengapa anda mengambil/tidak mengambil suatu keputusan/tindakan, dan anda tidak wajib memberikan alasan personal/pribadi. Cukup katakan tidak dilanjut tanda titik tanpa koma sudah memadai

2. Sebetulnya, anda tidak perlu minta maaf untuk berkata tidak. Bisa jadi anda khawatir/takut menyinggung orang yang mengajak/menawarkan/meminta/dst, jauh di dalam hati mereka tahu, respon wajar/normal yang akan diterima hanya dua, 'iya' dan 'tidak', sehingga tidak perlu minta maaf untuk berkata 'tidak' karenapun anda  yang nantinya akan jadi tidak bahagia/senang/mengalami kesulitan sendiri kalau justru berkata 'iya'

3. Berkata 'tidak' dengan jelas di awal lebih baik ketimbang memberikan jawaban ambigu. Antara 'iya' dengan 'tidak'. Anda (dan dia) bisa move one, melanjutkan diri dengan hal/masalah lain dalam hidup jika langsung memberikan jawaban 'tidak'

4. Kalau 'iya' akan memberimu masalah baru dalam hidupmu (yang sudah penuh masalah) atau menempatkanmu di posisi sulit. Maka jawaban terbaik adalah dengan berkata 'tidak'

5. Di masa kini, bisa jadi, jawaban terbaik atas banyak hal adalah berkata 'tidak'. Ditawari kartu kredit/produk keuangan, diajakin liburan/makan ke tempat yang dompetmu belum mampu, atau diajak melakukan aktifitas yang menurutmu merugikan semisal merokok, minum alkohol/narkoba, pacaran, tindakan pornoaksi, seks bebas, dst

6. Dijauhi/dikucilkan dari orang yang tidak bisa menerima jawaban 'tidak' adalah anugerah. Mereka bukan temanmu yang bisa saling mendukung kala susah-senang, mereka hanya memanfaatkanmu saja sebagai salah satu cara/jalan untuk mencapai tujuannya. Hidupmu akan lebih baik tanpa mereka.

7. Jika berkata 'tidak' akan membuatmu dicap buruk (bodoh, pelit, tidak asyik, dll) atau digosipin/dirumpiin/difitnah, itu adalah hak mereka. Pernyataan mereka tidak mencerminkan dirimu sesungguhnya. Anda tidak bisa mengatur bagaimana orang lain bersikap. Woles, biarkan saja karena toh hal itu tidak akan membuat anda sakit juga. Justru orang tersebut yang sakit (hatinya) 

8. Berkata 'tidak' mengajarkan orang (termasuk anak, istri/suami) bahwa ada beberapa/banyak hal yang akan berjalan tidak sesuai keinginanmu. Berdamailah dengan hal itu. Jangan terlalu memikirkannya. Tidak perlu stres, tertekan, sakit hati ketika menerima jawaban 'tidak'.


Kalau kamu, apa cerita, pelajaran, dan tipsmu dalam berkata 'tidak'?



---000g---

Syamsul Arifin, 
Depok, 16 Agustus 2023

14 December 2022

Persepsi, "Power imbalance", dan Kesombongan

Salah satu hal unik yang saya pelajari selama kuliah S3, khususnya ketika menyaksikan proses komisi/ujian/sidang rekan mahasiswa yang lainnya adalah perceived/persepsi diri sendiri atas keunggulan/kekuatan pribadi dapat membuat diri merasa lebih baik dari pihak lain = sombong. 

(Perceived) kekuatan/power ternyata tidak hanya muncul dari ketinggian posisi/jabatan, kemelimpahruahan harta, warisan ras/jalur nasab/keluarga/darah/kasta/marga tertentu saja, namun bisa juga muncul dari merasa diri lebih tahu/pintar dari orang lain.

Menarik.

Ketika kita merasa diri lebih baik dari orang lain (logisnya kita merasa orang lain lebih rendah juga), akan membuat kita kehilangan kesempatan untuk belajar atau mengambil ilmu/hikmah yang dibawa orang tersebut. 

Bagaimana mungkin orang yang lebih kuat-tinggi-hebat-pintar akan mau menerima masukan dari orang yang lebih lemah-rendah-lemah-bodoh?

Beri tahu, bantu, arahkan, tunjukkan kalau memang tidak tahu, kurang baik, atau keliru. Tidak perlu diserang-dijelekkan-dicari kelemahan. Tidak perlu juga menunjukkan kalau anda lebih hebat, karena punya kekuasaan untuk membatalkan/menentukan lanjut atau tidak lanjutnya perjalanan akademik seseorang.

