28 July 2010

Wish List: Tiket Masuk Surga..?

My wish list things are:

 

1.       Mobil: All New Jazz Manual (Rp. 197.000.000,-) atau Toyota Yaris 1.5 J A/T (Rp. 190.550.000,-) atau setidaknya New Karimun Estillo (Rp. 129.500.000,-)

2.       External Hard disk: SEAGATE Expansion External Portable (Rp 423.000,-) + case-nya

3.       Mobile phone: Nokia E63 (Rp 1.700.000,-)

4.       Sunglass: OP, Quick Silver, etc (range: Rp. 200.000,- s/d Rp. 2.000.000,-)

5.       Computer chair (range: Rp. 200.000,- s/d Rp. 800.000,-)

6.       SLR Camera: CANON EOS 1000D Kit (Rp 4.400.000,-)

7.       Notebook: HP Presario CQ41-210TU (Rp. 5.850.000,-) atau HP 210-1014 Mini – Black (Rp. 2.740.000,-)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

But hey, wait a second… kenapa semuanya bersifat material ya..?

 

Kenapa saya tidak meminta sesuatu yang harganya bisa mencapai “tak ternilai”..?

 

Semisal:

 

1.       Iman yang kokoh

2.       Keluarga (orangtua dan saudara) yang indah (sehat semua, penuh keberkahan-kebahagiaan) - Rumah yang ‘hangat’

3.       Istri yang cantik-cerdas shalihah *insya Allah ini mah udah dapat :D

4.       Anak-anak yang shaleh/shalehah, sehat, cerdas, tampan/cantik

5.       Sahabat yang menyenangkan, mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran

6.       Tetangga yang baik, ramah

7.       Kesehatan fisik dan psikis

8.       Kepuasan batin (kebahagiaan)

9.       Pengetahuan yang bermanfaat + terus bertambah

10.   dst…

 

Atau meminta sesuatu yang jauh lebih besar lagi, seperti meminta “tiket masuk surga"..?

 

Kalau mau meminta sesuatu, mintalah yang besar, mintalah yang agung, seperti meminta surga. Ngga salah sih buat wish list tentang benda-benda material –sebagai target yang bisa menjadi acuan motivasi-tarikan, tapi kan ngga salah juga toh menambahkannya dengan daftar poin-poin wish list sesuatu yang jauh lebih berharga dari pada itu semua.

 

Dan janganlah ragu untuk memintanya, karena kita meminta kepada Zat yang maha berkuasa, Allah Subhanahu wa ta’ala.

 

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Al-Mu'min: 60)

 

“Ya Allah, kami meminta kebaikan yang banyak bagi diri kami, keluarga kami dan kaum muslimin seluruhnya…” *amin


Kalau kamu, apa isi daftar wish list/impian-harapan-doa-keinginannya..? ;)

 

 

 

---000---

 

Balikpapan, 28 Juli 2010

Syamsul Arifin

26 July 2010

Internet Sehat Blog & Content Award (ISBA) 2010

Yang suka nge-blog kudu ikutan kontes ini nih…, lumayan buat iseng2, siapa tahu menang :D

Untuk informasi lebih lengkap, cek aja link: http://ictwatch.com/internetsehat/blog-award-2010/

Syaratnya pun gampang, secara ringkas, kita tinggal copy paste logo kontes ISBA di halaman awal blogs kita (dikasih link), trus email ke mereka kalau kita ikutan, dan sering-sering update isi blogs kita dengan konten yang bermanfaat.

Cara copy paste logo dengan link di welcome page MP kita:
1. tinggal klik “Customize My Site” di bawah headshot MP kita,
2. trus, klik “Edit” di bagian welcome page,
3. copy paste kode HTML berikut:
<a href="
http://www.ictwatch.com/internetsehat" target="_blank"><img src="http://ictwatch.com/internetsehat/award/2010/banner-isba2010-h.jpg" alt="Internet Sehat"></a>

4. klik “Save” dan done. Selesai deh.

Di tahun 2009, ngga ada satupun MP-ers yang menang, pun sampai bulan Juni 2010 ini, kayaknya belum ada juga MP-ers yang menang.

Yaaa, semoga aja tahun ini banyak (minimal ada) MPers yang menang :D

So, share this info if you like ;)

Semoga menang ya MP-ers ^_^v

Watching too much Television

I think I had been watching too much TV crap...

22 July 2010

[puisi copas] Cerita Seorang Anak Yatim Piatu Selepas Pesta Ulang Tahun Tetangganya

Taufiq Ismail

--

Seminggu lalu datanglah undangan
Untuk kami anak-anak penghuni Panti Asuhan
Diantarkan seorang ibu dan anak gadisnya
Sekolahnya kira-kira di SMA
Mereka naik Corolla biru
Dari pakaian, cara bicara dan perilaku
Kelihatan tamu ini orang gedongan
Golongan yang hidup lebih dari kecukupan.

Mereka mengundang anak-anak Panti Asuhan
Untuk ikut acara ulang tahun
Rebo jam tujuh malam.

Dan berangkatlah kami pada waktu yang ditentukan
Berjumlah dua puluh tiga, termasuk bapak dan ibu asrama
Jalan kaki bersama, karena jaraknya
cuma terpisah sepuluh rumah saja
Rombongan disilakan masuk dengan ramah
Dan anak-anak berusaha duduk di belakang-belakang saja
Tapi disuruh berbaur dengan tamu-tamu lainnya
Para remaja belasan tahun
Mereka sehat-sehat, harum-harum
Berbaju mahal dan tembem-tembem pipinya
Saya berjuang melawan sifat minder saya
Duduk di tengah ruang tamu yang luas

Di atas karpet bersila, pegal dan canggung
Di antara jajaran barang antik dan macam-macam perabotan
Di bawah lampu keristal bergelantungan.

Tapi alangkah aku jadi heran
Tidak ada acara potong kue dan tiup lilin
Tidak ada tepuk tangan mengiringi
Lagu Hepi-Bisde-Tuyu
Hepi-Bisde-Tuyu.

