30 October 2007

[cerpen] Ujian Cinta

"Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu” (QS. Al-Hujuraat: 7)

“Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia” (QS. Al-Qiyaamah: 20)

---

Tuk menghilangkan gundah dan kekecewaanku karena ditolak oleh seseorang yang sangat ku harapkan kesediaannya menemani diriku menapaki hidup bersama, ku habiskan banyak waktu dan pikiran dengan pekerjaan dan aktivitas lain yang kuharap bisa menyita waktu, menghabiskan energi, dan mengalihkan perhatian.

Pikiran yang kosong memang dapat dengan mudah dijejali oleh syaitan, batinku dalam hati.

Berbagai acara kajian dan seminar makin sering ku ikuti.

Hari ini, aku akan mengikuti acara Mabit atau bermalam di Masjid Walikota Depok, seperti biasa, dalam acara Mabit, ada kajian bada Isya, shalat Qiyamullail berjamaah, muhasabah (refleksi/introspeksi diri) dan juga kajian bada Subuh. Aku datang tepat sebelum adzan Isya berkumandang, sebelum tadi sempat mampir ke warung rokok di pinggir jalan untuk membeli botol mineral satu liter serta beberapa bungkus makanan ringan tuk menemani malam ini.

Jamaah shalat Isya  tidak telalu ramai, tapi setelah shalat Isya selesai, para jamaah makin banyak berdatangan. Beberapa kali barisan shalat Isya berjamaah dibuat. Semakin lama, masjid semakin dipadati oleh para jamaah yang ingin mengikuti acara. Meskipun hanya diikuti oleh para ikhwan, lantai satu dan dua masjid sudah tumpah ruah oleh jamaah.

Acara dibuka dengan tasmi atau bacaan ayat suci Al-Quran tanpa melihat mushaf (Quran) oleh seorang hafidz (penghafal Quran) muda, tampang dan penampilannya yang biasa saja, sempat membuat ku sedikit meragukan dia, namun ketika ia mulai membaca, subhanallah, suara terdengar begitu merdu dan indah, menyentuh di hati. Malu aku karena telah memiliki prasangka yang tak baik kepadanya.

Terbayang dalam benakku suaranya Nabi Daud as dan kekaguman Nabi Muhammad terhadap bacaannya Salim, Maula Abu Hudzaifah ra. Terlintas dalam pikirku surat Al-A'raaf ayat 204, ku tundukkan sedikit kepala dan ku heningkan sejenak segala perbuatanku, ya Allah.., bacaanya yang ia bawakan begitu indah, lembut menyentuh hati, tak terasa air mataku mengalir perlahan. Ia terus membacakan lantunan surat Al-Anfal sampai selesai, ada suatu sensasi yang tak dapat ku gambarkan, antara semangat, introspeksi diri, dan perdengaran suara yang begitu indah, ku biarkan diriku berada dalam keadaan meneteskan air mata.

Kajian pertama bada Isya kali ini berbicara mengenai Tarbiyah Dzatiyah, atau pembinaan pribadi seorang muslim, bagaimana seorang muslim mampu menjaga dan membina dirinya selalu dalam keadaan baik. Kajian yang dibawakan oleh ustadz Abu Ridho ini terasa sangat bermanfaat bagiku. Kajian dihentikan pukul sebelas malam. Dengan perasaan puas ku mencari posisi yang nyaman untuk tidur, wah, sepertinya shaff pertama yang ada alas karpetnya nyaman nih untuk tidur, aku segera bergegas menuju kesana, sebelum tempat itu dipenuhi orang.

Shalat malam dilakukan pukul tiga pagi, beberapa jamaah terisak-isak dalam shalat, aku merasa hatiku kering dan keras membatu, hingga tidak dapat meresapi bacaan imam yang panjang dan indah terdengar di telinga. Selesai shalat, ada muhasabah, namun aku malah terlelap dalam keremangan masjid yang di buat panita.

Kajian kedua bada Shubuh berbincang mengenai ukhuwah atau persaudaraan, topik ini sudah sering sekali ku dengar, namun kadang aku suka miris juga mendengar celotehan para ikhwah yang masih suka “memakan bangkai saudaranya”(1), ah.., semoga materi kali ini memberikan bekas pada diriku, amin, ku panjatkan doa pelan di hati.

Menjelang materi usai, ketika para peserta sudah pada beranjak pulang, seorang lelaki menghampiriku.

“Assalamualaikum, Syamsul Arifin”, suara yang ku dengar amat familiar di telinga, wah, ternyata Radinal Husein, rekan seperjuanganku di rohis kampus, dua tahun yang lalu, “Wassalamualaikum, Ray”, ku kembangkan senyum terindahku dan menjabat tangannya mesra. Kami duduk sejenak, pertanyaan perihal kabar dan aktivitas masing-masing saling bersilangan.

Mentari perlahan merangkak naik, dan hangatnya hari minggu pagi mulai terasa. Kami berjalan ke luar Masjid, menuju tempat parkir motor. “Akh, doain saya ya.., insya Allah sedang berproses nih”, katanya setengah grogi, “wah wah wah, selamat ya…”, ujarku gembira tak tertahan, “sama siapa akh”, tanyaku kemudian, “hmmm.., sama anak UI juga kok”, sahutnya, “ente kenal kok”, tambahnya, ekspresi gembira di wajahku semakin tak tertahan, “iya, tapi ama siapa?”, tanyaku penasaran, “teman sekelas kita ya?”, tambahku, “iya”, jawabnya pelan, ha ha ha, aku tertawa pelan, “eh gimana menurut ente, bisa berabe nih, ngga boleh ya…?”, tanyanya ragu, “ngga kok, asal prosesnya syar’i mah ngga masalah”, jawabku tersenyum.

“Si Ita ya?”, ku sebut nama seorang akhwat yang dulu menjadi tandemnya di departemen Pelayanan Umat dulu, “bukan”, jawabnya, “si Mutia?”, tebakku lagi, “bukan juga, yah ente sebutin aja semua, nanti juga ketahuan”, guraunya, “iya, habis siapa dong”, ujarku, “si Hani, Hani binti Azkam”, jawabnya mantap, zebbb, alam serasa hening sesaat. Ternyata Radinal Husein telah mendahuluiku, dia telah mengambil seseorang yang namanya tertulis di catatan harianku, terukir di hatiku, dan terbayang di benakku setiap waktu.

Mulailah mengalir cerita mengenai proses yang ia lakukan sampai akhrnya jadi, dia melalui seorang perantara teman yang sudah menikah, Anis Hartanti, seorang akhwat yang juga saat ini sudah memiliki seorang anak usia dua tahun. Huaaah.., ceritanya yang bersemangat dan indah terdengar hambar di telinga, ku pasang topeng kegembiraan di balik raut kesedihan.

Sesampainya di pelataran parkir, cerita lengkap proses akh Radinal dengan Hani tamat sudah, sembari ku persiapankan diri dengan perlengkapan motorku, ku ucapkan selamat kepadanya, “selamat ya akh.., wah wah wah, subhanallah, mantab ente bisa mendapatkan dia, dia memang hebat kok, ngga bakal nyesel deh ente nikahin dia. Semoga proses kedepannya lancar ya”, ku jabat dia hangat, “klo ente kapan pin?”, dia bertanya balik sembari mempersiapkan diri dengan perlengkapan berkendaranya, ia tak mau menyebutkan seorang nama akhwat pun, karena tahu bahwa selama kami beraktivitas, tidak pernah ada nama seorang akhwat yang meluncur dari bibirku, meski hanya tuk sekedar kata pujian, apalagi di depan orangnya. Dia sadar betul, bahwa dalam pandanganku, memuji seorang akhwat di depannya, sama saja dengan mengajaknya nikah dengan terselubung, dan tidak pernah sekalipun ku sebutkan nama seorang akhwat pun yang ku sukai, meski hanya tuk sekedar bercanda. Hanya Allah dan diriku yang mengetahu getaran aneh dalam dada ketika berinteraksi sama akhwat. “Yah, doain aja ASAP(2)”, jawabku singkat. “sekali lagi selamat ya ray. Assalamualaikum”, ucapku setelah melihatnya telah siap dengan motornya. “Wassalamualaikum”.

Perjalanan kali ini merupakan perjalanan paling kering dalam hidupku, sejuknya udara Depok pagi hari tidak mampu menyejukkan hatiku yang tercabik-cabik bagai tertikam pisau belati.

