27 April 2009

Perahu Takwa

“Dunia itu ibarat laut yang dalam, telah banyak orang yang tenggelam di dalamnya, maka hendaklah perahu duniamu itu takwa kepada Allah ‘Azza Wajalla.”

 

Imam Nawawi di kumpulan hadits arba’ain-nya, mengutip hadits berikut,

 

Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.” (HR Tirmidzi)

 

Secara sederhana, takwa adalah mengerjakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

 

Akan sangat luar biasa sekali, jika kita bisa menjadi pribadi yang bertakwa, di manapun kita berada. Bertakwa dalam konteks dimensi ruang: di rumah, di kantor, di pasar, di tempat hiburan. Dalam konteks profesi, sebagai seorang suami, istri, pengusaha, pegawai, bisnisman, wiraswastawan, olahragawan, seniman, dst.

 

Kapanpun, Dimanapun, Takwa is Number One

 

Di masjid, di rumah, di kantor, di jalanan, di tempat hiburan, dan di manapun kita berada, setiap kita berusaha membawa satu sikap yang indah, takwa.

 

Maka hanya akan ada profesional yang amanah di tempat kerja, orang shalih yang sedang menghibur diri di tempat rekreasi, pedagang yang jujur di pasar, pemimpin yang takut kepada Allah di pemerintahan, di segala lini profesi, di segala tempat aktivitas, baik ketika sendiri maupun bersama orang lain, jika ketakwaan bisa dijadikan prioritas utama, tentu akan terbentuk sistem hidup yang sangat mempesona.

 

Ketakwaan tidak bisa pisah-pisahkan, harus bersikap total dalam setiap aspek kehidupan, tidak bisa sepotong-potong, tidak bisa separuh-paruh, harus penuh, dan menyeluruh.

 

Derajat yang Tinggi

 

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. (QS. Al-Hujuraat: 13)

 

Maukan kita menjadi orang yang mulia di sisi Allah..?

 

Kalau mau, jadilah orang yang bertakwa, kerjakan perintahNya, jauhi laranganNya, di manapun, kapanpun, sebagai apapun, ketika sendiri, maupun ketika sedang bersama orang lain.

 

Semoga kita semua bisa menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa (amin).

 

 

---000---

 

Pulau Padang, Riau, 27 April 2009

Syamsul Arifin

26 April 2009

Raih Keutamaan, Duduki Shaf Terdepan

Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Seandainya manusia mengetahui pahala azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan undian, niscaya mereka melakukan undian itu. Seandainya mereka mengetahui pahala bersegera pergi menunaikan shalat, niscaya mereka berlomba-lomba kepadanya. Dan, seandainya mereka mengetahui pahala jamaah shalat isya dan subuh, niscaya mereka mendatanginya meskipun dengan merangkak." (HR Bukhari)

 

Ada keutamaan yang besar pada shaf pertama dalam shalat jamaah. Maka sudah sepatutnya kita berlomba-lomba dan bersemangat dalam mencari shaf pertama sewaktu shalat.

 

Shaf Pertama” di Dunia

 

Yang cukup unik, kalau untuk “shaf pertama” di dunia, seperti jabatan paling tinggi dalam sebuah perusahaan, posisi paling berkuasa dalam pemerintahan, kedudukan paling terdepan dalam kejayaan dan kemasyuran, orang-orang berbondong-bondong untuk mengejarnya, lalu mengapa mereka tidak melakukan hal yang sama untuk shaf pertama untuk akhiratnya..?

 

Fastabiqul Khairat

 

Prinsip yang sepatutnya kita gunakan dan terapkan dalam aspek ibadah atau kebaikan adalah fastabiqul khairat alias “berlomba-lomba dalam kebaikan”. Budaya ketimuran seperti mendahulukan yang lebih senior, mempersilakan yang memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi, dst, haruslah tidak berlaku di dalam kebaikan.

 

Shalat adalah sebuah kebaikan. Maka sepatutnya, kita bersemangat dan berkompetisi untuk meraih posisi terdepan.

 

Sebaik-baik shaf (barisan) laki-laki adalah yang paling depan dan yang terburuk ialah barisan paling akhir. Namun seburuk-buruk barisan wanita adalah yang paling depan dan yang terbaik ialah yang paling belakang. (HR. Muslim)

 

Jadi, bersemangatlah! Raih keutamaan, keunggulan, dan posisi terbaik, tempati shaf terdepan dalam shalat-shalat jamaah kita. Semoga Allah memuliakan di dunia dan akhirat (amin).

 

 

---000---

 

Pulau Padang, Riau, 26 April 2009

Syamsul Arifin

Jakarta >> Riau >> Balikpapan

It’s been a while since my last post at MP, hmmm…

 

 

Training and OJT

 

I’m currently at Padang Island, Riau. Today is my 7th days at Riau. I’m here to attend a training held by other operating unit of EMP’s, Kondur Petroleum, it title are “Signalman & Tallyman”, Depnaker certification, and “Rigging and Lifting”, Migas certification the instructor is Alkon.

 

Tomorrow will be the 3nd days of Rigging and Lifting training, it will be test for the 4th subject and interview session with Migas guys, day after tomorrow will be the field test.