--

Lalu seorang remaja membaca Surah Luqman
Dengan suara amat merdunya
Dan suaranya berubah jadi untaian mutiara
Yang berkilauan jadi kalung di leher pendengarnya.

Kemudian Lia yang berulang tahun
Berpidato sangat mengharukan
”Dalam acara seperti ini
Bukan saya yang jadi pusat perhatian
Diperingati atau dihargai

Tapi mama
Ya, mama kita
Ibunda kita
Dan ayahanda.
Ibunda dan ayahanda
Pusat perhatian kita.

Hari ini, enam belas tahun yang lalu
Mama melahirkan saya
Posisi saya sungsang
Saya terlalu besar
Jadi mama harus sectio Caesaria
Mama dibedah, berdarah-darah
Seluruh keluarga khawatir dan berdoa
Di luar ruang operasi duduk menanti berita
Dalam kecemasan luar biasa
Tapi alhamdulillah kelahiran selamat
Walau pun mama sangat menderita

Sekarang ini, enam belas tahun kemudian
Ulang tahun saya dirayakan
Saya pikir, tidak logis saya jadi pusat perhatian
Harus mama yang jadi pusat perhatian
Mama. Bukan saya
Saya pikir, tidak logis saya minta kado
Harus mama yang diberi kado…”

Anak gadis itu berhenti sebentar
Dia sangat terharu
Kemudian dia mengambil sebuah bungkusan
Kertas berkilat, diikat pita berbentuk bunga

”Mama
Terima kasih mama, terima kasih
Mama telah melahirkan saya
Dengan susah payah
Mama menyabung nyawa
Berdarah-darah
Persis malam ini, 16 tahun yang lalu
Terimalah rasa terima kasih ananda
Tidak seberapa harganya.”

Mamanya berdiri
Terpukau pada kata-kata anak gadisnya
Terharu pada jalan pikirannya
Yang dia tak sangka-sangka
Dia langsung memeluk anaknya
Terguguk-guguk menangis
Keduanya tersedu-sedu
Hadirin menitikkan air mata pula
Suasana mencekam terasa
Dan hening agak lama

--

Kemudian kakak pembawa acara berkata
”Para hadirin yang mulia
Ini memang kejutan bagi kita
Karena dengan tahun yang lalu acara ini berbeda
Lia tidak mau tiup lilin jadi acara
Karena ditemukannya di ensiklopedia
Manusia di Zaman Batu di Eropah
Percaya pada kekuatan nyala lilin, begitu tahayulnya
Bisa mengusir sihir, roh jahat, leak dan memedi begitu katanya
Termasuk sijundai, setan, hantu, kuntilanak dan gendruwo
Dan itu berlanjut ke zaman Romawi kuno
Lalu dikarang lagi berikutnya superstisi
Yaitu apabila lilin-lilin itu sekali tiup nyalanya semua mati
Maka akan terkabul apa yang jadi cita-cita di dalam hati.
Lia tidak mau acara ulang tahunnya oleh tahayul jadi bernoda
Acara yang ditentukan oleh budaya jahiliah zaman purbakala

Katanya: ’Kok tiupan nyala 16 lilin bisa menentukan nasib saya?
Allah yang menentukan nasib saya
Sesudah kerja keras saya
Saya tidak mau dibodoh-bodohi tahayul
Walau pun itu datangnya dari barat atau pun timur juga
Saya tidak mau dibodoh-bodohi budaya mereka
Minta kado dari Papa dan Mama
Minta kado dari keluarga dan kawan-kawan saya.
Saya tidak mau cuma jadi kawanan burung kakaktua
Burung beo yang pintar meniru adat Belanda dan Amerika
Dalam acara ulang tahun kita’
Begitu katanya.”

Sesudah bertangis-tangisan dengan ibunya
Berkatalah yang berulang tahun itu
”Hadiah paling saya harapkan dari kalian
Adalah doa bersama
Sesudah hamdalah dan salawat
Karena saya ingin jadi anak yang baik laku
Jadi perhiasan di leher ibuku
Jadi penyenang hati ayahku
Rukun dengan kakak-kakak dan adik-adikku
Bertegur-sapa dengan semua tetangga
Dan kelak ketika dewasa
Berguna bagi Indonesia.”

--

Anak yatim piatu yang mendapat undangan itu
Lihatlah bersama kawan-kawannya
Disilakan makan bersama-sama
Dengarlah kisah kesannya kini:

”Dalam acara makan kunikmati nasi
Beras Rajalele yang putih gurih
Dendeng tipis balado, ikan emas panggang
Dan udang goreng, besar dan gemuk-gemuk
Belum pernah aku memegang udang sebesar itu
Di asrama ikan asin dan tempe
Seperti nyanyian yang nyaris abadi
Kadang-kadang makan pun cuma sekali sehari.

Ketika kulayangkan pandangku ke depan
Kulihat tuan rumah yang baik hati itu
Bapak dan ibu itu
Berdiri bersama Lia anak gadisnya
Berbicara amat mesranya

Kubayangkan ayahku almarhum
Mungkin seusia dengan bapak ini
Beliau meninggal ketika umurku setahun
Kubayangkan ibuku almarhumah
Wafat ketika aku kelas enam SD
Mungkin seusia pula dengan ibu itu

Tidak pernah aku merayakan ulang tahunku
Tidak pernah.
Semoga sorga firdaus jua
Bagi ibu bapakku
Panas mengembang di atas pipiku
Tak tertahan
titik air mataku.”

1980, 2007.

Sumber: diambil dari sini, tapi masih ngga jelas siap yang ngebuat, ada yang tahu..?

20 July 2010

Arah Kiblat

Beberapa waktu lalu sempat sedikit ramai tentang wacana perubahan arah kiblat yang difatwakan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Diktum dari fatwa MUI No. 03 Tahun 2010 tentang Kiblat menyatakan bahwa arah kiblat ke arah barat, namun kemudian direvisi menjadi ke arah barat laut. Bisa dilihat berita selengkapnya di: http://www.eramuslim.com/berita/nasional/mui-fatwa-arah-kiblat-mui-ternyata-keliru.htm

Dulu, saya pernah posting (copas dari Ustadz Ahmad Sarwat Lc,) tentang mengukur arah kiblat sendiri menggunakan Google Earth, bisa dilihat di: http://genkeis.multiply.com/journal/item/292

Disamping itu, ada juga cara lain yang lebih gampang, yaitu tinggal kunjungi aja situs http://www.qiblalocator.com/ tulis kota kita tinggal, lalu arahkan aja ke rumah kita, bisa lebih keliatan langsung garis yang mengarah ke Ka’bah.