Dari Abu Dzar ra, Rasulullah SAW mengatakan kepadaku, ‘janganlah kalian menganggap remeh satu perbuatan baik sedikitpun, meskipun hanya memberikan senyuman (wajah yang ramah) kepada kepada saudaramu. (HR. Muslim)


---

Jakarta, 30 Oktober 2007
Syamsul Arifin
“Andainya cinta boleh kuberi nama. Maka akan ada namamu di sana” (Cerpen, Pelangi Nggombal Lagi!)
*cerpen ini terinspirasi dari novel "Ketika Cinta Bertasbih"nya Habiburrahman El Shirazy
*Cerpen ini merupakan lanjutan dari cerpen "Ketika Cinta Harus Menang" dan bersambung ke cerpen "Perahu Cinta di Tengah Badai"

Keterangan:
(1) “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat: 12)
(2) ASAP = As Soon As Possible (secepat mungkin)

26 October 2007

[cerpen] Ketika Cinta Harus Menang

Abdullah bin Abu Bakar bercerai dengan istrinya yang terkenal kecantikannya, keluhuran budinya dan keagungan akhlaknya, ketika ayahnya mengamati bahwa kecintaannya terhadap istrinya telah melalaikan Abdullah dalam berjihad di jalan Allah dan memerintahkannya tuk menceraikan istrinya tersebut. Pemuda Abdullah memandang perintah itu dengan kaca mata iman, sehingga dia rela menceraikan belahan jiwanya demi mempererat kembali cintanya kepada Allah SWT. (Artikel "Mencari Cinta Sejati", Ir. Munasri Hadini MSc.)

---

"Saya tidak akan bisa melupakan Hani nih Ham", aku bertutur kepada sahabatku, Ilhamdani, selepas kami mengajar di Taman Pengajian Al-Quran masjid Al Fitrah dekat kompleks rumah, "hmmm... emang begitulah deritanya cinta, makanya jangan bermain api cinta kalau tidak mau terbakar panasnya, hehehe...", dia terkekeh-kekeh. Iiiih, sebel juga nih liat orang yang satu ini, ada saudaranya yang lagi bersedih malah dia ketawa-ketiwi. "Udaah, mendingan kamu lamar si Lenny aja tuh, anaknya bu Sumi, dia kan sudah ngga punya bapak lagi, baru aja meninggal tiga bulan yang lalu, sekalian meringankan beban hidupnya, karena kini cuma dia saja yang menyokong kehidupan ibu dan kedua adik-adiknya, kalo dia jadi sama kamu kan lumayan tuh, bisa sekalian biayain adik-adiknya. Kerja udah, gaji lumayan lah, kontrakan udah ada, tampang... hmmm lumayan keren lah, tinggal cari istri aja akh..", kali ini dia tersenyum ringan.

Hmmm.., memang saya sudah kenal lah dengan Lenny, akhwat alumni STIE Tazkia yang sekarang bekerja di Karim Financial & Syariah Consultan itu memang seorang akhwat yang mandiri dan cerdas, dia terkadang juga ikut aktif di masjid ini, dan dari seorang teman, ku ketahui bahwa dia mahir berbahasa Inggris dan Arabnya juga, tapi ah.., entah kenapa, semenjak si Hani menolah tawaran ta'aruf denganku tiga bulan yang lalu, aku masih belum berminat pindah kelain hati, sepertinya hatiku sudah dipenuhi oleh namanya.

"Kalau kamu mau, nanti biar istri saya yang tanyain ke dia, klo ngga salah, istri satu kelompok pengajian tuh sama dia", Ilham menawarkan bantuannya, ia memang baru menikah enam bulan yang lalu, "ntar dulu deh Ham, mau berkabung dulu nih", aku menjawab sekenanya, "ya udah, tunggu tiga kali quru' ya, hahaha", tawanya meledak, "yeee, emang gua seorang istri yang dicerai suami apa, sehingga harus menunggu tiga kali bersih dari haid", aku menimpalinya. Teringat pelajaran fikh pernikahan yang baru saja kami dapat dua minggu kemarin, mengenai masa iddah (tunggu) seorang wanita jika harus bercerai dengan suaminya.

”Saya mau usahain si dia lagi ham”, ujarku kemudian, “hah, yakin kamu, ntar kalo ditolak lagi gimana..”, ucapannya terdengar meledek, Ilham memang tau bagaimana kisah cintaku yang berakhir tragis ketika Hani menolakku, “ya berarti belum jodoh aja”, jawabku singkat, “yo wis, suka-sukamu lah, tapi ingat, sekali lagi ditolak, bakalan dapet payung cantik kamu pin”, dia tertawa ringan, aku tersenyum tanpa ekspresi.

Sore itu, langit terlihat begitu tenang, perlahan-lahan semburat merahnya memenuhi ufuk cakrawala.

---

"Assalamualaikum Nurul, bagaimana kabarnya?", aku bertanya lewat telpon kepada salah seorang sahabatku sewaktu di kampus dulu, Nurul Husna, akhwat satu yang kuliah sejurusan denganku ketika kami sama-sama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, dia telah satu setengah tahun menikah dengan seorang ikhwan dari STAN atau Sekolah Tinggi Akuntansi Negri yang berlokasi di Bintaro, ia baru saja pulang dari negeri kangguru setelah menemani suaminya mengambil gelar master di bidang audit akuntansi keuangan selama setahun.

"Alhamdulillah bil khoir(1) akh", dia menyahut,  "gimana, dah berisi belum?”, aku melanjutkan, “insya Allah nih akh, lagi jalan tiga bulan, tapi kayaknya gara-gara kecapean jadi lagi merasa ngga enak badan ginih.”, dia menjawab, “oh gitu ya, wah wah wah, selamat ya”, aku ucapkan dengan nada yang riang, “makasih ya, mohon doanya ya, biar lancar”, dia menyahut, “iya, insya Allah. Ya Allah, semoga kehamilan Nurul baik-baik saja, dan dari rahimnya, terlahir mujahid yang kan dapat meneguhkan kalimat tauhid di muka bumi”, aku mendoakannya langsung agar tidak mungkir dari janji yang telah terucap, “amin” dia berharap dengan tulus.

“Nurul, sebetulnya ada yang ingin ku ingin minta tolong nih”, aku berbicara dengan setengah gugup, “minta bantuan apa”, ia bertanya, “ehm.., mau minta tolong tanyain ke Hani, dia udah siap nikah belum”, aku menjelaskan, glek, ku dengar suaranya yang sedikit tertahan, “Hani teman sekelas kita?”, ia meminta kepastianku, “iya, Hani binti Azkam”, aku memastikannya, hening sejenak mengisi ruang waktu, “ok deh, tapi kau harus siap ya dengan segala apapun jawabannya”, ia menimpali, “insya Allah dah siap lahir batin. Kalau dia bilang dah siap nikah, minta nomor pengajar keislamannya ya, nanti ustadz saya yang hubungi beliau”, aku melanjutkan, “yup, nanti saya telpon dia deh, sabar aja ya..”, Nurul coba menengaskan aku, “siip, syukron(2) ya”, aku merasa lega, “afwan(3)” dia menjawab, “assalamualaikum”, ku akhiri perbincanganku, ‘wassalamualaikum”, dia menutup gagang telpon.

Malam itu, acara Top Ten News terasa tidak menarik lagi bagiku, mataku menerawang menembus kotak ajaib berukuran 21 inci tersebut.

---

Sudah hampir satu bulan Nurul tidak memberikan kabarnya mengenai permintaan tolongku. Hmm.., mungkin dia sibuk kali ya, aku berprasangka baik kepadanya. Teringat salah satu tausyiah Umar bin Khattab menyangkut hal ini, “Senantiasalah bersangka baik terhadap saudaramu sehingga datang kepadamu (berita) yang merubah persangkaan itu.”

Ku tekan nomor telpon rumahnya, “Assalamualaikum, Nurulnya ada bu?”, terdengar suara wanita yang ku taksir usianya sudah paruh baya, “Nurulnya sedang di rumah sakit, dia sedang dirawat karena keguguran”, wanita tersebut menjawab, “innalilahi, sejak kapan bu?”, aku merespon, “baru aja beberapa dua hari kemarin, sepertinya dia kelelahan dengan aktivitasnya”, ibu itu menambahkan, “dirumah sakit mana bu? Dan kamar berapa?”, aku menyerocos terus karena merasa sedikt tidak enak, Nurul ada teman sekalasku selama empat tahun, saya merasa dekat dengannya, karena memang satu jurusan yang S1 reguler hanya ada sepuluh orang. Kami sudah sering sekelompok bareng, dan dia memang akhwat yang sangat terjaga dalam pergaulan, lembut dalam perbuatan, dan aktif di kegiatan kemahasiswaan. “di rumah sakit Bunda Margonda, kamar 201”, ibu itu berkata, “baik bu, terima kasih ya. Assalamualaikum” ku akhiri pembicaraan, “wassalamualaikum”, ia menjawab.

Saat itu pula, ku telpon mantan teman sekelasku, Arief Maulana, Radinal Husein, dan Dendy Prawira, siapa tau ada yang mau ikutan menjenguk bareng. Ternyata hanya Radinal yang bisa menemaniku hari Sabtu besok, yang lainnya sibuk dengan agendanya masing-masing, Arief tidak bisa ikut karena harus mengisi acara kajian, dan Dendy harus menemani adiknya mendaftar ke universitas, mereka semua titip salam saja. Sebetulnya mereka semua ingin datang, sebab mereka tahu betul mengenai hak-hak ukhuwah, yang salah satunya yaitu menjenguk orang sakit(4) namun memang hidup itu perlu skala prioritas, dan mereka adalah orang-orang yang saya kenal sangat matang dalam menetapkan prioritas.