 

After that, there will be three more days here, for OJT (On Job Training), so hopefully I can absorb a lot of SHE (Safety Health Environment) working practices that probably I can implement at our own field at Samarinda.

 

Before leaving, my field manager has warn me that I went here, learning a lot, and later expected to share what I got to others on field. Wah, make a burden for me nih, while I want to enjoy the traveling time-nya ajah :D he3x

 

 

Annual Vacation and Interview Session

 

Actually, I took my day off rights starting from April 13 to April 15, 2009. So, I went to Jakarta on April 10, a day after the election. I vote for the legislatif at Samarinda, my family at Jakarta already prepare the A5 form, so I had my right for voting lho :D and I got it full, choosing 5 times, DPR RI, DPRD I (Kaltim Province), DPRD II (Samarinda city), and DPD.

 

My real reason went to Jakarta is to attend the interview session held by an Oil & Gas Company at Tuesday, April 14. There, I meet with my senior at SHE, whom I meet during the mercury research at Ponkor. My friend from the first company, PT. Pandu Selamat Utama, is also join this interview, but it seem this interview session is long and there are many people include there, and it seems that this grade is for the experience personnel.

 

Hopefully I got the best result deh in that process (amin) ^_^

 

 

Blood Donor myQ Jabodetabek Event

 

The time is match with myQ Jabodetabek event, blood donor on sunday, April 12, so I meet with myQers Jabodetabek again euy ^_^

 

 

Going Back to Balikpapan

 

May 2, 2009, I shall be back to Samarinda. So, if I do the math count, since April 10 to May 2, it all 22 days euy, quite a time for me to skip out of work nih *make me feel bad nih* :D hehehe

 

Well, enjoy my time here ajah ah :siul:

 

Hope I can get a lot of lesson, experience, and a good result (amin) ^_^

15 April 2009

[Flash Fiction] When You Love Someone

Ketika kamu mencintai seseorang, milikilah keberanian untuk mengatakan "aku menginginkan dirimu untuk bersanding bersama diriku."

Ketika kamu menggenggam cinta, jangan pernah melepaskannya, jika tidak, kamu akan kehilangan peluang untuk membuat mimpi-harapan berubah menjadi nyata.

 

* * *

 

"Ntahlah, gue takut ditolak," ujar pria berkacamata kotak itu pelan.

 

Sobat yang duduk di sampingnya menepuk pundaknya, sambil bangkit dari tempat tidur empuk yang berbalut bedcover tebal berwarna merah, ia tertawa, setengah memaksa.

 

"Haduuuh man, hari ginih masih aja takut sih. Cemen ah," katanya sambil berjalan ke samping jendela, menatap keluar jalanan komplek rumahnya. Sinar matahari sore, terang menembus kamar.

 

"Emang apa sih ruginya kalo elu ditolak, heh, gue tanya sama elu nih?" tambahnya sambil berbalik badan, menatap temannya yang setengah menundukkan kepala.

 

Lawan bicaranya hanya menggaruk-garukkan bagian belakang kepala. Tampak ekspresi ngga jelas di wajahnya. Bingung, takut, kalut?

 

Hening sejenak melanda seisi ruang kamar. Beberapa anak-anak kecil terlihat sedang bermain sepeda di jalanan depan rumah, saling dorong, bergantian naik sepeda, sepertinya mereka baru belajar naik sepeda roda dua.

 

"Man, kalo emang lu cinta ama dia, omongin ajah, jangan ragu," pria yang tadi berada di dekat jendela, mendekat temannya, "buktiin kalo emang lu cinta ama dia!"

 

Pria berkaca mata kotak itu menatap sobatnya, tersenyum penuh arti, ada sedikit binar terang di matanya.

 

 

* * *

 

When you love someone, just be brave to say, that you want him, to be with you

When you hold your love, don’t ever let it go, or you will loose your chance, to make your dreams come true*)

 

 

 

---000---

Jakarta, 15 April 2009

Syamsul Arifin

*)Potongan lirik lagu "When You Love Someone" oleh Endah and Rhesa.

14 April 2009

Manajemen Konflik Rumah Tangga

Tidak ada rumah tangga yang bebas dari konflik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan.

 

Di dalam bingkai rumah tangga, ada banyak sebab yang bisa menimbulkan konflik. Perbedaan pola pikir, pola asuh, kebudayaan, pola pendidikan, dll.

 

Tingkat konflik dalam rumah tangga pun bisa bervariasi, dari yang levelnya ringan, sampai yang levelnya berat. Mulai dari hanya sekedar menentukan program tivi apa yang akan ditonton, sampai bentuk pengasuhan terhadap anak yang akan diterapkan.

 

Namun bagaimanapun juga, kalau dikelola dengan baik, sebuah konflik tidaklah harus bisa membuat perpecahan ataupun dampak yang besar bagi kedua pasangan.

 

Menurut saya, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan untuk dapat mengelola konflik menjadi hal yang hanya akan menambah kebaikan dalam keluarga.