Power imbalance itu sebetulnya cuma masalah persepsi saja, merasa lebih tahu, padahal belum tentu seperti itu faktanya.

Tak usah sombong, karena kesombongan itu selendang Tuhan, hanya Ia yang berhak menggunakannya. Iblis terusir karenanya. Maukah dirimu mengikuti jejak langkahnya? 

10 November 2022

[Puisi] Buat Apa?

Buat Apa? 

Buat apa jadi burung emas kalau terkungkung sarang besi?
Bukankah lebih baik jadi burung pipit kecil yang merdeka mengepakkan sayapnya ke sana kemari?


---
Bandung, 10 November 2022
Ipin4u

16 August 2021

VIA Survey of Character Strengths

I try VIA Survey of Character Strengths, here are my result of the test.
The ranking of the strengths reflects your overall ratings of yourself on the 24 strengths in the survey, how much of each strength you possess. Your top five are the ones to pay attention to and find ways to use more often.

Your Top Strength: Spirituality, sense of purpose, and faith -

You have strong and coherent beliefs about the higher purpose and meaning of the universe. You know where you fit in the larger scheme. Your beliefs shape your actions and are a source of comfort to you.

Your Second Strength: Love of learning -

You love learning new things, whether in a class or on your own. You have always loved school, reading, and museums-anywhere and everywhere there is an opportunity to learn.

Strength #3: Fairness, equity, and justice -

Treating all people fairly is one of your abiding principles. You do not let your personal feelings bias your decisions about other people. You give everyone a chance.

Strength #4: Hope, optimism, and future-mindedness -

You expect the best in the future, and you work to achieve it. You believe that the future is something that you can control.

Strength #5: Honesty, authenticity, and genuineness -

You are an honest person, not only by speaking the truth but by living your life in a genuine and authentic way. You are down to earth and without pretense; you are a "real" person.



You can try it too at: https://www.authentichappiness.sas.upenn.edu/testcenter

20 June 2021

Pujian itu seperti hadiah

Pujian itu seperti hadiah. Jika ada yang memberimu hadiah, terimalah, ucapkan terima kasih. Jika mau, balaslah hadiahnya.

Jika ada yang memujimu, terimalah, ucapkan terima kasih (atas pujiannya).

Kita bisa jadi tidak terbiasa memuji, apalagi menerima pujian. Akibatnya kita bingung merespon apa.

Jangan jadi orang tak tahu budi, dikasih hadiah, malah hadiahnya dilempar. Dipuji malah bilang "ah ngga begitu deh kayaknya saya" (atau yang serupa itu).

Bilang saja "terima kasih".

Dalam Islam bahkan kita diajarkan untuk berharap/berdoa agar bisa lebih baik lagi (dari apa yang telah dipuji), bukan karena ingin dipuji (lagi), tapi karena semangat 'selalu menjadi lebih baik dari hari sebelumnya' itu diajarkan.

"Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan." (HR. Bukhari)

"Barang siapa yang harinya sama saja maka dia telah lalai, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka dia terlaknat, barang siapa yang tidak mendapatkan tambahan maka dia dalam kerugian, barangsiapa yang dalam kerugian maka kematian lebih baik baginya." *

*Perkataan dari Abdul Aziz bin Abi Ruwad ketika mimpi bertemu dan mendapat wasiat dari Rasulullah SAW. Riwayat serupa berasal dari Ali bin Abi Thalib dianggap dhaif menurut para imam hadits.

17 June 2021

Ok to say no

It is perfectly OK to say "no" as an answer.

Sometime, the best answer is "no".

"No" can be seen as rejection, negatif respond or decision. It does mean that way. 

However, "no" can sometime play as an important tool, path, way, to learn, to be creative (thinking other alternatives), to achieve a better result, to pivot and pass the previous target/goal.

No can be a gift.

Learn to use it. Please.

26 February 2021

Jesus adalah Nabi yang Menyembah Tuhan yang Esa

Jesus tidak pernah mengaku sebagai Tuhan.

  • Tuhan tidak menyembah tuhan yang lain.
  • Yohanes 17:3 Bapa adalah satu Tuhan yang benar
  • Jesus sujud dan berdoa kepada Tuhan di taman getsemani agar tidak disalib, menandakan ada zat/Tuhan yang maha berkuasa, dan Jesus bukan Tuhan yang berkuasa
  • Tidak ada satupun ayat yang nyatakan ucapan Jesus bahwa ia adalah Tuhan di dalam injil.
  • Juga tidak ada tentang ayat yang menyebutkan konsep trinitas secara nyata dan benar konteksnya di dalam injil. Ada beberapa ayat yang dijadikan landasan trinitas, padahal kalau ditelaah di ayat sebelumnya dan dilihat konteks ucapannya, hal itu tidak sesuai. Yang ada hanyalah kredo trinitas yang ditambahkan 4 abad setelah Yesus diangkat

Jesus mengakui hanya satu Tuhan.