---

Hari Sabtu pagi pukul 9.00, mentari bersinar hangat, ku tunggu Radinal di warung rokok di samping rumah sakit yang baru berdiri pada tahun 2005 itu. Sembari menyedot teh botol dingin yang suhunya menyejukkan genggaman, ku tatap pintu rumah sakit berwarna hijau muda itu, aih.., kapan ya bisa ku antar istriku memeriksakan kandungannya disini, lamunku melayang.

“Hey Syamsul Arifin, kaifa hal(5) akh?”, terdengar suara dengan berseru, ku palingkan wajahku, terlihat akh Dinal sedang memarkirkan motornya, ia tersenyum cerah, ia berjalan kearah ku sembari melepas jaketnya, “Alhamdulillah bil khoir”, ku sambut uluran tangannya dengan mesra dan ku peluk dia, tukang rokok melihat kami dengan tatapan yang aneh. “Afwan(6) ya lama, cari buahnya susah nih. Udah lama nunggu ya?”, ia berkata setelah melepaskan pelukannya, “iya, ngga pa pa kok, baru datang juga kok, yuk kita langsung masuk aja”, aku menjawab, “yuk” kami berjalan memasuki rumah sakit ibu dan anak yang hari itu sedikit ramai dipadati orang.

Tidak ada pertanyaan yang keluar dari mulutku terkait Hani ketika ku menjenguk dirinya, yang ada hanya doa agar ia lekas sembuh dan menanyakan ihwal penyebab keadaanya, selain ku rasa bukan waktu yang tepat tuk menanyakan hal itu, disisiku juga ada Radinah Husein, salah seorang rekan seperjuanganku ketika di Rohis kampus, kami memang sama-sama ketua departeman, Dinal mengepalai departemen Soum atau solidaritas ummat yang mengurusi kegiatan-kegiatan sosial dan aksi-aksi solidaritas keumatan, sedang aku ketika itu membawa departeman kajian yang beberapa kali mengadakan acara seminar, talk show, atau hanya sekedar diskusi informal. Namun dari tatapan Nurul, sepertinya ku yakin dia bisa memahami apa yang tersembunyi di hatiku. Suaminya Nurul menemani kami berbincang, kami berada di sana sekitar 15 menit sebelum akhirnya undur diri.

Sesampainya dirumah, sebuah SMS telah berada di handphone-ku, ketika ku turun dari motor dan merapihkan diri. “Assalamualaikum. Afwan ya akh, ana belum sempat menanyakan mengenai keperluan antum sama Hani. Selain, rasa mual yang menggangu ini (maklum baru pertama), kesibukan dengan pekerjaan proyek kejar tayang pengeditan buku yang harus dipublish, sehingga ana belum sempat kontak dengan Hani. Insya Allah, hari ini juga akan langsung ana hubungi. Sabar dan ikhlas menunggu hasilnya ya. -Nurul-”.

Ku balas SMSnya, “Wassalam, ngga papa kok, iya, saya ngerti, ngga perlu terburu-buru, sebab terburu-buru itu datangnya dari setan, sekarang Nurul konsentrasi menyembuhkan diri saja dulu. Jazakillah(7), dan afwan telah nambahin menjadi beban pikiran juga”.

---

Telepon selularku berdering, lagu Jalan Juang Izzatul Islam terdengar mengalun sebagai ringtone. Ku baca nama pemanggil yang terpampang di layar handphone, Nurul Husna, begitu namanya tertulis. “Assalamualaikum”, aku menyapa terlebih dahulu, “wassalamualaikum, akh ipin, ini Nurul nih”, dia memulai pembicaraan, “iya tau kok, kan namamu ada di hape”, aku menimpal, “ehhmm.., udah ada jawaban tentang Hani nih”, suaranya terdengar pelan dan bimbang, “gimana jawabannya?”, sahutku antusias.

“Maafin ana ya pin, ternyata dia telah menerima khitbah(8) dari orang”, sejenak alam terdengar hening, kebas terasa di jiwa, “maaf banget pin, ternyata Nurul telat kasih tau dia. Dua hari sebelum ana kasih tau dia, ternyata dia baru saja meng-iyakan lamaran yang datang kepadanya. Dan dia sepertinya tau kalau kamu yang meminta bantuan ana. Di hari minggunya, ana mengunjungi rumahnya, dan dia juga cerita tentang bagaimana dulu kamu pernah melamarnya secara langsung dan personal. Namun karena sepertinya kau sudah tidak lagi tertarik dengannya, maka dia putusnya tuk melanjutkan hidupnya, padahal sebetulnya dia juga menyimpan rasa simpati padamu”, ceritanya terdengar dingin menembus hati, “berkali-kali dia menyesali dirinya, andai saja ia mampu sedikit bersabar menanti dirimu…. Dua hari lagi keluarga dari calon mempelai prianya akan silaturahmi ke rumahnya”, suaranya terdengar lirih, dalam benakkku terbayang bagaimana Hani menangis di pelukan Nurul, Astagfirullah hal adzim, bisikku lirih tak terdengar.

“Insya Allah, ngga papa kok, memang bukan jodoh kali, terima kasih ya sudah membantu, maaf jadi merepotkan”, aku mencoba tegar, “afwan, ana yang minta maaf pi”, suaranya terdengar datar, “ngga, ngga ada yang salah kok, wong jodoh itu ada ditangannya. Sekali lagi, makasih ya”, aku tambahkan, “assalamualaikum”, aku akhiri pembicaraan, “wassalamualaikum”, dia menjawab.

Astagfirulla hal adzim… aku terduduk memegang dada. Mata terpejam. Perih terasa di hati, ku tahan sekuat tenaga tuk membendung air yang memenuhi kelopak mata.

"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku…"(QS. Yusuf: 86)

“dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis” (QS. An-Najm: 43)

“Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri” (QS. Yusuf: 67)



---

Syamsul Arifin
Jakarta, 26 Oktober 2007
“Alhamdulillah, akhirnya kutemukan kembali si cinta”
*Cerpen ini terinspirasi novel “Ayat-Ayat Cinta” Habiburrahman El Shirazy
*Cerpen ini merupakan lanjutan dari cerpen "Kegigihan Adalah Nafas Cinta" dan bersambung ke cerpen "Ujian Cinta"

*Maaf buat teman-temanku, yang ku bajak namanya di sini Peace ahhh!


Keterangan:
Ikhwan = saudara laki-laki (saudara dalam Islam), biasanya panggilan ini digunakan untuk menunjukkan hubungan kedekatan
Akhwat = saudara perempuan (saudari dalam Islam), biasanya panggilan ini digunakan untuk menunjukkan hubungan kedekatan
Akh = kependekan dari akhi, yang berarti sebutan/sapaan untuk ikhwan.
Ukh = kependekan dari ukhti, yang berarti sebutan/sapaan untuk akhwat.
Ana = “saya”, namun sering mendapat penyerapan dalam bahasa Indonesia menjadi ane
Anta = “kamu”, namun sering mendapat penyerapan dalam bahasa Indonesia menjadi ente
(1) Segala puji bagi Allah, baik-baik saja
(2) Terima kasih
(3) Ungkapan untuk menjawab perkataan “syukron”
(4) Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Hak seorang muslim dengan muslim lainnya ada enam”. Para sahabat bertanya, “Apa itu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab, “apabila engkau bertemu dengannya ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu penuhilah, apabila ia minta nasehat darimu nasehatilah, apabila ia bersin doakanlah, apabila ia sakit tengoklah, dan apabila ia meninggal dunia maka ikutilah jenazahnya.”  (HR. Muslim)
(5) Bagaimana kabarmu
(6) Afwan juga bisa berarti “maaf”
(7) Jazakillah = semoga Allah membalas kebaikanmu (untuk wanita). Jazakallah (untuk pria). Ungkapan ini lebih tinggi dibandingkan perkataan “syukron”
(8) Khitbah = lamaran

Menguji Ukhuwah

"Ukhuwah merupakan kekuatan iman yang melahirkan perasaan kasih sayang yang mendalam, cinta, penghormatan dan rasa saling tsiqah (baca; saling percaya), terhadap seluruh insan yang memiliki ikatan aqidah Islamiyah yang sama dan juga yang memiliki cahaya keimanan dan ketaqwaan.." Dr. Abdullah Nasih Ulwan : (1997 : 5)

Kita sudah sering mendengar mengenai makna ukhuwah dalam kehidupan kita, namun, sudah berapa besarkan makna itu tertanam dalam hati kita?

Ukhuwah bukan sebuah teori ataupun rumusan di tataran ilmu pengetahuan saja, namun ia lebih merupakan sebuah amalan dan buah dari keimanan seseorang terhadap Allah, RasulNya, dan kepercayaan terhadap nilai-nilai Keislaman yang dianut seseorang.

“Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara” (QS: Al Hujuraat: 10)

Sudah banyak materi yang kita dapatkan mengenai ukhuwah, dan dengan mudah kita bisa temui materi-materi dengan topik ukhuwah, namun sekali lagi, seberapa berbekaskah bahan-bahan itu dalam hati dan amalan kita.

Tingkatan paling rendah dari ukhuwah adalah salamatus sadr dan bersifat hudznuzon (berprasangka baik) terhadap saudara-saudaranya.

Jangan sampai, kita tergolong kedalam orang-orang yang pernah dicatat perilakunya di dalam al Qurannul Karim.

"(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar." Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman, dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS: An Nuur: 15-18)

Baca Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi Muhammad saw) untuk penjelasan asbabun nuzul atau cerita dibalik layar mengenai turunnya ayat ini untuk penjelasan lebih lanjut.

Dalam pendapat pribadi saya, sungguh sangat luar biasa apa yang telah mereka lakukan, padahal di sisi mereka masih hidup seorang utusan Allah, dan suami dari orang yang telah digosipkan.

Dan sungguh, pesan tersebut bukan hanya untuk mereka yang berada dalam rentang waktu diturunkannya ayat tersebut, tapi untuk kita semua, perhatikanlah bagaimana Allah menyatakan bahwa Ia memperingatkan hal tersebut kepada orang-orang yang mengaku beriman..!

Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang teruji tingkatan ukhuwahnya dan lolos dari segala prasangka buruk dan rasa "tidak nyaman" terhadap sesama kaum muslimin... insya Allah

Hal ini tidak sembarangan lho, sebab "hanya" dengan bersikap hudznuzon dan salamatus sadr (berlapang dada terhadap saudaranya, membersihkan diri dari rasa2 yang dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian) terhadap saudara kita, bisa membawa kita ke surga.

Semoga kita bisa memasuki surgaNya dengan sesuatu yang "sesederhana" berlapang dada dan berprasangka baik terhadap saudara-saudara kita... amin

Kenapa Menulis Cerpen?

Why did i wrote a fiction story?

Sebenarnya saya suka menulis. Teringat pesan seorang kaka kelas ketika di kampus dulu, beliau pernah berkata, seorang mahasiswa itu harus memiliki empat kemampuan, kemampuan tuk "melihat", berbicara, menulis, dan mendengar. banyak dikalangan mahasiswa yang sering menjadi orator ulung, ternyata susah menuangkan ucapannya kedalam tulisan, dan kadang orang yang sering menulis dan berbicara, suka sulit tuk bisa mendengarkan (listen not just hear).

Jadi, emang suka, dan terkadang "sedikit memaksakan" (mungkin emang maksain kali ya :D ), karena saya yakin bahwa "kita bisa karena biasa".

Dengan menulis, seseorang itu akan kelihatan kepintarannya. Karena dengan menghasilkan "output", maka berarti dia telah memiliki "input", dan menulis itu merupakan merangkai/menjalin informasi yang ia punyai menjadi suatu hal yang baru. Sehingga jelas, kualitas output tulisan yang ia hasilkan, menunjukkan input bacaan yang ia lakukan. *Makanya saya ngga perlu nyari seseorang wanita (tuk menjadi istri) yang suka baca, tapi cari aja yang suka menulis :D hehehe.., salah satu kriteria pribadi euy %peace% tapi kayaknya kriteria ini perlu ditinjau ulang nih... hmmm...

Back to topic, lalu kenapa saya suka menulis cerpen (yang Islami, atau minimal suka "ditempelin" pesan sponsornya :D )?

Saya pada dasarnya ngga suka yang sia2, dalam hal permainan aja, minimal harus ada ibrah/hikmah yang harus didapat dari aktivitas tersebut.

Dan semangat tuk mulai menulis cerpen genre Islami ini muncul setelah membaca novel "Ayat-Ayat Cinta"nya (AAC) mas Habiburrahman El Shirazy (atau yang biasa dipanggil kang Abik). Novel itu begitu menggetarkan saya, bukan hanya karena kisah romannya aja, tapi juga karena kandungannya yang lengkap.

Menyitir perkataan ustadz Abu Ridho ketika berbicara mengenai novel AAC tersebut, "ini adalah novel yang sangat bagus dan lengkap kandungannya. Ini bukan hanya novel sastra dan novel cinta, tapi juga novel politik, novel budaya, novel fikih, novel etika, novel bahasa, dan novel dakwah"

Dan saya pun semakin tertarik tuk membacanya (hanya sekedar baca-pinjam dari teman, tidak membeli, karena sayang euy beli buku begituan :D maklum, sebenarnya saya bukan penggandrung buku2 fiksi. Maaf ya kang Abik,-red) ketika membaca komentar banyak orang mengenai novel itu, banyak sastrawan, dan penulis2 Islam seperti bu Helvy Tiana Rosa, yang juga memuji novel ini. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kang Abik merupakan pengganti Hamka, dan AAC diibaratkan sebagai cerita "Di  Bawah Naungan Kabah" beliau yang sangat terkenal itu. Hmmm, sehebat apa sih novel ini sehingga disamakan dengan ulama seperti Hamka, hatiku terpancing rasa penasaran. Akhirnya, setelah tanya2 beberapa orang teman, siapa aja yang punya, bisa jugalah daku membacanya. Terima kasih kepada Ririn, yang mau/bersedia (atau terpaksa ya...) "merusakkan" novelnya karena saya baca :D

Novel itu "mengguncang" saya, karena dia berbicara begitu vulgar mengenai nilai2 keislaman. Suka menyitir ayat-ayat suci Alquran, Hadits, dan perkataan ulama2, hal2 lainnya.

Maka muncullah jua cerita2 mengenai percintaan, suami-istri, bahkan mengenai keluarga, dari benak saya.

Untuk lebih jelasnya, silakan pilih tag "fiction" dari multiply saya (genkeis.multiply.com) agar bisa tampil semua tulisan fiksi saya.

Beberapa (bahkan kayaknya semuanya) saya posting di situs myQuran, dimana saya menjadi member  dengan status "Aktivis" (status ini berdasarkan jumlah postingan) dan situs itu merupakan situs komunitas dimana saya berinteraksi dengan teman2 baru yang saya jalin. Kami sering buat acara offline bareng lho, makanya gabung deh ke myQ, -pesan sponsor :D he3x) Oh ya sekedar info, id saya disana adalah ipin4u.

Cerita2 saya biasanya menggunakan inspirasi dari hal2 disekeliling saya, dari saya pribadi, dari teman2 saya, dan dari apa yang saya baca. Makanya saya kadang suka pakai karakter teman, (atau seringnya sih diri sendiri) dalam bercerita.

Makanya pertama kali itu bikin cerpen (dalam bahasa Inggris) yang berjudul "I Love You, I Cry For You, and You Give Me Someone Better" tuh agak-agak sedikit "gimana gitu" menanggapi responnya, karena sama teman2 myQ malah di kasih ucapan selamat (selamat menikah, -red) weeeeiiks..., karena di cerpen itu, karakternya utama prianya pake nama saya (dengan aktivitas, latar belakang dan profesi yang hampir mirip dengan saya), dan ceritanya (ending2nya) dia mau nikah sama akhwat LIPIA. Eh,,, malah di kirain cerita beneran... sebenarnya sih mengharap juga (meng-amin-kan dalam hati), siapa sih yang ngga mau sama akhwat LIPIA :)

Begitu juga ketika buat mengenai "Angel Have Name" dan sequelnya "Angel Have Name (Jawaban Sang Bidadarimu)", "Boncengan Motor", "Maaf Akh Saya Tidak Bisa Menerimamu" dan sequelnya juga "Kegigihan adalah Nafas dari Cinta", serta "Gara2 Ikhwan Gang Kelinci", cerita2 tersebut sering dikira cerita nyata dari kehidupan saya.

Karena saya suka pakai (atau lebih tepatnya, "membajak") karakter teman2 dan sifat dari orang2 disekeliling saya, entah itu teman2 di kampus (teman sekelas, Forkomal/K3, lembaga2 formal kampus, dll), teman2 myQ yang sering chat dan ketemu, teman2 di DPRa, di lingkungan rumah, curhatan, blogs orang, dan lain2.. Seringnya sih, saya juga memasukkan "diri" saya kedalam cerita, hehehe... btw, bukan lagi promosi lho ya :D tapi maklum deh, masih new beginner, jadi suka ngga kreatif gitu :D. dan saya melalui tulisan ini meminta maaf bagi orang2 (di dunia nyata) yang saya "bajak" karakternya :) %peace%

Namun kalau mau dicermati, saya juga membuat cerpen mengenai kisah suami-istri, seperti di cerita "Jangan Terlalu Mesra Lagi Ya", "Berikan Aku 'Madu' ", dan "Bila Momongan Tak Kunjung Datang", dimana mereka semua pakai sudut pandang orang pertama dengan peran seorang suami.... bahkan di cerita "Romantisme di Tengah Banjir" pake sudut pandang seorang istri :D he3x

*waduh mesti hati2 nih, kayaknya saya juga dah beberapa kali bikin cerita pake sudut pandang perempuan... hmmm... atau mungkin saya emang women expert wannanbe ya... hmmm...