Arah Kiblat dari rumah saya (Gn Sari Ulu, Balikpapan Tengah, Kalimantan Timur) pakai Qibla Locator:


Atau kunjungi http://www.islamicfinder.org/, selain bisa download software Athan (versi yang gratis), kita juga bisa nge-cek arah kiblat kita disana.

Tinggal select Country -pilih Indonesia, lalu ketik/pilih aja kota tempat kita berdomisili (Kalo ngga ada pilihan kota di tabel, ketik kota domisilimu di kotak "Search another city")
. Kalau mau liat detail arah kiblat, cek "Qiblah Map"-nya setelah muncul tabel waktu shalat untuk daerah kita tinggal.

Qiblalocator maupun IslamicFinder menyediakan arah kiblat (posisi derajatnya dan juga jaraknya), jadi kalau mau ngetest sendiri pakai kompas, sepertinya bisa, tinggal dicari tahu aja berapa derajat posisi kiblat kita.

Selamat mencoba ;)

Panduan Aman Penggunaan LPG 3 Kg

Menurut data Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), sejak 2008 hingga Juli 2010, di Indonesia terjadi sebanyak 189 kali kasus ledakan dalam pemakaian tabung gas elpiji rumah tangga.

Tahun                         Jumlah
2008                           61 kasus
2009
                           50 kasus
Pertengahan 2010    78 kasus

Sumber: http://metro.vivanews.com/news/read/163235-2010-ini--78-kasus-ledakan-tabung-gas-terjadi

Cukup mengkhawatirkan bukan? Apalagi kalau kalau salah satu kejadian terjadi pada diri kita atau keluarga kita!

Kenapa hal itu bisa terjadi?

Katanya (http://bataviase.co.id/node/236004), ledakan tabung gas LPG ini bisa saja terjadi karena beberapa hal:
  • Asesoris (cth: pemeliharaan terhadap tabung maupun asesoris seperti bocornya selang, ntbber seal dan gagalnya regulator; aus aksesoris yang sudah habis masa pakainya)
  • Kurangnya pengetahuan masyarakat (cth: pemasangan regulator yang tidak sempurna, penempatan tabung gas yang letaknya berdekatan dengan api dan mematikan kompor yang tidak sempurna sehingga masih ada gas yang keluar dari kompor)
  • Adanya praktek illegal (cth: praktek pemindahan isi tabung 3 kg ke 12 kg secara illegal; , dan
  • Kondisi lingkungan yang tidak aman (Kurangnya ventilasi ruangan)

Untuk panduan aman penggunaan LPG 3 Kg bisa di download di: sini
Atau di download aja lampiran postingan ini (
Petunjuk Aman LPG 3 Kg.pdf).

Standar Nasional Indonesia (SNI)

Sekedar info tambahan, bahwa ada standar yang harus dipatuhi untuk pembuatan tabung gas dan aksesorisnya. Badan Standarisasi Nasional telah menetapkan beberapa SNI (Standar Nasional Indonesia) terkait tabung gas dan aksesorisnya, sebagai berikut:
  • SNI 1452:2007 Tabung Baja LPG;
  • SNI 15-1591-2008 Katup Tabung Baja LPG;
  • SNI 06-7213-2006 Selang Karet untuk Kompor Gas LPG;
  • SNI 7369-2007 Regulator Tekanan Rendah Untuk Tabung Baja LPG; 
  • SNI 7368:2007 Kompor Gas Bahan Bakar LPG Satu Tungku dengan Sistem Pemantik Mekanik.

Bisa dilihat selengkapnya di: http://www.bsn.go.id/news_detail.php?news_id=2160


Situs resmi Pertamina tentang LPG 3 Kg bisa dikunjungi di: http://gasdom.pertamina.com/produk_dan_services_elpiji_3kg.aspx

17 July 2010

Pasangan yang “Cukup” Baik

Jadi inget bacaan “Ibu yang Cukup Baik”, tentang terkadang sifat perfeksionisme bisa malah menyulitkan diri sendiri. Selengkapnya, baca aja link tulisan tersebut. Saya akan coba sedikit mengubah konteks tulisan itu.

(Bagi yang sudah menikah). Kita pastinya sadar, bahwa kita menikahi seseorang dengan bawaan latar-belakang, pendidikan, pola pengasuhan, interaksinya yang special –baca khas berdasarkan kehidupan yang dijalaninya. Tapi terkadang, sadar ngga sadar, bagi tipikal orang-orang yang perfeksionisme, yang menginginkan segala sesuatunya berjalan sesuai settingan yang diinginkannya, hal ini mungkin akan sering terlalaikan.

Maunya rumah dalam kondisi begini, maunya susunan pengaturan piring-gelas seperti ini, maunya cara melipat pakaian seperti ini, maunya masakannya bercita-rasa seperti ini, maunya meletakkan pakaian kotor seperti ini, dan lain sebagainya.

Kalau hal ini terus menerus dipertahankan, lambat laun pasti akan ada gesekan-gesekan konflik. Karena pasti akan selalu ada saja yang tidak sesuai dengan “keinginan”.

Tiap Individu itu Spesial

Pertama yang harus kita sadari (lagi) bahwa tiap individu itu unik, spesial, istimewa dengan pembawaannya yang khas.

Bukankah perbedaan warna di dalam susunan pelangi akan membuat ia tampak lebih cantik?

Begitu pula dengan semua manusia yang ada. Kepala boleh sama hitam, tapi isi kepala (jalan pikiran) tidak ada yang sama. Namun, bukankah itu juga yang akan membuat hidup ini menjadi semakin menyengkan tuk dijalani, karena kita semua tidak ada yang serupa, pasti berbeda.