 

Preventif atau Pencegahan

 

Pertama, miliki cinta

 

Ustadz Anis Matta LC pernah berkata bahwa cinta adalah penerimaan yang utuh terhadap pasangan, kelebihannya dan juga termasuk kekurangannya. Dengan begitu, kita menjadi orang yang realistis, bahwa pasangan kita bukanlah malaikat yang tanpa cacat, tidak punya cela; dengan penerimaan yang utuh ini pula kita bisa memberikan ruang yang cukup luas untuk dapat kompromi dengan perbedaan-perbedaan yang ada.

 

Kedua, masuki gerbang pernikahan dengan niat karena Allah semata

 

Pernikahan adalah salah satu bentuk Sunnah Rasulullah SAW. Dengan menjadikan landasan agama sebagai salah satu bentuk pondasi pernikahan, ada kekuatan yang lebih yang Insya Allah bisa menahan gejolak konflik yang ada.

 

Untuk itulah, para pria diwanti-wanti oleh Nabi agar memilih pasangan hidup dengan mengutamakan faktor agama sebelum faktor kecantikan, keluarganya, dan hartanya. Begitupula para wali wanita, para ulama mengingatkan agar mereka menikahkan anak-anak gadis mereka/yang berada dalam perwaliannya, dengan pemuda-pemuda yang berakhlak baik.

 

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Hasan bin Ali, "Aku mempunyai seorang putri. Siapakah kiranya yang patut menjadi suaminya menurut engkau?", jawabnya, "Seorang laki-laki yang bertakwa kepada Allah. Karena jika ia senang, ia akan menghormatinya dan jika ia sedang marah, ia tidak suka berbuat zalim kepadanya". (Fiqh Sunnah, bab Memilih Suami)

 

Ketiga, komunikasi yang sehat

 

Unsur-unsur komunikasi adalah adanya orang yang menyampaikan pesan, orang yang menerima pesan, pesan itu sendiri, dan kedua belah pihak saling mengerti pesan yang disampaikan. Bukanlah dinamakan sebuah komunikasi, jika masing-masing pihak tidak dapat memahami pesan yang dimaksudkan salah satu pihak.

 

Keterbukaan, kejujuran, dan kemampuan komunikasi yang baik seperti mampu mengenali kondisi, situasi, waktu dan cara yang baik untuk menyampaikan pesan, menjadi kunci dari sebuah komunikasi yang sehat.

 

Keempat, pahami kewajiban masing-masing

 

Sebelum menuntut hak dari pasangan, berkacalah dahulu dengan kewajiban-kewajiban yang seharusnya kita jalankan. Seorang suami harusnya bisa mendidik, mengajarkan sang istri dengan pendidikan agama yang benar, mencukupi kebutuhannya, memberikan nafkah, mencintainya (menaruh rasa cemburu kepadanya), tidak mendzaliminya, dst. Ini semua memerlukan pemahaman agama yang baik. Rasulullah SAW pernah bersabda,

 

Paling dekat dengan aku kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)

 

Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik dari kamu terhadap keluargaku. Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang menghina kaum wanita adalah orang yang tidak tahu budi. (HR. Abu 'Asaakir)

 

Di antara kewajiban-kewajiban suami yaitu,

 

Hakim Ibnu Muawiyah, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah kewajiban seseorang dari kami terhadap istrinya? Beliau menjawab: "Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, jangan memukul wajah, jangan menjelek-jelekkan, dan jangan menemani tidur kecuali di dalam rumah." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Nasa'i, dan Ibnu Majah. Sebagian hadits itu diriwayatkan Bukhari secara mu'allaq dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Hakim.

 

Begitupula dengan seorang istri yang shalehah, bisa menyenangkan, patuh kepada suami -selama tidak bermaksiat kepada Allah SWT, dapat menjaga kehormatannya, dan amanah jika suaminya sedang tidak bersamanya.

 

Allah 'Azza wajalla berfirman (dalam hadits Qudsi): "Apabila Aku menginginkan untuk menggabungkan kebaikan dunia dan akhirat bagi seorang muslim maka Aku jadikan hatinya khusyuk dan lidahnya banyak berzikir. Tubuhnya sabar dalam menghadapi penderitaan dan Aku jodohkan dia dengan seorang isteri mukminah yang menyenangkannya bila ia memandangnya, dapat menjaga kehormatan dirinya, dan memelihara harta suaminya bila suaminya sedang tidak bersamanya. (HR. Ath-Thahawi)

 

Namun demikian, sebuah pernikahan bukanlah interaksi kaku antara hak dan kewajiban, tapi harus juga bisa fleksibel, lentur, dan ini memerlukan kepahaman masing-masing pasangan.

 

Kelimat, pahami karakter, sifat, dan preferensi sikap pasangan anda

 

Steven Covey di buku Seven Habit for Highly Efective People mencantumkan salah satu kriteria bagi orang yang efektif, yaitu seek first to understand, than to be understood, pahami orang lain terlebih dahulu, sebelum meminta orang lain memahami anda.

 

Tiap individu itu unik, tidak ada yang sama. Bahkan dalam satu keluargapun, antara kakak-beradik belum tentu memiliki karakter, sifat dan kesukaan yang sama. Karenanya, pemahaman terhadap karakter, sifat dan kesukaan pasangan tentu menjadi hal yang penting.