Intinya sih gini, cerpen atau cerita yang bisa menjadi konsumsi hiburan dari saya itu harus ada unsur kebaikannya, dari unsur itu, terkadang suka ngga saya jelaskan secara detail, karena saya ngga mau menganggap pembaca saya adalah pembaca2 yang bodoh.

Dan semoga, melalui cerita2 tersebut, ada hati yang terbuka, ada diri yang menjadi ingat, dan ada iman yang semakin kokoh. Sehingga ia bisa menjadi tambahan pemberat amalan kebaikan saya di akhirat kelak.

Doakan saya semoga bisa terus berkontribusi dalam sastra Islam dengan karya2 yang berkualitas (sebagaimana keinginan azzura, teman myQuran saya,-red), dimana teman2 di FLP (Forum Lingkar Pena) telah jauh memulainya. Semoga Allah merahmati kita semua. amin.

20 October 2007

Puasa Syawal

Dari Abi Ayyub Al-Anshari ra bahwa orang yang puasa ramadhan lalu dilanjutkan dengan puasa 6 hari Syawwal, maka seperti orang yang berpuasa setahun (HR. Muslim)

Juga ada hadits lainnya yang juga menguatkan masyru'iyah puasa syawwal, yaitu hadits Tsauban berikut ini :

Dari Tsauban ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Puasa ramadhan pahalanya seperti puasa 10 bulan. Dan puasa 6 hari setelahnya (syawwal) pahalanya sama degan puasa 2 bulan. (Dan keduanya itu genap setahun).

Sebagian kalangan Al-Hanafiyah tidak menganggapnya sunnah

Kalau pun ada yang mengatakan tidak ada kesunnahan puasa 6 hari bulan syawwal, maka itu adalah pendapat menyendiri dari kalangan mazhab Al-Hanafiyah. Diriwayatkan bahwa Al-Imam Abu Hanifah mengkarahahkan puasa 6 hari syawwal baik berturut-turut maupun tidak berturutan. Sedangkan Abu Yusuf, salah seorang ulama dari mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa karahahnya hanyalah bila puasa 6 hari syawwal itu dilakukan dengan cara berturut-turut. Sedangkan bila dilakukan dengan tidak berturut-turut, maka tidak makruh.

Namun para ulama Al-Hanafiyah dari kalangan mutaakhirin tidak berpendapat sebagaimana pendapat Al-Imam Abu Hanifah. Mereka sebagaimana pendapat dari mazhab lainnya menyatakan bahwa puasa 6 hari di bulan syawwal itu memang hukumnya sunnah.

Dan sebagaimana jumhurul fuqaha baik dari kalangan Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah mapun Al-Hanabilah semua sepakat mengatakan bahwa puasa 6 hari di bulan Sawwal itu hukumnya sunnah.

15 October 2007

[cerpen] The Princess of the Ring


I just want to relax today. It’s Saturday, the high school where I become a mentor for a focus Islamic group study is having holiday after having their final grade report distributed. I hope all of my mentee have a good score and can move on to a higher grade, I pray silently inside my heart.

I feel reluctant to do anything today. I just want to enjoying my self. Pleasuring and give a little time for me to take a break from all of my busyness in almost every weekend. It’s been a long time since I can not enjoy my weekend for my self. Usually, my weekend are being kept for my focus Islamic group study, or if it not for them, I usually went to my campus, where I being graduated since two year ago, for gathering with some of the alumni in the student and alumni communication forum where I became its member, or otherwise, I use my weekend in the smallest organization level of a Justice and Welfare political party at my neighborhood, we usually call it as DPRa.

I borrow DVDs from my friend, three series of DVD exactly. It’s titled LOTR or Lord of the Ring, a movie based of on an epic high fantasy novel written by the English academic J. R. R. Tolkien. Now, I am holding the three series of LOTR, The Fellowship of the Ring, The Two Towers, and The Return of the King. Will I able to finish watching these three movies in a single day? My heart questioning my self.

After having a lunch and preparing some snacks and drink for a nice home theater movie experience in my own rent house, the first DVD is being played.

I feel sleepy, while the movie has just in the beginning of the story of the third chapter. Yesterday, I went home so late, after we have a campus reunion with class 2001 at one of my friend’s house. We laugh, share stories, eat and the most important is we met each other again after several years separated. I meet Erwina again at that event. She’s still pretty just like she was to be, and still charming with her long jilbab. That’s why, I don’t allowed my self to look at her too long, afraid to make my heart full with things that I had to let go. Couple of month ago, I had been reject by her as I propose her to marry me. It turn out that she is in a process with another man. Now, she’s going to be married with Angga, a former chief of student executive chamber where she got actively involve while study.

The sleepiness is taking over of me. A small fan that turn on and moves around the room makes the environment more comfortable for me sleep. I went to sleep as I watch the last LOTR series.

---

I feel my footsteps walk entering a dark and damp Fongorn forest. “Come on Fripin Baggins, hurry up, before the Uruk-hai chase after us. People said that Uruk-hai used to eat their prey alive. Can you imagine that, hear a crushing sound and see when you flesh being eat pieces by pieces”, Samsiahwise said with a frightening expression in her fast walk. I try to make my self aware. I keep and try to follow her steps. Sometimes, the old root of this forest tackling my steps. “We are in the middle of Saruman territory, and they said, that Saruman can see all the things in his territory, so we have to be hundred percent prepared for all the awful things waited for us in front”, she added.

“We have to reach Mount Doom to destroy that ring. So the middle earth will be save from any evilness”, Samsiahwise explain more as we are in a deep rush of walking, maybe a little run for the more exact phrase. I open my clutch; I see a wonderful golden ring there.

In the middle of the forest, we met with Ents, a big and old oak tree, I think he is the oldest creature at the middle-earth. I amaze with how big he is. “Huaaaa… another hobbit!”, he grab us using his long and big branch. “I hate hobbit!”, he said in anger. Both of us are being shaken and squeezed. I feel a big pain in my stomach, I hardly to breath. “Please let us free”, I pleased, “what did we do wrong?”, I ask him. “Your people had destroy my people, you burn us, cut our children, and leave the forest by taking my people, causing flood, dryness and lack of food to the forest habitant”, he reply seriously. “That is just a few of us that did that, the rest of us is also don’t like such an act, we even trying to arrest those kind of people”, I explain in pain. His move is getting slower. Until it finally stop.

He let us down, we breathe in deep and let our self drop to the soil. “I’m sorry I’ve being so unfair to you, I just feel very angry to those kind of people, people that ruins my home”, he start to share his story. “It not just you who feel their effect Ent, we also feel it, our earth is getting warmer, flood is getting often, and dryness is getting longer. We also feel it”, I try to be empathy. “Ent, I’m sorry, we can’t be long here, we must continue our journey. We need to reach Mount Doom, but before that, we had to go to the Rivendell to ask for an ally”, Samsiahwise said, “and we’re also being chase by the Uruk-hai, so we better be going before the got us”, I added. “Ok than, I’ll take you to the end of this forest, so you can reach there faster”, Ent answer.

Now, we riding Ent, he takes us to the end of the forest so fast, yeah, that is no wonder, especially if you can walk with ten meter step in one step. “I can only take you here, take care”, he said. “Thank you Ent, take care”.

We continue our journey. This time, we are crossing a big river, the river Bruinen.

At the Rivendell, we are being welcome by Aragorn and Arwen. Arwen is so beautiful, she is look just like Arwina, my class mate girl. With a white and tall posture, she looks lovely using her jilbab. Hey, wait a minute, why does LOTR costume now so Islamic ya.., I dazzle in confuse. As I saw Arwen, I immediately ask her, “will you marry me?”, and open my right hand that holding the ring. Both of Arwen and Aragorn looks confuse. “I’m sorry Frippin, I just don’t like you”, her answer punches straight into my heart, “I think this is not the appropriate time to ask that question. Look to a person beside you”, she continue.

I look at Samsiahwise, I just realize on that moment that she is also a nice woman that already being proven in her actives. Her face looks like Samsiah, an IPB graduate that have the same activity with me at DPRa. She looks at me plain. Her white jilbab shine her face.

I give the ring to her. For all the journey we had been thru, it happen to be that the closest person with me is my princes of the ring. She wants to take the ring…

---

I immediately awake from my dream. Astagrifullahalazim, what a strange dream I said.