Dengan saudara kandung saja kita masih akan dengan mudah menemukan perbedaan-perbedaan. Ada kakak yang suka makan udang, sedang sang adik tidak. Ada adik yang suka main bola, sedangkan kakaknya tidak. Ada yang begini dan ada yang begitu. Apalagi kita dengan pasangan hidup kita..?

Ke-khas-an yang dimilikinya menjadikan dirinya istimewa secara begitu saja.

Prioritas (yang Penting dan yang Ngga begitu Penting) dan Adaptasi

Walaupun demikian, ada beberapa hal yang mungkin memang perlu di-improve dalam diri pasangan kita –maupun diri kita sendiri. Perlu ada perubahan, adapatasi atau penyesuaian.

Tapi tidak semua hal perlu diubah sesuai keinginan kita. Dan perubahan itu ngga akan berjalan semudah membalikkan telapak tangan –instan, kilat, cepat.

Ada beberapa hal yang tidak terlalu esensial yang kita perlu bertoleransi –agar pasangan kita pun tidak kehilangan ‘keistimewaannya’ (shock karena harus ada perubahan karakter drastis). Karena memang tidak semua hal itu penting dan mendesak. Banyak hal memang cuma karena kita dibesarkan dengan settingan demikian, sehingga kadang kita merasa nyaman dengan settingan begitu.

Yang perlu kita lakukan adalah sedikit berkompromi dan menyesuaikan diri, menurunkan kadar toleransi kenyamanan diri.

Nikmatilahh apa yang ada dan perubahan yang terjadi sebagai bagian dari konsekuensi hidup berumah tangga.

Kalau kata evolusionist, “kemampuan beradaptasi menjadi kunci keberlangsungan hidup” -meskipun saya ngga percaya dengan teori evolusi, tapi kata-kata itu bagus juga dipakai dalam coretan ini. Kemampuan beradaptasi (menyesuaikan diri), mengharmonisasikan diri dengan nada (orang lain,-red) yang baru saja memasuki kehidupan kita (mengevolusi sebagian besar hidup kita yang dulunya hidup membujang, sendiri, mandiri, dst) jelas membutukan kemampuan ini juga.

Pasangan yang “Cukup” Baik

Janganlah mengharap bahwa pasangan kita (dan diri kita sendiri) akan menjadi malaikat tanpa cela –sempurna tanpa kekurangan, karena hal itu akan menjadi relatif, tergantung sudut pandang yang digunakan (tergantung kaca mata siapa yang dipakai –tergantung parameter-parameter yang digunakan untuk menilai, bahkan bisa jadi tergantung kedewasaan dan kebijaksanaan orang yang melakukan penilaian itu sendiri!).


Berdamailan dengan “ketidak-sempurnaan” versi kita, karena bisa jadi itu semua cuma keistimewaan yang kita tidak mampu melihatnya.



---000---

Balikpapan 17 Juli 2010
Syamsul Arifin

14 July 2010

Cerita-Cerita

Kita sering ingin berbagi cerita yang memiliki hikmah, berbagi hal yang mencerahkan diri, agar orang lainpun bisa merasakan kebaikan yang sama.

 

Tapi terkadang, bukan kebaikan yang kita bagi, malah keburukan yang kita sebarkan.

 

Ada dua cerita yang menurut saya agak-agak sedikit perlu mendapat perhatian. “Air Mata Seorang Wanita” dan “Tanggung Jawab Laki-Laki”. Inti kisah “Air Mata Seorang Wanita” adalah tentang seorang anak kecil yang bertanya kepada ibunya mengapa wanita begitu mudah menangis, yang kemudian ketika besar ia ‘berdialog’ dengan Tuhan yang memberitahu mengenai sebab-sebabnya. Begitu pula dengan cerita tentang “Tanggung Jawab Laki-Laki”, yang juga memuat dialog dengan Tuhan.

 

Bisa di-googling dua cerita diatas untuk mendapatkan deskripsi lengkapnya. Banyak orang yang sudah meng-copas-nya dalam blogs pribadi, milis, situs, maupun forum.

 

Saya pribadi kurang begitu suka dengan cerita yang katanya memiliki hikmah tersebut, karena alasan berikut, komentar yang juga terkadang terlontar untuk cerita-cerita itu:

 

Tulisan ini terkesan ada hikmahnya, padahal sebetulnya tulisan ini merusak akidah...

 

Referensi kita tentang alam gaib (Tuhan, proses penciptaan, dll) adalah hanya dari Quran dan sunnah, sedang cerita ini ngga dikenal di kedua sumber tersebut..

 

Jadi, lebih baik dihindari sharing cerita2 yang mengatakan bahwa "Tuhan berkata demikian-demikian dan demikian" padahal sebetulnya Dia tidak benar2 mengatakan hal yg demikian... hati2, anda bisa jadi berbohong dengan mengatasnamakan Tuhan (minimal membantu penyebaran kebohongan/berita menyesatkan ini)!

 

Saya percaya bahwa sebenarnya sang pemosting hanya ingin berbagi cerita yang (sekali lagi) menurutnya ada hikmahnya. Tapi seperti yang saya tulis juga di atas, cerita-cerita tentang alam gaib, proses penciptaan, dialog Tuhan, dan yang semacam itu haruslah bersumber dari referensi yang valid, entah itu Quran atau Sunnah. Bahkan kita sendiri disuruh berhati-hati dengan cerita Israiliyat, seperti yang diwejangkan Ustadz Sigit Pranowo, Lc di Eramuslim dan Ustadz Ahmad Sarwat Lc di link berikut:

 

·         Kebenaran Cerita Israiliyat

·         Kisah-kisah Israiliyat?

 

 

Ancaman Berdusta Atas Nama Allah..?

 

Dua cerita “Air Mata Wanita” dan “Tanggung Jawab Laki-Laki” itu menggambarkan tentang dialog Tuhan yang perlu kita teliti, apakah memang benar Allah berkata hal yang demikian..? Sebab kalau ternyata tidak benar Allah berkata demikian, berarti kita telah menyebarkan berita dusta atas nama Allah, minimal membantu penyebaran berita tersebut.