Yesus adalah Nabi, sama seperti Musa dan Ibrahim, yang disusul oleh Nabi terakhir Muhammad saw.

02 January 2021

Maksimalkan Ikhtiar dan Lengkapi dengan Doa

Kita memiliki kebebasan kehendak dan pilihan, namun kita tidak pernah bisa lari dari takdir yang sudah digariskan.

Itulah sebabnya kita diajarkan untuk optimal dalam berusaha. Bermusyawarah dengan orang yang ahli/bijak/berilmu/berpengalaman untuk menghasilkan keputusan yang terbaik, mengerahkan seluruh sumber daya terbaik dalam bekerja. Memonitor dan menyesuaikan diri dengan kondisi atau informasi terkini untuk bisa mencapai target yang dituju.

Pada akhirnya, kita tidak pernah dituntut untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Yang dituntut adalah usaha yang maksimal.

Banyak orang percaya bahwa hasil itu berbanding lurus dengan usaha yang diberikan. Dan memang secara umumnya benar demikian. Itulah hukum alamnya, sunatullah.

Tapi bisa jadi ada pengecualian tertentu, sekali waktu.

Pencilan atau outlier, dalam terminologi statistik.

Meyakini bahwa semua sudah digariskan tidak untuk membuat kita malas berusaha. Tapi untuk membuat kita semakin banyak zikir kepada-Nya. Bersyukur atas segala anugerah dan berlindung atas kesombongan diri.

Keyakinan akan takdir adalah satu sisi mata koin, sisi yang satunya lagi adalah keyakinan bahwa Tuhan tidak akan pernah menyia-nyiakan amalan/usaha hamba-Nya.

Alhamdulillah dan astagfirullah untuk semua di 2020 (segala kebaikan dan kekurangan diri).

Semoga Allah memberikan lebih banyak lagi kenikmatan, kesehatan, dan keimanan di 2021 #amin ya rabbal alamin.





---000---

Jakarta, 2 Januari 2021
Syamsul Arifin. 

08 September 2020

Keep Learning –if You want to Change to Become Better

If you’re stupid when you were young, there’s a chance you grow up to become stupid old man –if you don’t change along the way-.

If you’re mean, ignorance, stubborn, harsh, selfish, cruel, bully, or enjoy treating people bad when you were young, the same character will stick with you as your age added up –if you don’t do nothing about it-.

Becoming older doesn’t necessary make you wiser, better, knowledgeable person.

It required an effort to become a better man/women. Physical devotion, time allocation, financial spending, and most of the time: self-consciousness.

Learning, contemplating, taking input, acknowledging mistake we make; none of those sort kind of things are taken for granted. 

Learning is never ending process.

The only thing that can stop us from learning, becoming better person is only one thing, our grave/death.


---000---

Depok, 8 September 2020
Syamsul Arifin.

08 June 2020

Belajar dari Kelahiran Pancasila

1 Juni ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila. Sangat menarik kalau kita membaca proses sejarah penetapan dasar ideologi negara ini.

Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar kisahnya, tapi hari ini lebih dari sekedar hari libur.

Beberapa kata kunci dan tokoh yang ada pada proses di belakang lahirnya Pancasila diantaranya #Penjajahan, #Jepang, #BPUPKI, #DasarNegara, #Radjiman Wediodiningrat, M. #Yamin, #Soepomo, #Soekarno, M. #Hatta, AA #Maramis, Abikoesno #Tjokrosoejoso, Abdul Kahar #Muzakir, Agus #Salim, Achmad #Soebardjo, Wahid #Hasjim, #Panitia9, #PPKI, #Pancasila, #UUD1945, #PiagamJakarta, #Nasionalisme, #Kemerdekaan, #Indonesia

Silakan digoogling cerita lengkapnya.

Setelah mengetahui kisah di balik Pancasila, kita sebagai milenial zaman now bisa menarik beberapa pelajaran berharga untuk pengembangan diri.

Pertama, jadilah kreatif/inovatif.

Sidang pertama BPUPKI mulai 29 Mei sampai 1 Juni 1945.

M Yamin (29 Mei) mengusulkan 5 dasar negara: peri kebangsaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.