---000---

Jakarta, October 15, 2007
Syamsul Arifin
“Cinta itu bagaikan pohon, akarnya menghujam ke tanah dan pucuknya banyak buah. -Ibnu Hasym, Kalung Burung Merpati (Thauqul Hamamah)-“


Nb. Maaf klo bahasa Inggrisnya berantakan, maklum lagi belajar ^-^
Ini bukan kisah nyata ya... cuma sekadar 100% khayalan tok kok, jadi jangan diinterpretasikan macam2 ya... :)

Cerpen ini terinspirasi dari blogs MPnya mas Dani, salah satu kontak di MP saya, yang merupakan salah satu penulis FLP, yang juga merupakan suami dari mba Hamasah Putri, dengan judul blogs yang hampir sama dengan cerpen ini

14 October 2007

[cerpen] Berikan Aku “Madu”

Innalilahi wa inna lilahi rojiun, begitu ucapku ketika pertama kali mendengar diagnosa yang dilakukan oleh dokter Maren Sp OK. Ternyata.., istriku termasuk salah satu diantara 200 ribu wanita Indonesia yang menderita penyakit kanker tertinggi di bangsa ini. Tidak pernah ku duga bahwa kami rentan terhadap penyakit yang menjadi momok bagi para wanita.

Hal ini baru ketahuan setelah ku paksa Rina memeriksakan kondisi kesehatannya, setelah ia sering sekali mengeluhkan sakit akibat perdarahan vagina yang tidak normal, terutama diantara dua mentruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan terkadang dengan periode mentruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya.

Kanker serviks atau leher rahim. Suatu kalimat yang baru pertama kalinya kami dengar, sehingga kami harus cermat menyimak penjelasan dokter wanita spesialis kandungan dan penyakit kelamin yang berjilbab rapi yang sebentar lagi akan menikah. Dokter Maren dengan sabar menjelaskan secara detail namun jauh dari kesan ilmiah, sehingga kami mudah mencerna apa yang ia sampaikan. Yups, menjadi lebih paham bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang tidak mudah, serius dan berat. Astagfirulla hal adzim…

---

Sudah enam minggu ini kami bolak-balik Rumah Sakit Cipto Mangunkusuno untuk menjalani kemoterapi, Rumah Sakit yang kental aroma kematiannya itu selalu membuat langkah kakiku gentar. Ah, sungguh, kita tidak perlu jauh-jauh datang ke perkuburan untuk mengingat kematian, disini dapat dengan mudah tercium bau malaikat Izrail yang sudah sering berkunjung.

---

Sudah jarang kami bisa shalat malam bersama-sama, selain kondisi fisiknya yang semakin lemah sehingga terkadang ku kadang tidak tega memerciki wajahnya dengan air, sebagaima biasa kami lakukan dulu sewaktu nostalgia pernikahan kami masih terasa mesra. Entah dia yang terkadang membangunkan diriku dengan memerciki air juga atau kita memang janjian bareng sebelum tidur, namun kenangan itu masih terngiang indah di benakku.

Kali ini kubacakan surat Al-Anbiya dalam shalat kami. Hingga sampai ayat ke delapan puluh tiga, tersedu aku dibuatnya.

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS. Al-Anbiyaa’: 83-84)

Dadaku bergemuruh, air mata jatuh membasahi jenggotku yang tipis. Kudengar pula suara lirih satu-satunya makmum di belakangku.

Kami memang sudah hampir lebih dari delapan tahun menikah, namun belum juga dikarunia anak, apalagi dengan ujian yang telah Allah berikan ini, tentu semakin mengecilkan rasa harap yang kami miliki, dan juga usaha yang telah kami rintis semenjak lima tahun lalu perlahan mulai tidak bisa diharapkan lagi, karena satu demi satu harus digadaikan tuk membiaya pengobatan yang harganya mencekik dan selangit.

Ku ulang-ulang ayat tersebut, sehingga semakin menjadilah kami larut dalam kesyahduan pengaduan kami terhadap Rabb Pemilik Semesta Alam.

"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang"

---

Pagi harinya, hari minggu yang cerah. Ku ajak istriku, Rina Utami, tuk berjalan-jalan di taman dekat komplek rumah.

Setelah berjalan mengelilingi taman yang berukuran sedang itu, kami duduk di sebuah bangku batu yang banyak tersedia di taman itu. Taman banyak berisi anak-anak yang sedang bermain berbagai aneka atraksi yang tersedia, dan diramaikan oleh beberapa penghuni kompleks yang sedang berlari-lari pagi mengelilingi taman yang rindang dan nyaman.

Kami duduk bersebelahan. Ia memegang tanganku erat. Cukup lama kami terdiam dalam menikmati udara taman yang segar.

“Mas, berikan aku madu”, dia memecahkan keheningan. Ku menoleh perlahan, “maksudnya?”, “nanti ya kalo kita sudah dirumah”, ku jawab sekenanya, memang selain terapi modern, kami juga menggunakan terapi ala Nabi, yaitu dengan mengkonsumsi Habatussaudah yang diselingi dengan madu. Karena saya pernah membaca hadits riwayat Bukhari mengenai biji hitam dan juga membaca surat An-Nahl ayat 69 yang berbicara mengenai keutamaan madu sebagai obat yang menyembuhkan.

“Bukan madu yang itu mas, aku ingin kau mencari istri kedua”, dia melanjutkan perkataannya. Deng..., terkejut juga aku mendengar ucapannya yang datar. “Sebagai seorang wanita, aku sudah tidak bisa optimal dalam menjalankan peranku sebagai seorang istri, dan apalagi dengan penyakit ini, semakin kecillah harapan tuk kita memiliki anak”, dia menambahkan, “apalah yang ingin dicari bagi orang yang menikah, selain kebahagiaan dan hadirnya buah hati yang dapat mendoakan kedua orangtuanya”. Ku tangkap kesedihan yang berat dari suaranya yang dipaksakan ikhlas itu.

Ku genggam erat tangannya, “dek, sungguh, sekalipun tidak pernah terlintas hal tersebut dalam pikiranku”, ku kecup mesra tangannya yang kurus dan kering, ku tempelkan tangan tersebut di pipiku, terasa sekali beban itu tidak hanya di fisik, tapi juga berat di psikologis. “Engkau telah setia menemaniku ketika ku sedang merangkak perlahan, kau tidak pernah menginggalkanku ketika kita berada dalam titik terendah dalam kehidupan, dan engkau tak pernah bosan menyemangatiku dengan cinta dan kasih sayangmu ketika ku sedang lelah dan merapuh. Duh Rina, sungguh cintamu telah memenuhi seluruh ruang hatiku, dan tidak pernah terbayangkan dalam kehidupanku hadirnya madu lain tuk memaniskan cinta ini. Jikalaupun nanti ku memasuki surga dan diberikan tujuhpuluh bidadari, tentu kan ku tolak mereka semua, hanya tuk bisa bersamamu menikmati keindahan surga”. Ia menatapku pelan, matanya mulai berkaca, sebutir kristal bening melaju turun di pipinya. Ah.., andai tidak ditempat umum, tentu kan ku peluk erat dirinya. Pegangan tangan kami semakin erat. Hangatnya mentari pagi menelusup hatiku yang basah oleh air mata.

“Ya Allah, kekalkanlah cinta kami di dunia maupun di akhirat, dan janganlah ujian dunia melemahkan kami dalam meraih keridhoanMu” (amin)



---000---

Jakarta, 14 Oktober 2007
Syamsul Arifin
"I had love you with a sense of responsibility"

11 October 2007

Khutbah Iedul Fithri 1428 H: Ya Allah, Jauhkan Kami dari Segala Musibah

Khutbah Iedul Fithri 1428 H

Di Lapangan Kantin

Bukit Tinggi

Sumatera Barat

 

 

“YA Allah, Jauhkan Kami dari Segala Musibah”

 

Oleh: Ir.H.Tifatul Sembiring

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Walillahil Hamd.

Hadirin kaum muslimin dan muslimat rahima kumullah

 

Hari ini takbir berkumandang di seluruh dunia, membesarkan nama Allah. Gema takbir yang disuarakan oleh lebih dari satu seperempat milyar manusia di muka bumi ini, menyeruak disetiap sudut. Di lapangan, di surau-surau, di desa-desa, di gunung-gunung, di kampung-kampung di seluruh pelosok negeri Islam.

 

Pekik suara itu juga kita bangkitkan disini, dibumi tempat kita bersujud. Iramanya memenuhi ruang antara langit dan bumi, disambut riuh rendah suara malaikat nan tengah khusyu’ dalam penghambaan diri mereka kepada Allah swt.

 

Getarkan qalbu mu’min, yang tengah dzikrullah, penuh mahabbah, penuh ridho, penuh roja’ –harap-harap cemas akan hari perjumpaan dengan Khaliq, Pencipta.

 

Takbir berkumandang di seluruh dunia.

 

Di Palestina,

Dimana Yahudi La’natulllah  ‘alaihim tengah bersorak sorai setelah sukses menipu kaum muslimin.

Sebanyak 400 pemuda Hamas yang berani mati di eksekusi, setelah peluru terakhir mereka habis ditembakkan.

Ribuan tentara Yahudi Israel semakin gencar menggilas dan memporak porandakan tempat tinggal kaum muslimin, kaum lelaki dibunuh, anak-anak dianiaya dan perempuan-perempuan dinodai.