 

Saya juga tidak tahu apakah kira-kira ancaman yang akan didapat oleh pelaku pembuat kebohongan dan penyebarkan, tapi kalau kita berbohong atas nama Rasulullah SAW, lewat hadits-hadits palsu saja sudah mendapatkan ancaman yang serius, apalagi jika berdusta atas nama Allah..?

 

Imam Ibn Hibban berkata di dalam kitab Shahihnya, “Pasal: Mengenai dipastikannya masuk neraka, orang yang menisbatkan sesuatu kepada al-Mushthafa, Rasulullah SAW., padahal ia tidak mengetahui keshahihannya,” setelah itu, beliau mengetengahkan hadits Abu Hurairah dengan sanadnya secara marfu’, “Barangsiapa yang berkata dengan mengatasnamakanku padahal aku tidak pernah mengatakannya, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” Kualitas sanad hadits ini Hasan dan makna asalnya terdapat di dalam kitab ash-Shahiihain dan kitab lainnya.

 

Selanjutnya, Ibn Hibban berkata, “Pembahasan mengenai hadits yang menunjukkan keshahihan hadits-hadits yang kami isyaratkan pada bab terdahulu,” kemudian beliau mengetengahkan hadits dari Samurah bin Jundub dengan sanadnya, dia berkata, Rasulullah SAW., bersabda, “Barangsiapa yang membicarakan suatu pembicaraan mengenaiku (membacakan satu hadits mengenaiku) di mana ia terlihat berdusta, maka ia adalah salah seorang dari para pendusta.” (Kualitas hadits ini Shahih, dikeluarkan oleh Imam Muslim di dalam mukaddimahnya dari hadits Samurah dan al-Mughirah bin Syu’bah secara bersama-sama). Ibn Hibban berkata, “Ini adalah hadits yang masyhur.” Kemudian dia melanjutkan, “Pembahasan mengenai hadits kedua yang menunjukkan keshahihan pendapat kami,” lalu dia mengetengahkan hadits Abu Hurairah yang pertama di atas.

 

Dari apa yang telah kami sampaikan di atas, jelaslah bagi kita bahwa tidak boleh menyebarkan hadits-hadits dan meriwayatkannya tanpa terlebih dahulu melakukan Tatsabbut (cek-ricek) mengenai keshahihannya sebab orang yang melakukan hal itu, maka cukuplah itu sebagai kedustaan terhadap Rasulullah yang bersabda, “Sesungguhnya berdusta terhadapku bukanlah berdusta terhadap salah seorang diantara kamu; barangsiapa yang berdusta terhadapku secara sengaja, maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di api neraka.” (HR.Muslim dan selainnya).

 

(Sumber: http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihathadits&id=81)

 

 

Dalam konteks yang berbeda, kebohongan dengan mengatasnamakan Allah dicontohkan oleh orang-orang berikut:

 

1. Orang-orang kafir yang menetapkan suatu urusan dengan mengatasnamakan perintah dari Allah

 

Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. (QS. Al-Maaidah: 103)

 

2. Orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengarang cerita-cerita tanpa referensi yang haq

 

Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kamu tidak mempunyai hujah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung". (QS. Yunus: 68-69)

 

3. Para Nabi palsu, mengaku-ngaku dapat wahyu

 

Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al-An'aam: 93)

 

4. Dan terakhir, para ulama yang jelek, berkata berdasarkan lidah dan akalnya semata, tanpa melihat referensi (quran, sunnah, dll)

 

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab yang pedih. (QS. An-Nahl: 116-117)

 

 

Karena itulah, saya harapkan agar kita semua, menghentikan cerita-cerita yang belum jelas juntrungannya seperti format dua cerita tersebut di atas-yang mungkin saja bisa merusak akidah; tetap semangat untuk terus belajar mengenal agama kita, membangun pondasi iman dan amal shaleh; dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.

 

 

 

---000---

 

Balikpapan, 14 Juli 2010

Syamsul Arifin

05 July 2010

[puisi] campuran

Gerbang

Indahnya kematian demi sang kekasih
Pedih berubah jadi bahagia
Sakit menjelma jadi suka-cita
Malaikat menyambut dengan gembira
Oh indahnya maut karena Allah semata

-ipin4u-
04072010

-------------------------------------------------------

Pembuktian

Akankah janji berwujud nyata, ketika ujian datang mendera?
Akankah kita kan bertemu di surga, jika sehari-hari miskin amalannya?

-ipin4u-
29062010

-------------------------------------------------------

Pergulatan

Seperti apakah kondisi hari-hari itu, ketika cintaku dan cintamu, berpadu di antara teriakan dan letupan peluru..?

-ipin4u-
28062010

-------------------------------------------------------

Rasulullah sang Kekasih

Maafkan aku yang hanya bisa mempersembahkan puisi bagimu
Sedangkan dulu, kawan-kawanmu mempersembahkan nyawa mereka untukmu
Jauh nian kesungguhan tekad untuk membuktikan cinta
Walau kuharap, kita tetap akan bertemu di telaga kautsar-Nya

-ipin4u-
14062010

Saatnya Mengubah Sistem Kepemimpinan

Oleh: Ustadz Ahmad Sarwat, Lc.

Siapa pun yang menjadi rakyat di republik ini tahu, bahwa uang adalah penentu dari kekuasaan. Bahkan uang adalah tujuan dari kekuasaan. Kekuasaan dimulai dari uang, dijalankan oleh uang dan demi mendapatkan uang (yang lebih banyak) tentunya.

Kepala Desa

Waktu saya pernah tinggal di desa, dekat gunung Merapi, tiap beberapa tahun sekali ada hiruk pikuk pemilihan kepala desa. Yang saya ingat, tiap musim pemilihan kepala desa tiba, pemandangan lingkungan jadi rusak akibat para pendukung secara ngawur menempel spanduk kampanye sembarangan di semua sudut desa. Suasana desa yang biasanya penuh persaudaraan dan kedamaian, terusik dengan pembicaraan masyarakat yang sibuk mengelus-elus jago masing-masing.