 

Cari tahu apa yang ia suka, yang ia tidak suka, yang ia senangi, yang ia benci, yang membuatnya senang, yang membuatnya marah, dst. Serta kompromikan hal itu dengan diri anda.

 

Keenam, bersyukurlah

 

Bagaimanapun kondisi pasangan anda, bersyukurlah, karena bisa jadi ia-lah pasangan yang paling tepat buat anda. Jangan “lihat ke kanan-kiri” ketika ada hal-hal yang kurang pada pasangan, sama-sama perbaiki, saling introspeksi, bersemangat dalam meningkatkan kebaikan dalam diri masing-masing, juga pada diri pasangan anda.

 

Kuratif atau Pengobatan

 

Begitu dilanda konflik, beberapa point berikut mungkin bisa berguna,

 

Pertama, tahan amarah

 

Sebel, kecewa, dan marah, adalah contoh bentuk-bentuk penyaluran emosi. Marah tidaklah dilarang, apalagi kalau dikarenakan alasan yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu/moment yang tepat, kepada orang yang tepat, dan dengan kadar yang proporsional.

 

Emosi itu memang harus disalurkan, namun terkadang, ada beberapa cara-cara lain yang lebih baik ketimbang menyalurkannya lewat kemarahan.

 

Seorang sahabat berkata kepada Nabi Saw, "Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku." Nabi Saw berpesan, "Jangan suka marah (emosi)." Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw tetap berulang kali berpesan, "Jangan suka marah." (HR. Bukhari)

 

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi amarah yaitu berpindah tempat (misal dari duduk kepada berdiri), mengambil air wudhu, dan membaca ta’awudz (audzubillahiminassyaitannirrajim).

 

Menahan amarah ini tidaklah mudah, karenanya Rasulullah SAW berkata,

 

“Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (Muttafaq Alaihi.)

 

Kedua, jika emosi, tahan diri dari mengambil keputusan yang bisa jadi akan disesali

 

Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam. (HR. Ahmad)

 

Kita tentu tidak ingin menyesali suatu keputusan yang dihasilkan dalam kondisi yang penuh emosi, karena pada saat ini, akal pikiran kita tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan dalil itu pula, ada beberapa ulama yang menyatakan tidak sah talak seorang suami dalam keadaan marah.

 

Tenangkan diri terlebih dahulu, jernihkan pikiran, dinginkan kepala, agar keputusan yang diambil tidak menjadi sesalan di kemudian hari.

 

Ketiga, koreksi diri

 

Jangan mudah menyalahkan pihak lain, coba koreksi diri juga, bisa jadi, konflik yang terjadi diakibatkan oleh peran serta kita di dalamnya.

 

Keempat, berikan nasehat yang baik

 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-'Asyr: 1-3)

Surat

di atas berbicara tentang hubungan interaksi dengan semua muslim, termasuk juga untuk pasangan kita.

 

Jika ada kelalaian/kekhilafan/kesalahan, akan lebih indah kalau teguran yang keluar berupa nasehat yang baik, dengan kata-kata yang baik, dan dengan cara-cara yang baik.

 

Bagaimana mungkin kita akan berkata dengan kata-kata yang tidak baik kepada pasangan kita sendiri, sedang kepada orang-orang non muslim dan para penentang Tuhan saja, Allah SWT telah memerintahkan kita agar berkata dengan cara yang baik?

 

Kelima, jika harus mempergunakan kekerasan

 

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An-Nisaa': 34)

 

Pada taraf konfik yang berat, dan sulit untuk diselesaikan, terkadang konflik bisa diselesaikan dengan ketegasan.

Ada

tahapan-tahapan yang harus dijalankan, nasihati terlebih dahulu, setelah tidak bisa, lakukan pisah ranjang (namun masih di dalam satu rumah yang sama), jika masih tidak memungkinkan, pukullah, dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas dan tidak di wajah. Tahapan-tahapan ini tidak boleh dilakukan dengan meloncati tahapan sebelumnya.

 

Namun dari berbagai sirah/sejarah Nabi yang saya baca, sepertinya saya tidak pernah menemukan contoh ini. Ini berarti memang solusi seperti ini, hanya untuk hal yang sangat kasuistik.

 

Satu-satunya contoh hukuman dengan kekerasan yang pernah saya baca dari Nabi yaitu ketika Nabi Ayub AS harus melaksanakan sumpahnya untuk memukul istrinya 100 kali, namun itu juga dengan mempergunakan rumput, yang pastinya tidak akan seberapa sakit.

 

Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shaad:44)

 

Keenam, pihak ketiga

 

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An-Nisaa': 35)

 

Jika memang dirasa perlu, libatkan pihak ketiga yang bisa menjadi mediator, fasilitator, bisa berupa pihak keluarga, maupun dari pihak profesional seperti konselor pernikahan.

 

Ketujuh, jangan libatkan anak dalam pertikaian

 

Jangan membuat blok dalam rumah tangga, dengan mencari pendukung atau sekutu dalam pertikaian yang terjadi antar pasangan.

 

Seorang anak bisa jadi sudah mengalami kebingungan sendiri dengan konflik yang dialami orangtuanya, cukuplah sampai disitu saja beban yang dialaminya.