Soekarno (1 Juni) juga menyampaikan pidato usulan dasar negara: internasionalisme atau peri-kemanusiaan; mufakat atau demokrasi, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; kesejahteraan sosial; dan ketuhanan.

Masih jauh berbeda dari isi Pancasila yang kita kenal sekarang.

Ide kita bisa jadi tidak akan langsung sempurna, tapi ia bisa menjadi bibit yang akan tumbuh seiring waktu.

Inovasi juga tidak mesti muncul dari diri kita sendiri, mintalah pendapat/saran pihak lain, bisa jadi berguna.

Seperti yang dilakukan Soekarno, bisa jadi kita akan mengenal 5 asas negara dengan nama Panca Dharma jika ia tidak mengakomodir saran ahli bahasa.

Kedua, kolaboratif.

Menjadi pintar dalam pencapaian pribadi berbeda konteks dengan kemampuan bekerja sama dengan pihak lain.

Banyak kita temukan individu yang cerdas tapi kesulitan atau tidak mampu bersinar dalam interaksi dinamika tim.

Perumusan Pancasila mengajarkan kita bahwa para bapak (dan ibu) pendiri bangsa adalah pribadi-pribadi yang cerdas dan mampu berkolaborasi secara baik guna mencapai tujuan besar bersama.

Mereka mungkin memiliki pengalaman hidup dan pendidikan yang berbeda, tapi semangat kerja sama tim yang ditunjukkan sungguh patut ditiru.

Ketiga, toleran, persatuan, dan positif thinking.

Dengan rasa saling memahami, pelibatan semua pihak, menghindari egoisme, kita bisa jadi bangsa besar yang merdeka.

Seperti yang terjadi pada sidang PPKI yang heterogen, terdiri dari orang Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan peranakan Tionghoa.

Dikatakan bahwa diversifikasi/keberagaman dalam pemikiran, latar belakang, budaya, dll dapat menjadi kekuatan suatu tim/organisasi, karena bisa mengambil banyak sudut pandang, pengalaman, praktik terbaik yang tersebar pada beragam personil, tapi hal ini butuh toleransi, semangat kebersamaan, dan lingkungan yang saling mendukung.

Itulah sedikit pelajaran yang bisa kita ambil dari lahirnya Pancasila.

Semoga bisa kita ambil hikmah dan melanjutkan semangat yang menjadi pendorong kebangkitan bangsa di masa lalu, agar bisa juga menjadi kebangkitan bangsa di masa kini.

Merdeka!

#BangkitkanEnergiPancasila



---000---

Depok, 1 Juni 2020
Syamsul Arifin.

Kesehatan Mental, Penting Juga Lho

Jika seseorang mengungkapkan secara verbal ataupun non verbal (tulisan/posting sosmed), badan/anggota tubuhnya sedang sakit, kemungkinan besar ia akan mendapat empati (atau minimal simpati), ucapan doa semoga lekas sembuh/GWS (get well soon), dukungan kesabaran*, maupun kalimat penghibur lainnya.

Di sisi lain, jika seseorang mengatakan kalau mental atau psikisnya sedang sakit/menderita (stres, depresi, dll), berapa banyak empati yang akan ia terima?

Ataukah justru perundungan (bullying) dan cemoohan yang akan ia terima, karena dianggap tidak tegar, cemen, lebay, lemah, drama queen, atau sebutan negatif lainnya?

Sangat bertolak belakang ya.

Sakit fisik dapat umpan balik/feed back yang positif, tapi sakit psikis kok malah dapat hal yang negatif?

Sepertinya ada yang salah dengan pola pikir kita.

Kita harus mulai mengakui bahwa sakit psikis itu nyata dan ada.

Hal yang sama harus diberikan juga pada penderita sakit psikis. Pengobatan, dukungan, motivasi, atau setidaknya sedikit simpati.

Banyak hal yang bisa membuat kesehatan jiwa seseorang terganggu. Terutama di era pandemi seperti sekarang ini.

Jangan takut untuk mencari bantuan atau memberitahu orang lain kalau dirimu mengalami depresi.

Dan jangan mem-bully penderita sakit mental. Kita tidak tahu kondisi apa yang telah ia alami/lalui.

Setidaknya dengarkan ia terlebih dahulu. Terkadang, obat terbaik adalah tersedianya telinga yang mau mendengar. Hanya sekedar melepaskan kegundahan dari dalam diri.

Mari hentikan diskriminasi sakit mental/psikis.



---000---

Depok, 31 Mei 2020
Syamsul Arifin.

* Definisi sabar secara aktif yaitu terus berusaha/optimis dalam usaha pengobatannya)