Semakin mendekati hari pemilihan, biasanya suasana semakin tidak kondusif. Kalau awalnya cuma warga yang ramai, sekarang para tokoh masyarakat pun ikut ambil bagian. Tidak terkecuali tokoh agama yang seharusnya menjadi guru dan panutan dalam masalah akhlaq dan etika. Para ustadz, ulama bahkan kiyai pondok pesantresn mulai berubah wataknya. Yang tadinya halus, lembut, santun, tiba-tiba berubah menjadi gampang menjelekkan orang lain, menghina, mencaci, memaki lawan politiknya.

Satu kiyai mengejek calon lain dalam ceramahnya, sementara calon lain juga punya kiyai. Dan kiyainya marah akibat jagonya dicaci, sehingga terus membalas dengan cacian juga. Lagi-lagi dalam pengajian. Akibatnya, semua materi pengajian malah berisi saling ejek, saling caci, saling cela, saling sikut, saling sikat, saling cakar antar sesama muslim. La haula wala quwwata illa billah.

Lebih jauh didalami, ternyata di pusat pusaran hiruk pikuk itu keadaan lebih runyam lagi. Para calon kepala desa pada pusing mencari sponsor dana, karena untuk bisa turun ke gelanggang `politik kampung` pun ternyata harus menggelontorkan duit puluhan bahkan ratusan juta, hanya demi jabatan kepala desa yang diincarnya. Terkadang teman-teman si calon kepala desa itu ikutan juga saweran, atau jadi `botoh`, yang juga mau berkorban untuk menjagokannya.

Waktu itu saya suka bertanya dalam hati, kok ada ya pihak-pihak yang mau jadi `botoh`? Kok para botoh itu mau menggelontorkan dana yang tidak sedikit? Memangnya apa yang mereka bisa mereka dapat bila jago mereka menang?

Ternyata ada sawah bengkok yang jadi jatah para kepala desa. Itu yang resmi. Yang tidak resmi, tentu banyak lagi. Tapi semua tidak akan keluar dari judul besar, yaitu demi mendaptkan keuntungan materi yang lebih besar.

Polisi

Tetangga saya di desa mengabarkan bahwa putera pertamanya sekarang sudah diterima jadi anggota polisi. Meski nampak bahagia, ada terselip gurat kegundahan di wajahnya malam itu. Pasalnya, untuk bisa lolos jadi polisi, sang Ayah ternyata harus pinjam uang kesana kesini. Total tidak kurang dari 100 juta. Dan itu ternyata setelah didiskon besar. Seharusnya lebih mahal dari itu, tetapi berhubung calon lain yang siap membayar lebih besar mengundurkan diri, maka anaknya yang maju.

Jadi tetangga saya ini sekarang lagi bingung bagaimana caranya mengembalikan uang seratusan juta. Tapi dia bilang, insya Allah bisa dibayar, toh anaknya nanti akan punya kesempatan mencari usaha sampingan, terutama di lahan-lahan `basah`. Dia yakin dalam waktu satu tahun, semua hutang itu akan terbayar. Sedangkan bagaimana hukumnya, dia bilang tidak tahu. Pokoknya sekarang yang penting anaknya harus cari proyek yang sekiranya bisa membayar hutang.

Sisanya tinggal menikmati saja keuntungan dari lahan-lahan basah itu. Tentunya bukan dikuasai sendiri, tetapi tetap harus bagi-bagi jatah.

Waktu itu saya tidak habis pikir, mau jadi polisi kok harus bayar 100 juta. Padahal siaran resmi yang selalu kita dengar, bahwa tidak ada pungli kalau mau jadi polisi. Semua proses test masuk dilakukan secara jujur dan profesional.

Entah ini ulah oknum, atau realitas yang sengaja ditutup-tutupi, yang jelas sejak itu saya sering iseng-iseng tanya ke banyak pihak, ternyata jawabannya tidak jauh berbeda. Formalnya tidak bayar, tapi realitasnya ya harus siapkan dana juga kalau anaknya mau jadi anggota polisi.

Aleg Gagal

Salah seorang ustadz yang sering hadir di pengajian saya suatu ketika berkeluh kesah. Pasalnya dia sedang dilanda hutang ratusan juta. Pasalnya, dia diminta partainya untuk maju menjadi calon wakil rakyat. Entah karena baru dapat gusuran, atau dianggap cukup punya murid yang kaya, intinya partainya meminta dia `memodali` sendiri semua biaya kampanye yang ternyata menghabiskan ratusan juta.

Bagaimana tidak ratusan juta, lha wong biaya mencetak poster yang ada foto dirinya saja sudah mencapai angka puluhan juta. Belum biaya untuk mencetak kaos, spanduk, mug cantik, gantungan kunci dan souvenir lainnya. Ditambah lagi dengan sumbangan `tidak ikhlas` buat sejumlah jamaah pengajian yang bahkan selama ini tidak pernah mengenalnya dan tidak pernah dihadirinya. Kalau dihitung juga dengan semua biaya perjalanan kian kemari, ya memang masuk akal. Dan semua itu didapat dari pinjam, yang tentunya harus diganti.

Ketika hari penghitungan tiba, suara yang didulangnya ternyata anjlok, bahkan nyungsep. Suara yang memilih jauh di bawah jumlah mug cantik yang dibagi-bagikan. Duh duh.

Karuan saja sang ustadz jadi rada setres meski tidak mengaku terang-terangan. Bagaimana tidak setres, ratusan juta duit melayang begitu saja tanpa pesan. Team suksesnya yang ternyata tidak sukses itu juga sudah datang ke rumahnya meminta maaf atas ketidak-suksesan.

Ustadz ini mengadu bahwa dalam hati dia bilang, maaf sih maaf, tapi gimana urusannya uang ratusan juga yang ternyata peninggalan warisan orang tua itu ludes begitu saja, untuk membayar sebagian utang? Duit segitu dalam sekejap lenyap, pupus, sirna, menguap bersama mimpi-mimpi menjadi wakil rakyat, konon mengatas-namakan dakwah. Kalau mengandalkan panen sawah, harus `kerja paksa` 30 tahun lamanya tuh.