 

Kedelapan, ketika perceraian harus terjadi

 

Jika tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, dan harus diambil solusi terburuk berupa perceraian, pastikan agar dilakukan dengan cara yang baik. Pernikahan diawali dengan hal yang baik, maka sudah sepatutnya pula diakhiri dengan cara yang baik.

 

Beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian selama proses perceraian seperti sebagai berikut:

 

Talak tidak boleh dilakukan pada waktu pihak wanita berada dalam masa haid atau nifas, talak baru dikatakan sah jika pihak wanita dalam keadaan bersih.

Ada

masa iddah pasca talak, masa iddah adalah waktu jeda dengan rentang waktu tiga kali bersuci dari haid, sehingga jelas tidak ada benih dari suami di dalam rahim istri. Dan selama masa iddah ini, sang istri harus tetap berada satu rumah dengan suami, dan dalam waktu iddah ini pula, kedua belah pasangan boleh rujuk tanpa memerlukan pernikahan ulang kembali.

 

Jika telah memiliki anak, dengan adanya perceraian, korban terbesar adalah sang anak. Jangan abaikan hak-haknya, dan bantu dia melalui krisis perceraian kedua orangtuanya.

 

Jaga perasaan orangtua dan mertua juga sangat mungkin mengalami masa-masa sulit dengan perceraian yang dialami anaknya. Perhatikan pula hal ini!

 

Kesembilan, bertaubat dan jadilah pemaaf

 

Tidak ada manusia yang sempurna, pasti ada kesalahan atau kelalaian yang mungkin saja terjadi.

 

Bagi pihak yang merasa bersalah, lakukanlah syarat-syarat taubat. Tinggalkan perbuatan dosa/kesalahan tersebut, menyesalinya, tidak mengulanginya dan berbuat kebaikan untuk menutup keburukan-kesalahan di masa lalu. Lakukan taubat nasuhah, sungguh-sungguh, karena pada dasarnya, anda tidak hanya sedang melakukan kesalahan pada pasangan anda, tapi juga telah melanggar komitmen/ikrar kepada Allah SWT.

 

Bagi pihak yang “dirugikan”, jadilah pemaaf, lanjutkan dan pertahankan ikatan pernikahan anda dengan langkah-langkah yang lebih baik. Tidak mudah memang untuk mengesampingkan perasaan sakit dalam hati, namun bukanlah suatu hal yang tidak mungkin untuk melanjutkan pernikahan dalam bingkai yang baru dan lebih baik.

 

 

* * *

 

Semoga dengan hal-hal tersebut di atas, konflik-konflik yang ada dalam rumah tangga tidak menjadi sebuah hal yang menghancurkan ikatan pernikahan, namun dapat dikelola dengan semangat yang positif.

 

Di luar itu semua, ingatlah agar selalu menjadi muslim yang bertakwa kepada Allah dimanapun kita berada. Takwa berarti menjauhi segala larangannNya dan melaksanakan segala perintahNya.

 

Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “ (HR At-Turmuzi)

 

Dengan bekal iman dan takwa, Insya Allah, tidak akan pernah ada konflik yang terlalu besar untuk bisa dilalui kedua belah pasangan.

 

Dan jadikanlah keluarga, sebagai salah satu sarana untuk mencapai keridhoanNya, untuk mencapai pintu surga, dan bersemangatlah untuk menjaga ikatan keluarga agar bisa selalu berkumpul, baik di dunia, maupun nanti di taman-taman surgaNya. Semoga, Insya Allah.

 

 

 

---000---

Jakarta

, 14 April 2009

Syamsul Arifin

 

Harap maklum jika tulisan ini banyak kekurangannya, sebab penulis bukan berlatar belakang psikologi dan juga belum berpengalaman dalam urusan rumah tangga ^_^

13 April 2009

Umara dan Ulama

Kebaikan itu harus disokong oleh orang-orang yang kuat, dan kekuasaan itu harus diisi oleh orang-orang yang baik.

 

Salah satu komponen sistem masyarakat Islam yang ideal yaitu adanya pemimpin yang adil dan ulama yang hanif.

 

Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka menangani hukum dan peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda di tangan orang-orang yang dermawan. Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka Dia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak rendah. DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan harta berada di tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami)

 

Setelah membaca majalah Tarbawi edisi 201 “Kita Tak Hanya Perlu Orang Baik, tapi Juga Perlu Orang Kuat”, terbersit dalam pikiran saya mengenai salah satu bentuk kekuatan yang harus juga dimiliki oleh kebaikan, kekuatan politis atau payung kekuasaan yang kuat.

 

Yang cukup unik, pada halaman 36, ada rubrik Waqofat yang memberikan contoh mengenai kombinasi yang luar biasa ini. Sisi kebaikan yang digawangi oleh Imam Malik rahimahullah, ulama Madinah pengarang Al-Muwattha yang terkenal, dan sisi kekuatan/kekuasaan yang ketika itu dijabat oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dari dinasti Abbasiyah.