Masjidil Aqsha yang mereka injak-injak kehormatannya. Di tanah yang telah diwashiyatkan oleh Umar Ibn Khattab untuk dijaga, negeri yang telah ditebus oleh Sholahuddin Al-Ayyubi dengan darah para syuhada.

Kini mereka mengadu domba antara Fatah dengan Hamas, membelah dua negeri itu dan berupaya memojokkan para pejuang Palestina.

 

Takbir berkumandang Di Iraq,

Negeri dengan  bangunan-bangunan bersejarah nan telah rata dengan tanah, kekayaan ummat yang coba dijarah oleh Amerika. Setiap hari kita saksikan pembunuhan demi pembunuhan. Penangkapan dan penggeledahan rumah-rumah yang kerap disertai dengan penganiayaan. Dan hati kita sedikit terobati, kala tentara penjajah tersungkur, dihajar peluru-peluru mujahiddin.

Sudah 700.000 kaum muslimin Iraq mati terbunuh. Inilah ulah sikap bar-bar dari George Bush, yang telah dikutuk oleh masyarakat dunia termasuk oleh Rakyat Amerika sendiri.

Oh, Fallujah, Oh Samara. Negeri muslim yang mereka bombardir setiap hari. Darah ummat menggenang, nyawa-nyawa tak berdosa meregang, korban-korban cacat hidup penuh penderitaan.

 

Di Afghanistan,

Keping-keping reruntuhan, seolah wilayah yang tak lagi bertuan. Puas memborbardir kawasan muslim ini, tentara Amerika pergi menghindar dan membiarkan penduduknya terlantar.

 

Takbir berkumandang di Bengkulu,

Adakah suara takbir masih terdengar di Bengkulu?

Adakah suara takbir masih berkumandang di Muko-muko?

Adakah suara takbir masih  berkumandang di Lais, di Argo Makmur?

 

Puluhan ribu rumah hancur, ribuan masjid rubuh

60 kali lebih frekwensi gempa terjadi mengguncang tanah

Meratakan lebih 26.000 bangunan dan rumah

300 masjidpun tak bisa lagi digunakan lagi untuk beribadah.

 

Marilah kita berlindung kepada Allah dari segala macam musibah.

Ya Allah jauhkanlah kami dari segala macam musibah.

Ya Allah jadikanlah negeri ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar  walillahil Hamd

 

Allahu Akbar, Allah Maha Besar

Allah Maha Besar dimana-mana

Allah Maha Besar diatas segala makhluk-makhlukNya

Allah Maha Pelindung dan Penolong

Lindungannya amat kuat

 

Allah penguasa Hari kiyamat

Hari yang Maha dahsyat

Hari ketika seorang ibu melemparkan bayi yang tengah disusuinya

Hari ketika setiap yang hamil gugur

Hari yang manusia seperti mabuk, padahal sesungguhnya mereka tidak mabuk

Akan tetapi adzab Allah sangat kerasnya (Qs 22:2-3)

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd

Hadhirin dan Hadhirat jama’ah sholat Ied yang dimuliakan Allah swt

 

Hari ini kita merayakan Iedul Fithri 1428 H, bertepatan dengan 2007 M. Kita berkumpul di tempat yang berbahagia ini, untuk bertaqarrub kepada Allah swt. Merendahkan diri, bersujud kepada-Nya, serta berulangkali membesarkan Asma-Nya dengan teriakan takbir, Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.

 

Pada hari ini dengan berat hati, kita meninggalkan bulan suci Ramadhan nan penuh berkah. Dimana Allah swt pada hari-harinya telah mencurahkan rahmah, memberikan kucuran maghfirah-Nya serta membebaskan manusia dari siksaan api neraka.

Mudah-mudahan segala perjuangan amal ibadah kita, ruku’ kita, sujud kita, shiyam kita, qiyam kita diterima oleh Allah swt. Semakin taqarrub kita kepada Allah swt, serta memberikan buah ibadah yang dijanjikan yaitu derajat taqwa.

Mudah-mudahan segala radang demam karena begadang kita, keletihan dan cucuran air mata kita dalam menghiba agar mendapatkan rahmat Allah swt, didengar oleh yang Maha Pengasih.

Yaa Arhamarrahimiin, irhamnaa 3X

Semoga pula, Allah menghindarkan kita dari orang-orang yang akan dihalau ke neraka jahannam secara berombongan.

Semoga anak-anak kita,

darah daging kita.

Semoga istri-istri kita,

Semoga cucu-cucu kita dan kerabat kita

Dijauhkan dari rombongan celaka dan sesat tersebut.

Wasiiqalladziina kafaruu ilaa jahannama zumara
Kullun muyassarun lima khulika lak

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Walillahil Hamd.

 

Ingatkah kita, wahai para hadirin/hadirat Rahimakumullah.

Betapa banyak sudah, nikmat Allah swt kepada kita semua yang sudah kita reguk.

 

Ketika pagi mulai bersemi, ketika manusia mulai terjaga dari tidurnya.

Kemudian Allah swt menerbitkan matahari yang memberikan kehangatan atas bumi ini.

Menghangatkan juga jiwa-jiwa kita.

Adakah kita ingat bersyukur pada Allah atas pemberian dan karunia itu?

 

Kita dengar indahnya suara kicau burung, yang menjadikan jiwa kita senang dan tenang. Menumbuhkan gairah pagi.

Adakah kita ingat bersyukur pada Allah atas pemberian dan karunia itu?

 

Kita pandang berbagai warna bunga mekar nan mewangi.

Kita hirup udara segar, oksigen yang Allah keluarkan dari pohon-pohon. Tubuh kita bernafas hingga jadi sehat dan bisa terus hidup.

Kita lihat segar pucuk-pucuk daun, yang masih basah oleh titik-titik embun yang menetes seolah terasa membasuh relung-relung jiwa kita.

Adakah kita ingat bersyukur kepada Allah swt atas pemberian dan karuniaNya itu?

Bagaimana sekiranya semua itu tidak ada? Bagaimana jika semua nikmat itu dicabut oleh Allah swt?.

 

”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak engkau dustakan?”Qs Ar-Rahman.

 

Kata seorang penyair:

Oh, titik embun yang menetes, membasuh relung jiwaku

Oh, kicau burung yang menyambut surya bersemi.

Duhai Ilahi, meski malu kami datang

 

Betapa banyak nikmat-Nya yang telah kita reguk,

Seteguk air yang menghilangkan dahaga, sesuap nasi yang menyirnakan rasa lapar, kelak pasti kita akan ditanya.

 

“Kemudian, hari ini sungguh kalian akan ditanya tentang nikmat-nikmat (yang kalian rasakan)”.

 

Maka, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa,

Allah !!, Malikiyau middin, Pemilik urusan di hari kiyamat, dihari seseorang tidak dapat menolong orang lain. Hari dimana seorang anak manusia lari dari ayah dan ibunya, lari dari kaum dan kerabatnya.

 

Allah!!, Penguasa Yaumul Mahsyar, Padang yang maha luas, tempat berkumpul nya manusia Al-awwaluun wal Akhiruun.

Yang akan memperlihatkan kepada kita catatan-catatan,

tentang apa-apa yang pernah kita kerjakan dan catatan tentang apa-apa yang telah kita lalaikan.

Akan dihitung segala perbuatan kita, akan ditimbang segala kebaikan dan keburukan kita, akan dihisab semua manusia, dihari perhitungan ini.

 

Bukankah Aku sudah panjangkan umur engkau? dst

 

Marilah kita berlindung kepada Allah, dengan sebenar-benar minta perlindungan.

Allah !!, Yang adzab-Nya sangat keras dan pedih,

Kelak akan dipertunjukkan, ketika seorang lelaki mungkar dihadirkan, lalu dituangkan air rebusan api neraka keatas kepalanya. Hingga meleleh isi perut dan kulit-kulit mereka. Dan bagi mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka ingin keluar dari siksaan itu, akibat derita dan sengsaranya, maka dikembalikan ia kepada adzab itu, lalu dikatakan, “Rasakanlah adzab yang membakar ini”.

 

Takutlah kepada adzab Allah, dengan sebenar-benar rasa takut.

Allah !!, pemilik neraka jahannam, Kelak, tempat orang-orang kafir akan digiring secara berbondong-bondong.

 

“Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan api. Di dalamnya ada malaikat-malaikat penjaga yang keras dan bengis”.(QS At-Tahrim : 6)

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Walillahil Hamd.

Hadirin Jama’ah iedul Fithri yang berbahagia,

 

Sejak akhir tahun 2004 sampai sekarang, bencana dinegeri kita Indonesia tercinta ini, seolah tidak ada henti-hentinya terjadi.

Mulai dari gempa di NAD dan Nias, Banjir bandang di Jember, dan Trenggalek, banjir bandang di Sinjai, Sulsel. Tanah longsor di Luwu Utara, Sulteng. Banjir di Bolaang Mongondow, Tanah Longsor di Gorontalo. Gempa DI Jogya, Gunung Merapi meletus, banjir besar di Jakarta, Tsunami di Pangandaran dan Kebumen, Gunung meletus di Halsel, gempa di Sumatera Barat.