Saya secara pribadi merasa prihatin dan kasihan sekali dengan ustadz satu ini. Beliau itu orang baik, ikhlas, dan jujur. Tapi saking baiknya malah jadi lugu. Bagaimana tidak, sudah ratusan juta uang warisannya lenyap, jabatan tidak dapat, ditambah lagi yang amat menyakitnya, ternyata murid-murid pengajiannya yang selama ini dibinanya pada `pindah` ke guru ngaji dan kelompok lain, akibat lebih sering absen mengurus kampanye.

Penderitaanya masih tambah panjang ketika ternyata datang tagihan pembayaran hutang yang harus dicicil dari pendapatannya senin kamis. Rupanya uang hasil jual tanah warisan kemarin itu tidak cukup, sehingga terpaksa berhutang lagi kanan kiri buat tambahan.

Padahal kalau menang sekalipun, sebenarnya si ustadz ini tidak tahu banyak tentang urusan politik dan keparlemenan. Sebab sejak kecil sampai besar, jiwanya sesungguhnya berada di pesantren bergelut dengan kitab kuning dan pengajian. Terbiasa dihormati oleh santri-santri, dicium tangannya dan didoakan.

Saya cuma bilang, harusnya ustadz bersyukur tidak terpilih jadi anggota legislatif. Sebab kalau sampai jadi, lalu karena terlalu lugu dan makan uang haram, bisa-bisa anak istri hidupnya tidak berkah dari uang neraka. Mending rugi ratusan juta dan pelan-pelan mencicil, dari pada jadi pejabat, lantas jadi orang kaya, terus jumawa, makan uang rakyat, udah haram masuk neraka pula. Dinasehatin seperti itu, tambah keras tangisannya. Tuh kan, ustadz ini memang dasarnya orang baik. Cuma mungkin teman-temannya saja yang rada pragmatis, alias matre.

Pola Bobrok Sistem Kepemimpinan

Itulah sekilas bagaimana rakyat ini memiliki pemimpin, penegak hukum dan wakil-wakilnya di parlemen. Semua pakai duit yang amat tidak sedikit. Pakai duit karena memang tidak ada makan siang yang gratis. Pakai duit karena memang tujuan akhir di ujung sana adalah duit juga, dalam jumlah yang lebih besar tentunya. Dimulai dari duit dan berujung kepada duit.

Jabatan yang seharusnya merupakan amanah atau pengabdian, dalam sistem yang bobrok telah menjadi lahan untuk mencari dan menggandakan uang. Bahkan jabatan sudah menjadi meja perjudian, dimana para penjudi bertaruh dengan segala trik licik untuk menang mendapat uang yang besar. Namanya tukang judi, segala cara pasti dilakukan, meski harus menghalalkan yang sudah jelas-jelas haram.

Saya sendiri tidak terlalu merasa aneh dengan realitas ini. Sebab di dalam Al-Quran juga pernah dikisahkan, bagaimana umat terdahulu ketika diberikan pemimpin oleh Allah, mereka protes, karena ternyata pemimpin mereka bukan sosok yang akrab dengan duit. Dalam paradigma mereka, pemimpin itu harus punya duit, bukan sekedar punya idealisme, moral dan iman.

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" (QS. Al-Baqarah : 247)

Orang-orang yahudi yang Allah kisahkan itu memandang bahwa jabatan dan kekuasaan itu harus akrab dengan harta. Dimulai dari uang, selama berkuasa terus bergelimang dengan uang dan tujuan akhirnya memang untuk mendapatkan uang.

Jadi kalau sekarang ini ternyata jabatan dan kekuasaan itu tidak jauh-jauh dari uang dan kekayaan, rasanya memang bukan hal yang aneh lagi. Allah SWT sudah menceritakan bagaimana kekuasaan dan uang itu memang sesuatu yang tidak bisa dipisahkan.

Sistem Kepemimpinan Islam

Ketika Rasulullah SAW dan para shahabat menjadi penguasa, urusan uang menjadi sangat unik dan berbeda. Abu Bakar ash-shiddiq radhiyallahu anhu ketika dibai`at sama sekali jauh dari urusan uang. Beliau menjadi pemimpin umat Islam yang menggantikan posisi Rasulullah sebagai kepala negara tanpa aroma uang.

Para sahabat secara aklamasi mengangkatnya menjadi amirul mukminin semata-mata karena beliau adalah orang yang paling takut kepada Allah, paling wara` dalam urusan halal haram, paling mengerti detail urusan agama, paling awal masuk Islam, paling mengerti syariah Islam, paling setia kepada Kitabullah, paling paham sunnah Rasulullah SAW, paling `nekat` kalau bersedekah karena pernah mengeluarkan 100% kekayaan buat baitul mal, dan sekian banyak `paling-paling` lainnya, yang semua itu jauh dari aorma uang.

Demikian juga para khalifah lainnya. Kalau pun Ustman bin Al-Affan digambarkan sebagai orang kaya, kekayaannya didapat bukan karena jabatannya. Beliau memang sudah kaya sejak jauh sebelum menjabat sebagai amirul mukminin. Maka tidak pernah ada orang yang mempertanyakan kekayaannya, sebab semua tahu beliau memang seorang saudagar yang paling dermawan.

Umar : Sosok Pemimpin Panutan

Mungkin aneh dan dianggap mitos, tetapi ini realita. Ketika Umar bin Al-Khattab radhiyallahu anhu menjadi khalifah, beliau tidak punya kekayaan, baik sebelum, ketika atau setelah menjabat. Beliau cuma punya satu stel pakaian saja yang melekat di badan, itu pun masih dihias dengan 40 assesoris berupa tambalan compang camping disana sini.

Kita tidak pernah dengar ada rakyat protes bahwa Umar bermain-main dengan uang negara. Yang kita dengar justru protes dari para wanita, karena Umar menghimbau agar para wanita tidak berlomba pasang tarif setinggi-tingginya dalam masalah mahar.