 

Bukan pula menjadi sebuah kebetulan, bahwa kita, bangsa Indonesia, baru saja menyelesaikan salah satu hajatan demokrasi besar-besaran untuk mengisi kursi-kursi badan-badan perwakilan rakyat, baik di DPR RI, DPRD tingkat I, tingkat II maupun DPD.

 

Melalui kesempatan pemilu itulah, kita seharusnya bisa memaksimalkan hak-hak kebaikan, yaitu untuk mendapatkan kekuatannya, agar bisa menjaga, mengarahkan dan mendidik masyarakat (dan juga para pemimpin) ke arah kebaikan.

 

Ada kekuatan besar yang ada pada ranah politik, yang bisa mengikat seluruh masyarakat, dari sabang sampai merauke, sehingga mungkin akan sangat baik, jika kita mengisi pos-pos kekuasaan/kekuatan itu dengan orang-orang yang baik.

 

Akan sangat indah sekali, jika ada ulama yang selalu bisa mengoreksi/mengawasi/memantau sang umara/penguasa/pemimpin agar tetap memerintah di dalam jalur kabaikan; dan begitu pula sebaliknya, ada umara/penguasa yang selalu bisa menegakkan/menjaga agar kebaikan tetap tegak di tengah masyarakat yang ia pimpin.

 

* * *

 

Bagaimanapun juga, kita sebagai seorang individu tetap dituntut menjadi seorang yang memiliki kebaikan dan -disisi yang lain, memiliki kekuatan untuk menjaga kebaikan tersebut.

 

“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

 

Untuk mengubah kemungkaran diperlukan kekuatan, kekuatan kekuasaan, tenaga, usaha, ataupun yang levelnya dibawah itu, yaitu kekuatan dan keberanian untuk mampu mengatakan kebenaran dan menunjukkan kesalahan –lewat pembicaraan atau lisan maupun juga lewat perantara tulisan, dan di level yang lebih rendah dari itu, yaitu sikap membenci kemungkaran. Namun, apakah kita ingin hanya memiliki iman yang lemah..?

 

Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk dapat membedakan kebaikan/kebenaran dari keburukan, dan diberi kekuatan untuk mengikuti dan membelanya, dan semoga kita semua diberikan kekuatan untuk dapat membedakan keburukan dari kebaikan, dan diberi kekuatan untuk menghindari dan menghancurkannya (amin).

 

 

 

---000---

 

Jakarta, 13 April 2009

Syamsul Arifin

12 April 2009

Politik Praktis

Meraup suara sebanyak-banyaknya, dengan menghalalkan segala cara, yang penting bisa meraih tampuk kekuasaan dan menduduki kursi kepemimpinan.

 

Politisi Muslim

 

Harus ada sesuatu yang beda pada diri seorang politisi muslim, ada nilai lebih, ada kekhasan, ada prinsip-prinsip hidup –yang didalamnya mencakup prinsip-prinsip berpolitik- yang berbeda dari politisi-politisi lainnya, yang itu semua bersumber dari cahaya Quran dan Sunnah.

 

Bagi sebagian orang, lahan politik dianggap sebagai salah satu bentuk ibadah -ibadah pelayanan umat dan penegakkan cahaya Islam, maka sudah menjadi sebuah keharusan, dalam segala praktek aktivitas politik yang dijalani harus tetap terjaga ‘kebersihannya’, dibalut dengan nilai-nilai yang tidak melanggar syariat, menghindari kemaksiatan, tidak menyokong kemungkaran, mendorong/memotivasi kebaikan dan memberikan pelayanan yang efektif, efisien, optimal, dan profesional bagi umat.

 

Tsawabit

 

Dalam dunia muamalah, ada beberapa hal yang sangat fleksibel, lentur, kondisional, dapat disesuaikan, berubah-ubah –dan harus terus berubah- sesuai kondisi, keadaan, waktu, dan kebutuhan. Namun ada juga hal-hal/nilai-nilai yang tidak boleh berubah, harus tetap, ajeg, dan teguh tak bergeming dalam kondisi apapun.

 

 

Jumlah dukungan/suara bukanlah segala-galanya, ada hal yang jauh lebih penting dan lebih utama, yaitu keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala.

 

Semoga kita semua selalu dilimpahi hidayahNya, sehingga bisa membedakan kebaikan dari keburukan, dan diberi kekuatan untuk mengikutinya; dan semoga kita juga diberkahi petunjuk, sehingga dapat membedakan keburukan dari kebaikan, dan diberi kekuatan untuk menjauhi dan mengalahkannya (amin).

 

Tetap semangat membuat perubahan, dalam lingkup dan balutan keridhoanNya!

 

 

---000---

 

Jakarta, 12 April 2009

Syamsul Arifin

[Flash Fiction] New Days

Ketika harapan tak jua menjelma nyata

Kemana lagi kan kuadukan segala derita?

:tawakal

 

Ketika cinta kehilangan kekuatannya

Kepada siapa lagi kan kusandarkan luka?

:iman

 

Ketika "aku" dan "kamu" tidak bisa menyatu menjadi "kita"

Mungkinkah akan ada sesosok "dirinya"..?

:takdir

 

* * *

 

“Have you lost your trust on our feeling?” she whispers to the dark night, her voice draw a painful feeling held inside.