Kota Bukit Tinggi nan indah dan elok berubah jadi mencekam, ngarai runtuh, sampai gempa terakhir di Bengkulu.

Belum selesai kita tangani yang satu, sudah dating bencana berikutnya.

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Walillahil Hamd.

Hadirin Jama’ah iedul Fithri yang berbahagia,

 

Sesungguhnya ada korelasi, hubungan yang kuat antara musibah fisik dengan musibah moral atau akhlak manusia.

Sering terjadi bencana,  sebab akhlak manusia yang telah rusak. Terlalu banyak berbuat maksiyat dan melawan kepada Allah swt.

Banyak orang sekarang, yang hanya takut kepada manusia, tapi tidak takut kepada Allah swt.

Mereka melampiaskan seluruh nafsu durjana dan ketamakan, serta berlaku sewenang-wenang dengan segala kekuatan yang mereka miliki.

 

Allah swt berfirman:

öqs9ur ¨br& Ÿ@÷dr& #tà)ø9$# (#qãZtB#uä (#öqs)¨?$#ur $uZóstGxÿs9 NÍköŽn=tã ;M»x.tt/ z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur `Å3»s9ur (#qç/¤x. Mßg»tRõs{r'sù $yJÎ/ (#qçR$Ÿ2 tbqç7Å¡õ3tƒ ÇÒÏÈ  

”Kalaulah sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, sungguh Kami akan bukakan atas mereka Keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakannya, maka kami siksa mereka dengan kedustaan itu”. QS 7:96

 

Ayat Allah yang tidak bisa kita bantah sama sekali. Jadi jelas sekali keterangan Allah swt dalam Al-Qur’an, jika manusia itu Iman dan taqwa maka keberkahan melimpah banyak.Tapi kalau ingkar dan maksiyat, maka Allah swt akan datang adzab dan musibah.

Tengoklah bagaimana kerusakan moral di negeri ini

Baru-baru ini diungkapkan data, bahwa ada 500 jenis VCD porno buatan Indonesia sendiri yang sudah beredar diperjual belikan. Dan yang paling mengerikan adalah bahwa bintangnya anak-anak yang masih di SMP dan SMU.

Masih sanggupkah kita menghadapkan muka kita di hadapan Allah di Padang Mahsyar besok.? Sanggupkah kita menjawab pertanyaan Allah kelak? Bagaimana tanggung jawab kita terhadap pendidikan anak-anak kita?

 

Korupsi meraja lela, Indonesia mendapat ranking no 1 terkorup di Asia, dan no 3 terkorup di dunia.

Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda:

 

”Tiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka nerakalah tempatnya?”.

Mengapa banyak manusia tidak takut memakan sesuatu yang haram.

 

Jual beli perkara, bahkan di MA. Apalagi di PT atau PN.

Perzinahan, bahkan dilakukan oleh salah seorang anggota DPR dengan seorang penyanyi dangdut, dan divideokan pula, seolah ingin “show of force”.

Seorang ibu membunuh 3 orang anaknya di Bandung, lantaran takut miskin.

Seorang anak remaja membantai seluruh keluarganya, termasuk ayah ibunya di Medan

Ketika diajukan di DPR soal RUU APP, malah ditolak. Sementara moral generasi muda semakin rusak.

Fitnah dan menghalalkan segala cara, gara-gara ingin menang pilkada, saudara sendiri di fitnah dan di jelek-jelekkan.

Merebaknya kesyirikan dan tayangan-tayangan yang merusak aqidah di televisi.

 

Inilah bentuk kerusakan akhlak dan moral manusia di negeri ini. Bagaimana adzab tidak datang secara bertubi-tubi. Penyebabnya adalah ulah tangan manusia itu senidiri:

tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ  

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

QS.30:41

 

Oleh sebab itu hadirin dan hadirat rahimakumullah, marilah kita bertaubat kepada Allah swt. Marilah kita kembali ke jalan yang benar. Jangan lagi karena ulah-ulah kita, Allah menjadi murka.

Memang, Allah swt adalah Arrahman arrahim, tapi juga Adzab Allah sangat pedih.

Apabila sudah banyak kotoran maksiyat, maka Allah swt akan menggerakkan sapunya, dan ini bisa menimpa siapa yang bersalah maupun yang tidak bersalah. Kalau Allah swt sudah menggerakkan sapunya, maka tidak ada lagi orang yang mampu menahan laju sapu itu.

Karena manusia maksiyat, lantas Allah mendatangkan adzab, nau’dzubillahi min dzalik.

 

Oleh sebab itu marilah kita bertaubat kepada Allah, kembali ke jalan yang benar.Sebelum datang suatu masa yaitu yang bernama maut.

Satu saat nanti akan datang suatu masa, dimana ruh manusia itu dicabut.

 

Kalla idza balaghatil hulquum...

 

Manusia saat itu tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

Dokter sudah tidak mau menyuntik lagi. Napas kita sudah sekali-sekali.

Apakah  bekal kita sudah cukup menghadap kepada Allah swt, apakah bekal kita sudak cukup untuk masuk syurga?

 

”Mendekatlah kepada Allah, dan berlaku luruslah, maka ketahuilah seseorang itu tidak akan masuk syurga, hanya dengan amal-amalnya saja. Shahabat bertanya,”Engkau juga tidak ya Rasulullah?”. Jawab Rasul saw, ”Tidak juga saya, kecuali Allah melimpahkan rahmat dan karuniaNya”.

 

Oleh sebab itu marilah kita taubat, taubatan nasuha, sungguh-sungguh bertaubat, mohon ampun kepada Allah swt.

 

Sungguh Allah swt adalah penerima taubat.

Sebesar gunung dosa kita, lalu kita datang sungguh-sungguh ingin bertaubat, maka engkau dapati Allah swt, Maha Pengampun.

Kalau kita mendekat sejengkal kepada Allah, maka Allah swt akan mendekat sehasta. Jika kita mendekat kepada Allah swt sehasta, maka Allah akan mendekat sedepa. Dan jika kita berjalan menuju Allah swt, maka Allah akan berlari menyambut uluran taubat kita.

 

”Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah swt”.

 

Dahulu, ada kisah seorang yang telah  membunuh 100 orang, lalu ia ingin bertaubat, dan taubatnya diterima Allah swt. Demikianlah jika benar-benar mau taubat.

* ö@è% yÏŠ$t7Ïè»tƒ tûïÏ%©!$# (#qèùuŽó r& #n?tã öNÎgÅ¡àÿRr& Ÿw (#qäÜuZø)s? `ÏB ÏpuH÷q§ «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ãÏÿøótƒ z>qçR%!$# $·èÏHsd 4 ¼çm¯RÎ) uqèd âqàÿtóø9$# ãLìÏm§9$# ÇÎÌÈ

  Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS.Az-Zumar:53

 

Mudah-mudahan latihan sebulan penuh Ramadhan, dapat menjadikan jiwa kita benar-benar taqwa. Dan dengan bekal ini mudah-mudahan Allah swt memasukkan kita ke dalam syurga, an-nai’m.

 

Kegembiraan kita di hari lebaran ini, hendaknya pula tidak mengurangi kepedulian terhadap kaum muslimin saudara-saudara kita yang tengah menderita dibelahan dunia lain. Baik yang berada di Iraq, di Palestina, di Afghanistan.

Demikian juga perhatian kita terhadap korban bencana yang masih menginap di tenda-tenda, di Bengkulu, di Muko-Muko, di Lais, di Argo Makmur, di Sumatera Barat, di Jambi dll.

 

Adakah kebahagiaan yang kita rasakan hari ini, juga dirasakan oleh mereka?

Adakah mereka sanggup kenakan baju baru, celana baru dan sepatu baru?, Seperti yang dipunyai anak-anak kita?

Adakah mungkin saudara-saudara muslim kita di Bengkulu dapat mencicipi hidangan selezat yang telah kita tata di meja-meja makan kita?

Kenang, kenang, kenanglah mereka !

Sumbanglah mereka, agar mereka merasa masih punya saudara.

Bantu mereka, do’akan agar Allah memberikan keberkahan atas mereka.

Sekedar meringankan beban, dan saling berbagi kebahagiaan.

ö@yd âä!#ty_ Ç`»|¡ômM}$# žwÎ) ß`»|¡ômM}$# ÇÏÉÈ  

”Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”.

QS. Ar-Rahman:60

 

Selanjutnya marilah kita bedoa, agar dijauhkan dari segala macam musibah, apalagi musibah dalam agama. Cukuplah musibah di bidang ekonomi

Politik, jangan ada lagi bencana setelah ini.

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Walillahil Hamd.

Hadirin Rahimakumullah,

 

Marilah kita tutup khutbah ini dengan do’a:

 

 

Sumber: www.pk-sejahtera.org