24 March 2012

Menjejak di Ujung Pandang


Liburan cari yang direct flight dari Balikpapan, setelah dirembukkan, pilihan jatuh ke Makassar, alasan utamanya: karena belum pernah menginjakkan kaki di pulau Sulawesi ^_^

Browsing penginapan di lewat bantuan trip advisor dan membandingkan jumlah kamarnya di situsnya pemkot, dipilihlah Hotel Pantai Gapura.

Tempatnya asri, dipinggir laut pas, jadi denger suara desir-desiran. Banyak orang juga yang kayaknya ngajak anak-anaknya berenang di kolam renang hotel, kayaknya salah satu hotel yang favorit juga buat liburan penduduk kota. Kondisi kamar tidak terlalu wah, bahkan kayaknya agak sedikit lawas, tapi cukup lumayan dijaga perawatannya, jadi cukup lumayan lah dengan harganya, value for price, dan dekat dengan pusat keramaian, dari benteng fort roterdam aja cuma butuh sekitar 10 menitan jalan kaki, begitu juga kalau mau cari oleh-oleh/souvenir di (jalan) Sombu Opu (semacam Malioboro-nya Jogja gituh lah).

Sampe di Makassar sore hari, disambut dengan hujan, seger.

Besok pagi, rental mobil yang lepas kunci, dengan bantuan gps, jalan dengan pede ke Bantimurung, meski beberapa kali salah jalan, tapi sampe juga akhirnya, ngeliat penangkaran kupu-kupu dan air terjun. Perjalanan sekitar satu jam-an lah. Siang hari balik ke hotel, tidur siang doelo, maklum bawa bayi.

Sore harinya, ke Trans Studio, karena udah sore, (Trans Studio Theme Park tutup jam 7 di hari kerja), jadinya cuma nampang moto dan beli souvenir-souvenirnya ajah deh :D

DI hari selanjutnya, becak jadi model transportasi ke lokasi2 selanjutnya yang dituju yaitu Benteng Fort Roterdam, muter-muter sebentar, trus cari oleh-oleh, mejeng di anjungan Losari Beach. Balik istirahat di hotel, sorenya ke Pantai Akkarena (naik taksi), liat sunset.

Alhamdulillah selama kunjungan di Makassar cerah, hujan pas malam hari kedatangan ajah, jadi bisa menikmati liburan dengan cuaca yang kooperatif ^_^

Suasana di terminal kedatangan

Pemandangan ketika makan malam di resto hotel

Bantimurung

Penangkaran kupu-kupu

Air terjun

Trans Studio

Benteng Fort Rotterdam

Fort Rotterdam

Anjungan Pantai Losari

Terminal Keberangkatan

Model favoritku

05 March 2012

(Sengaja) "Memasukkan" Anak ke Neraka

Seorang anak butuh guru/mentor/pelatih yang melatihnya supaya bisa berenang. Mengharapkan mereka ujug-ujug bisa berenang dengan menceburkan ke kolam yang dalem, tentu aneh, dan sadis (membunuh mereka).


Dan seperti kata pepatah "gagal mempersiapkan, berarti mempersiapkan untuk gagal", makanya tak jarang, banyak sekali orang tua yang memasukkan anak-anak mereka ke les-les, mengikutkan ke persiapan ujian masuk universitas, dan lain-lain. Semua yang membutuhkan pengorbanan waktu-usaha-dan tentunya uang.

Yang uniknya, kita SERIUS sekali tentang urusan persiapan masa depan duniawi anak-anak kita, tapi terkadang 'menyepelekan' masa depan yang lebih di depan, hari-hari di akhirat.

Apakah ada waktu yang sengaja di-plot untuk mengajari mereka shalat-baca quran?
Adakah sejumlah nominal uang yang sama (kalau tidak lebih besar) yang dihabiskan untuk memanggil guru ngaji private seperti yang dihabiskan untuk ikutan les?

Keseriusan usaha akan sebanding dengan besar-kecilnya hasil yang didapat.

Kalau ngga serius membangun pondasi buat agama anak-anak kita, maka jangan mengharapkan anak-anak kita akan jadi melek agama?

Jangan harap mereka tahu cara bertayamum atau mandi junub, tahu cara shalat sebagai makmum masbuk atau shalat dalam perjalanan, tahu cara baca quran yang sesuai tajwid, dst, kalau kita sebagai orangtua (orang yang bertanggungjawab atas mereka), tidak mengajarkan/meluangkan sumber daya yang cukup agar mereka tahu hal-hal tersebut.

Anak itu seperti pohon, jangan berharap kamu bisa menegakkan batangnya kalau sudah terlanjur besar. Seperti bonsai yang dibentuk dari kecil agar memberikan bentuk lekukan batang yang indah, anak juga dibentuk dari kecil agar tertanam nilai-nilai yang kita inginkan. Jangan berharap tiba-tiba saja kalau dia besar dia akan rajin shalat-ngaji-dan kuat puasa, kalau dari kecil tidak pernah dibiasakan untuk shalat-ngaji-dan puasa secara bertahap.

Memahami ilmu agama adalah fardu 'aid bagi setiap muslim/ah, karena dengannya kita akan selamat dunia-akhirat. Prioritas yang proporsional harus diberikan, agar kita tidak menzalimi anak-anak kita dengan 'sengaja' memasukkannya ke neraka, karena kita tidak mengajari/memberikan mereka sumber daya yang cukup untuk mengetahui ilmu agamanya.

Kita tahu, tapi tidak mau tahu.

Buktikan cinta dengan tindakan nyata.


---000---

Balikpapan, 5 Maret 2012
Syamsul Arifin
*pesan untuk diri sendiri