03 March 2008

Menjadi Orang Tua Merupakan Hal yang "Berat" Lho

Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya (HR Muslim)

Menikah adalah suatu hal yang besar. Maka dari itu, Al-Quran menyebutnya dengan kata "Mitsaqon Ghalidza" perjanjian yang kuat/kokoh,

Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (QS. An-Nisaa':21)

Perhatikanlah bahwa penggunaan kata yang sama persis, diulang di ayat dimana Allah swt mengambil perjanjian dari Bani Israel.

Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: "Masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan (pula), kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh. (QS. An-Nisaa': 154)

Bagian terberat dari menjadi seorang pasangan adalah ketika menjadi seorang ayah/ibu.

Menjadi orang tua (bapak atau ibu dari seorang anak), bukanlah suatu peran yang mudah. Sangat berat dan besar tanggung jawabnya, serta rumit dan sulit tuk menjadi orang tua yang baik.

Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya? (HR Bukhari-Muslim)

Orangtua lah yang nantinya akan dituntut oleh seorang anak, kalau mereka tidak menjadi seorang muslim yang baik. Karena peran pendidikan orang tua menjadi sangat krusial/berperan besar dalam pembentukan karakter seorang anak.

Diperlukan banyak persiapan dan keahlian tuk menjadi seorang orang tua yang baik. Diperlukan banyak perbekal disamping keimanan dan ketakwaan saja. Bekal-bekal tersebut antara lain adalah, bekal keahlian psikologi pendidikan anak, ilmu komunikasi, kepemimpinan dan keahlian manajerial yang baik, kesabaran yang berlimpah, serta keteladanan yang banyak.

Jangan hanya terlena dengan mengharap akan langsung muncul dari diri pasangan kita (rahim istri kita/rahimmu-bagi seorang ibu) seorang anak yang secara tiba-tiba menjelma menjadi anak yang shalih secara instan, dan berbakti kepada kedua orangtunya (yaitu kita) dan bisa menjadi amal jariah kita setelah meninggal (mendo'akan kita). Tidak, sungguh tidak akan semudah itu.

Namun diperlukan proses yang panjang dan tidak sederhana dalam mencetak generasi yang bisa kita banggakan, bukan hanya bisa dibanggakan di dunia saja, tapi juga (semoga) bisa menjadi kebanggaan di akhirat.

Tulisan ini tidak ditujukan untuk menakut-nakuti para suami-istri agar tidak punya anak. Bukan, bukan itu. Toh Rasulullah saw pun pernah bersabda bahwa beliau akan bangga akan banyaknya jumlah kaum Muslimin di hari akhir nanti. Namun tulisan ini diharapkan bisa menjadi obat bagi keterlenaan diri (khususnya bagi para suami-istri) yang tidak/belum mempersiapkan diri tuk menghadapi  peran besar sebagai seorang orang tua.

Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)." (HR. Aththusi).

Semoga kita bisa mengemban amanah tuk menjadi orang tua yang hebat Sip, mantap!

Wallahu 'alam

Jakarta, 2 Maret 2008
*sebelum jadi orang tua yang baik, saya harus bisa jadi suami yang hebat dulu nih... Ngikik..
*tulisan sotoy... Peace ahhh!

8 comments:

  1. Amiin..... kok tulisan jd suami yg hebat dl dicetaknya kecil bgt ??? ;D

    ReplyDelete
  2. Amin,...
    sama seperti berangkat haji,... bekal yang terbaik adalah taqwa (didalamnya tercakup ilmu dan kesabaran),.. selain itu, dukungan lingkungan juga sangat diperlukan... sekedar mengurangi beban,

    ReplyDelete
  3. segala fase itu berat...

    Jadi bayi terasa berat ketika harus belajar berjalan

    jadi anak anak terasa berat ketika disuruh Ibu menggosok gigi

    Jadi remaja terasa berat ketika disuruh belajar

    Jadi dewasa terasa berat ketika disuruh menikah

    jadi Ibu terasa berat ketika harus melahirkan

    jadi Ayah terasa berat ketika harus mencari nafkah

    Semua hal terasa berat, jika dirasakn berat
    dan kan terasa ringan jika dirasakan ringan

    buktinya...kita sudah mampu melewati beberapa dari fase yang memang sunnatullah akan dilewati oleh beberapa manusia..

    so... nyante aja man... kayak di pantai..
    Buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya

    mau seperti apa anakmu kelak?
    lihat saja perangaimu terhadap orangtua mu sekarang

    ReplyDelete
  4. Kalau menurut aline, memang orang tua adalah penentu/pewarna bagi anak2nya, kelak.
    Iya sih, ada juga benarnya kalau sifat anak mengikut orang tuanya. Karena ada yg namanya sifat pembawa keturunan/gen pembawa sifat. Gen pembawa sifat ini akan dibawa ke generasi berikutnya karena tempatnya pada sel kelamin. Jadi, otomatis menurun kpd anaknya. Namun, ada yg dominan, ada yg persemi dan ada yg resesif dst.

    Lalu, kenapa ada anak yg sifatnya terbalik dengan orang tuanya? Orang tuanya baik, anaknya tdk baik. Itu karena salah didikan dari orang tua atau dari lingkungan.

    :) Jadi, jangan malu belajar ttg anak sebelum menikah atau punya anak. Mau tahu alasan aline knp gak malu membahas soal anak walau masih 20 thn? Silahkan kunjungi http://alinasheart.multiply.com/journal/item/32 hehehe... promosi nih. :D

    Aline paling bersemangat kalau bicara soal anak-anak. :D
    Sorry, Kak kepanjangan. :)

    ReplyDelete
  5. setuju banget!
    ke aq da yang bilang ummi juga, anak2 di mesjid biar bo'ongan tapi tanggung jawabnya serasa beneran!

    ReplyDelete
  6. ini ada ortu beneran numpang lewat :D
    great posting akh :)

    ReplyDelete
  7. @lussysf
    hehehe :D
    :P

    @qiyani
    yayaya :)

    @fika
    :) semoga diberikan anak yang shaleh/ah ya :)
    sebagaimana semoga kita dijadikan insan yang shaleh/ah :)

    @alin
    mari diskusi di tempatmu ^_^

    @vina
    hmmmm... gitu ya :)

    @mbatyas
    hehehe... jadi malu, ada orang tua beneran :D
    makasih :)

    ReplyDelete
  8. Thanks ya ats tulisannya
    insya Alloh, kami akan jadi orang tua yang baik
    Aamiin.

    ReplyDelete