Umar bahkan tidak pernah bisa tidur kalau belum bisa memastikan rakyatnya tidur dengan perut kenyang. Maka beliau sendiri yang memanggul karung gandum dari baitul mal ke rumat salah seorang warganya, yang malam itu kelaparan dengan tiga anak yatimnya.

Ketika berangkat ke Palestina untuk menerima kunci Baitul Maqdis dari pemimpin umat Kristiani, Umar hanya menunggang seekor keledai ditemani satu orang pembantu, itu pun dinaiki secara bergantian. Saat memasuki gerbang Baitul Maqdis, orang-orang berebutan menyambut dan mengira yang duduk di atas keledai itu adalah Umar. Padahal Umar sedang giliran menuntun keledai.

Kalau kita bandingkan bagaimana wara`nya seorang Umar dengan gaya hidup para pejabat negeri kita hari ini, sungguh sangat kontras. Meski para pejabat kita itu beragama Islam, bahkan lahir dari pengajian, tetapi jauh sekali dari sikap amanah, wara`, sederhana dan berhati-hari memakai fasilitas negara. Sebaliknya, justru mumpung masih jadi pejabat dan punya kekuasaan, semua kekayaan dalam bentuk apa saja yang ada, harus segara dijarah, baik dengan cara kasar atau dengan cara diam-diam. Tapi intinya sama saja, pejarahan!!

Kenapa harus menjarah harta rakyat?

Jawabnya sederhana. Sebab sewaktu masih kampanye, kan sudah hutang kanan kiri. Semua pinjaman itu kan harus dibayar, plus bunganya. Dan pada saat berkuasa itulah waktu untuk membayar hutang dan menapatkan kentungan dari kelebihannya.

Tidak Ada Kamus Mundur

Maka buat pejabat di negeri ini, tidak ada kamus mundur dari jabatan. Kalau bangsa Jepang bisa bangga dengan perdana menterinya yang secara jantan menyatakan mundur dari jabatannya, hanya karena merasa tidak bisa memenuhi janji kampanye, maka kamus mundur tidak pernah dikenal di negeri ini.

Bagaimana mau mundur?

Orang Jepang mungkin dengan mudah bisa mundur, tapi untuk Indonesia dengan sistem kepemimpinan seperti ini? Main mundur-mundur begitu saja, hehe nanti dulu.

Bukan apa-apa, nanti para cukong dan sponsor bisa marah besar. Duit mereka yang sudah dipakai untuk mendapatkan jabatan itu , siapa yang mau menanggung. Kalau urusan malu, bangsa kita ini cukup tebal urat malunya. Dusta dengan janji politik itu biasa, toh semua juga melakukannya. Dan kalau semua orang melakukannya, kan jadi seri alias impas. Tidak ada yang berdosa, karena semua melakukannya. Begitu kira-kira logikanya.

Bulan madu masa kampanye dengan segudang janji manis politik itu memang sebatas sandiwara saja. Dan memang isi kampanye itu tidak lain dari panggung nyanyi dan joget dangdut, dimana massa yang tidak jelas dikumpulkan di tengah lapangan, diberi kaos dan ongkos lelah, lalu diselingin sedikit orasi tapi intinya tetap diajak joget. Ribuan massa itu memang terhibur sebentar oleh artis bayaran, setelah itu mereka tetap hidup melarat secara abadi. Semua itu harus itu dianggap sudah menjadi maklum.

Maka budaya mundur dari jabatan dianggap tidak sesuai dengan cashflow. Kalau perlu, biar pun sudah nyata-nyata gagal jadi pejabat, tetap saja mencalonkan kembali. Toh orang sudah lupa kalau dia pernah gagal. Benar-benar sudah tidak punya lagi urat malu, atau memang sudah putus, kita tidak tahu.

Penutup

Entah ini harapan atau malah kekecewaan, rasanya selama sistem kepemimpinannya masih seperti ini, sulit membayangkan negeri kita jadi maju. Sebab politik uang sudah jadi raja. Politik uang sudah jadi segalanya, bahkan sudah dijadikan agama dan dianut oleh semua kalangan. Siapa pun dia, apa pun partai dan golongannya, kalau main api dan dekat-dekat ke wilayah kekuasaan, memang harus TERPADU (terpaksa pakai duit).

Kalau sewaktu maju saja sudah harus pakai duit, lalu apa lagi yang dicari sewaktu menjabat kalau buat cari duit. Kisah teladan Umar bin Al-Khattab bagaimana dong? Yah ke laut saja . . .

Saya merasa tugas saya mengingatkan, 230-an juta bangsa ini, yuk kita berhenti dari berpolitik yang bobrok seperti ini. Kayaknya sudah bukan zamannya lagi buat kita untuk berkubang dengan sistem politik kampungan ini. Sudah waktunya kita ganti sistem ini dengan yang lebih bermoral dan manusiawi. Sistem yang waras, bukan sistem yang bikin gila beneran.

Buat apa adu jago dengan kampanye yang hanya menghabiskan begitu banyak dana mubazir dan resources yang sia-sia. Buat apa pemilu dan pilkada yang tidak menjamin bahwa yang terpilih itu orang yang memikirkan kesejahteraan rakyat, shalih, bermoral dan berakhlaq. Buat apa sistem demokrasi yang bodoh tidak cerdas karena tidak bisa membedakan mana hak dan mana batil?

Kita hanya menjadi korban ephoria politik yang tidak pernah melahirkan pemimpin yang waras. Sebaliknya, sistem ini terbukti hanya melahirkan para pemimpin yang kesat hatinya, rusak moralnya, bejat akhlaqnya, lupa tuhannya. Kecuali hanya sedikit orang yang juga tidak ada jaminan selamanya jadi orang shalih.

Mereka bagai singa-singa yang bukannya memimpin tetapi malah menerkam rakyatnya sendiri, kata Zainuddin MZ di TV kemarin. Rupanya da`i sejuta umat ini sudah tobat, balik kandang, setelah sempat terpesona dengan dunia politik yang menggoda. Semoga ngomong gitu bukan karena kalah ya ustadz.

 

 

 

 

Sumber: http://www.ustsarwat.com/web/berita-72-saatnya-mengubah-sistem-kepemimpinan.html