08 February 2014

Hakikat yang Membuat Sabar

Ternyata, yang membuat diri kita menjadi pribadi yang mudah kecewa, sedih, 'terluka' adalah ketika kita tidak mengetahui hakikat yang tersembunyi di balik kejadian yang membuat kita down atau sengsara dan kehilangan pegangan hidup tentang dunia sebagai temporary destination serta ketidakpercayaan terhadap konsep Tuhan sebagai pengatur segala kejadian.

*ini menurut saya pribadi loh ya*

Pernah baca Quran tentang kisah Nabi Musa AS ketika beliau bertemu dengan Nabi Khidhr? Kisahnya sangat menarik untuk diambil pelajaran.

Sedikit cuplikan, Nabi Musa AS berjanji untuk bersabar ketika beliau ingin berguru kepada Nabi Khidhr.
Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun". Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". (QS. Al-Kahfi: 66-70)
Kejadian demi kejadian berlalu mulai dari Nabi Khidhr melubangi perahu, membunuh anak, dan memperbaiki dinding seorang warga yang penduduknya tidak mau menjamu mereka.

Singkat cerita, ternyata, Nabi Musa tidak mampu bersabar, dan terus mempertanyakan tiap hal-hal yang dilakukan Nabi Khidhr. Sampai akhirnya Nabi Khidhr menjelaskan tujuan tiap perbuatannya dan mengatakan,
...dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". (QS. Al-Kahfi: 82)
Selengkapnya bisa dibaca sendiri kisahnya di surat Al-Kahfi.

Terkadang kita lupa, sebagai orang beriman, bahwa Allah SWT amat sayang kepada diri kita. Dan kita tidak yakin, bahwa doa memohon kebaikan dan keselamatan yang kita panjatkan kepada-Nya akan dikabulkan.

Apakah zat yang menyayangi diri kita akan memberikan keburukan pada kita? Apakah zat yang maha bijaksana akan berbuat yang sia-sia dan mencelakakan kita? Pola pikir seperti itu sepatutnya diubah.

Memang tidak mudah jadi orang yang sabar. Para Nabi adalah contoh konkret kesabaran, sebagaimana pengakuan Allah kepada mereka,
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anbiyaa': 85)
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (QS. Ash-Shaaffaat: 102-103)
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shaad: 44)
Wajar saja sebetulnya, ketidaktahuan tentang hikmah dibalik peristiwa yang kita anggap merugikan diri kita kalau tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan bisa membuat kita sedih. 

Namun ada porsi yang ketahui, bahwa Allah SWT maha bijak dengan segala tindakan-Nya, Ia tidak membuat suatu hal dengan sia-sia, dan kalau kita meyakini-Nya, sungguh Allah memiki cinta kepada hamba-hamba-Nya.

Kalau kita mengalami kejadian yang menyusahkan, kita dianjurkan untuk membaca istirja' ketika tertimpa musibah.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kita kembali) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Kita kembalikan saja kejadian yang menimpa kepada Allah, semoga dengan demikian, kita mendapat pahala atas kesabaran dan diberikan ganti yang lebih baik.

Semoga Allah menjadikan kita pribadi-pribadi yang penyabar *amin.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (QS. An-Nisaa': 35)

02 February 2014

Analogi iman

Late posting tentang catatan ceramah ada safari Ramadhan tahun lalu (2013). Isinya kurang lebih seperti berikut:

Keimanan yang ada dalam diri kita bisa dianalogikan dengan air seperti berikut.

Ada yang imannya seperti sesendok air, bahkan tidak cukup untuk memenuhi dahagai dirinya.

Ada yang seperti segelas air: keimanannya hanya cukup untuk dirinya sendiri

Ada yang seperti secerek (satu teko) air, cukup untuk dirinya dan untuk keluarganya.

Di samping itu, ada yang keimanannya seperti sesumur air, cukup untuk kebutuhan dirinya dan keluarganya, dan bahkan bermanfaat bagi para tetangga yang tidak punya sumber air.

Ada juga yang keimanannya seperti air danau, berlebihan dan bahkan bisa dijadikan air baku untuk mensuplai kebutuhan air satu kampung atau kota.

Bahkan ada yang keimanannya seperti air samudera, bunya hanya lingkup lokal, bahkan orang di negara lain bisa memanfaatkannya sebagai sumber penghidupan (ikan, lalu lintas, rekreasi, dll).


Analogi lainnya yaitu iman yang luar biasa seperti pembangkit listrik (power plant), menerangi dirinya, keluarganya, dan orang lain.


Analogi lainnya yaitu iman seperti lokomotif (penarik gerbong kereta), ada yang begitu besar hingga mampu menarik beban besar, berpuluh-puluh lokomotif bisa digerakkan olehnya.


pertanyaannya, analogi yang manakah keimanan kita..? 
Innalilahi wa innalilahi rojiun..., semoga Allah menerangi hati-hati kita dengan cahaya keimanan sampai ajal menjemput kelak *amin

Video Keluarga 2013

Video yang isinya koleksi foto-foto perjalanan keluargaku.
Periode pengambilan foto: Januari - Desember 2013
Lokasi pengambilan foto: Balikpapan, Tenggarong, Jakarta, Tegal, Yogyakarta.

Musik: Simple Plan - This Song Saved My Life (album: Get Your Heart On)