 

“I can’t. We just cross the line too much,” I reply.

 

“You can tell me that now!” -upset.

 

The sounds of a deep breath are heard, filling-up the silence.

 

“I think.., it’s about the time for us to start learning”

 

“Learn to forget you..?”

 

“Learn to love the right person, your husband,” I said in a clear and unemotional tone, hoping that there will be a bright and blessed future, for both of us.

 

The night wind shift the mango branch, some old brown leaves are falling down, hitting the cold ground.

 

 

---000---

 

Metropolis city, 12 April 2009

Syamsul Arifin

10 April 2009

Resensi Buku “Asma-ul Husna” Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Judul Indonesia           : Asma-ul Husna

Pengarang                  : Ibnu Qayyim Al-jauziyah

Penerbit                      : Pustaka Al-Kautsar

Jumlah halaman           : 316

 

 

Para ulama membagi tauhidullah (mengesakan Allah) kepada tiga bagian, Pertama, tauhid Rububiyah, yaitu mengakui bahwa Allah satu-satunya Dzat yang menciptakan, mengatur seluruh makhluk, menghidupkan dan mematikan. Kedua, tauhid Uluhiyyah, yaitu meyakini bahwa Allahlah satu-satunya Dzat yang wajib diibadahi dengan hak, baik lisan, hati, maupun anggota badan. Dan yang ketiga tauhid Asma wa sifat, yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah dalam kitab-Nya dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya tanpa mempersamakannya dengan makhlukNya, menakwilkannya dan menghilangkan artinya.

 

Jika ditanyakan kepada orang-orang Jahiliyah, siapakah yang menciptakan langit dan bumi, mereka pasti menjawab, yang menciptakan semua itu adalah Allah. Demikianlah Al-Quran menuturkannya. Namun demikian, mereka tetap disebut sebagai orang-orang yang sesat dan bodoh karena mereka tidak mentauhidkan Allah dalam ibadah, baik ibadah hati, lisan maupun ibadah anggota badan. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki tauhid Uluhiyyah yang benar.

 

Dan barang siapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Luqman: 23-26)

 

Demikian juga orang-orang jamhiyah, qadariyyah, jabariyyah, dan Muktazilah disebut sebagai orang-orang yang sesat, mulhid dan zindiq karena kesalahpahaman mereka dalam meyakini Asma dan sifat Allah.

 

Buku yang ditahlik oleh Yusuf Ali Budaiwi dan Amin Abdul-Rozak Syawwa ini hadir sebagai salah satu sarana untuk mengenal Allah dengan baik, memahami sifat-sifat-Nya dengan benar, dan meningkatkan ma’rifah kita kepada keagungan Allah subhanahu wata’ala berdasarkan pemahaman Al-Quran dan Sunnah yang mulia, sebagaimana Allah menjelaskannya, para Nabi mengajarkannya, dan sebagaimana para sahabat dan ulama-ulama yang hanif memahaminya. Buku yang penuh cahaya.

 

Saat kita menelusuri lembaran demi lembaran buku ini, semakin kita tersadar, bahwa sangat sedikit yang kita tahu mengenai Allah, Tuhan semesta alam, yang kita ibadati, yang kepadaNya kita memanjatkan doa dan mengadukan persoalan.

 

Di sisi lain, dengan membaca penjelasan demi penjelasan di buku ini, maka kita akan semakin mengerti pula mengenai hakikat diri sebagai seorang manusia, sebagai salah satu mahkluk-Nya, sebagai seorang hamba, yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya.

 

 

 

---000---

 

Jakarta, 10 April 2009

Syamsul Arifin

09 April 2009

Mati Terbunuh Karena Cinta

Killed by your love OR killing for your love..?

Terbunuh disebabkan cinta ATAU membunuh untuk cinta..?

 

Berapa banyak dari kita yang rela berkorban untuk memperjuangkan-meraih-menjaga rasa cinta? Rela dan tanpa pamrih mengorbankan harta bahkan menyerahkan kepemilikan terbesar dalam dirinya, nyawa, demi sebuah cinta..?

 

Di waktu perang Uhud, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ketika orang-orang meninggalkan Nabi SAW sewaktu keadaan mulai genting karena pemanah di bukit tidak mau mengikuti perintah Rasulullah sehingga menyebabkan musuh bisa menyerang lewat belakang, para sahabat-sahabat menjadi perisai hidup bagi Rasulullah dari desakan panah-panah kaum musyrikin, Abu Thalhah adalah seorang pemanah ulung dan selalu tepat mengenai sasarannya. Setiap anak panah yang dilepaskan olehnya ke arah kaum Musyrikin selalu diamati oleh Rasulullah saw, pada sasaran manakah anak panah itu menancap. Kemudian Abu Thalhah berkata: “Demi ayah dan ibuku, yang menjadi tebusanmu, tak usahlah anda mengamatiku nanti terkena panahan musuh. Biarlah mengenai leherku asalkan lehermu selamat.“

 

Abu Dujanah melindungi Nabi saw dengan dirinya, sementara panah-panah musuh bertubi-tubi menghujam di punggungnya. Demikian pula Ziyad bin Sakan. Ia memayungi Rasulullah saw dengan dirinya sampai gugur bersama lima orang sahabatnya. Menurut riwayat Ibnu Hisyam orang yang terakhir gugur melindungi Nabi saw hingga roboh karena luka yang mengenainya, lalu Rasulullah saw berkata: “Dekatkanlah dia kepadaku.“ Kemudian diletakkan kepalanya di atas kaki beliau dan akhirnya ia menghembuskan nafasnya yang terakhir berbantalkan kaki Rasulullah SAW.

 

 

Cinta Allah dan Rasul-Nya

 

Sudah seberapa besarkah cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, apakah kita lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi apapun di dunia ini, termasuk nyawa kita sendiri..?

 

Tidaklah cukup seseorang mendakwakan diri beriman kepada masalah-masalah aqidah yang harus diimani, sebelum hatinya juga dipenuhi oleh cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu Rasulullah SAW bersabda:

 

“Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, sehingga aku lebih dicintainya daripada hartanya, anaknya, dan semua manusia.“ (HR Muttafa‘alaihi)

 

 

Akhir Zaman, Lemahnya Cinta kepada Allah dan Rasulullah

 

“Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti menyerbu makanan di atas piring. Berkata seseorang: Apakah karena sedikitnya kami waktu itu? Beliau bersabda: Bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Alloh mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn. Seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah wahn itu? Beliau bersabda: Mencintai dunia dan takut mati”. (HR Abu Dawud)

 

Perjuangkanlah rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, sampai maut mencabut ruh, sampai kematian menghentikan langkah kaki, sampai desah nafas dan denyut jantung berakhir di dalam perjalanan mencari keridhoan-Nya.

 

Di bab Perang Uhud, buku Sirah Nabawiyah, Dr. Muhammad Sa'id Ramadhani Al-Buthy menuliskan hal berikut ini,

 

[start kutipan]

Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda kepada para sahabatnya:

“Siapa di antara kalian yang bersedia mencari berita untukku tentang keadaan Sa‘ad bin Rabi? Masihkah ia hidup atau sudah matikah?”

 

Salah seorang Anshar menyatakan kesediaannya, kemudian pergi mencari Sa‘ad bin Rabi. Akhirnya Sa‘ad ditemukan dalam keadaan luka parah, sedang menanti datangnya ajal. Kepadanya orang Anshar itu memberitahu: “Aku disuruh Rasulullah saw untuk mencari engkau, apakah engkau masih hidup atau telah mati…“

 

Sa‘ad menjawab: “Beritahukan kepada beliau, bahwa aku sudah mati, dan sampaikanlah salamku kepada beliau. Katakan kepada beliau, bahwa Sa‘ad bin Rabi menyampaikan ucapan kepada anda (yakni Rasulullah SAW): Semoga Allah SWT melimpahkan kebajikan sebesar-besarnya atas kepemimpinan anda sebagai seorang Nabi yang telah diberikan kepada ummatnya! Sampaikan juga salamku kepada pasukan Muslimin, dan beritahukan bahwa Sa‘ad bin Rabi berkata kepada kalian:

 

“Allah tidak akan memaafkan kalian jika kalian meninggalkan Nabi SAW, sedangkan masih ada orang-orang hidup di antara kalian.“

 

Orang Anshar itu melanjutkan ceritanya: “Belum sampai kutinggalkan, Sa‘ad pun wafat. Aku lalu segera menghadap Nabi saw dan kusampaikan kepada beliau pesan-pesannya.”

           

Jika cinta seperti ini telah menyelinap dan bertahta di dalam hati setiap diri kaum Muslimin pada hari ini, sehingga menjauhkan mereka dari syahwat dan egoisme mereka, dapatlah saya katakan: “Saat itulah kaum Muslimin akan tampil sebagai generasi baru dan mampu merebut kemenangan merka dari benteng-benteng kematian, serta mengalahkan musuh-musuh mereka betapapun rintangan yang harus dihadapinya.”

[end kutipan]

 

 

Bukti Cinta yang Dituntut di Era Modernitas

 

Meskipun Rasulullah SAW tidak hidup bersama-sama kita, bukan berarti kita bisa mengaku-ngaku saja cinta kepadanya. Perlu ada bukti dari setiap ucapan, perlu ada wujud dari setiap perkataan.

 

Buktikan rasa cinta kita kepada Allah dan Rasulullah SAW dengan mempelajari al-Quran dan sunnahnya, memahami kandungannya, mentadaburi sejarahnya, dan mengamalankannya –sebisa kita- dalam kehidupan sehari-hari.

 

Semoga di akhirat kelak, Allah SWT mengumpulkan kita dengan Rasulullah SAW, orang yang kita harapkan balasan cintanya.

 

Hadits riwayat Anas bin Malik RA: Bahwa seorang Arab badui bertanya kepada Rasulullah SAW: "Kapankah kiamat itu tiba?" Rasulullah SAW bersabda: "Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?" Lelaki itu menjawab: "Cinta Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah SAW bersabda: "Kamu akan bersama orang yang kamu cintai" (HR Muttafa‘alaihi)

 

 

 

---000---

 

Samarinda, 9 April 2009

Syamsul Arifin