Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (QS. Al-Kautsar: 1-2)
Disadari ataupun tidak, ada begitu banyak kenikmatan yang telah Allah SWT limpahkan kepada kita. Kenikmatan iman-Islam, kenikmatan memiliki keluarga, rumah/tempat tinggal, pekerjaan/penghasilan, kesehatan, pakaian, makanan-minuman, dan seterusnya. Bahkan kalau kita mau menghitung-hitung kenikmatan yang telah Allah SWT berikan kepada kita, tentu kita akan merasakan kelimpungan, disebabkan saking banyaknya nikmat/anugerah yang kita terima.
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim: 34)
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nahl: 18)
Mensyukuri kenikmatan adalah sebuah kewajiban. Dan memang hanya itu pilihan yang tersedia, kalau kita mengaku sebagai seorang muslim.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Ibnu Qayyim Al-Jauzi mengatakan bahwa syukur itu mempunyai lima pilar pokok, yaitu: kepatuhan orang yang bersukur kepada Pemberi nikmat, mencintai-Nya, mengakui nikmat dari-Nya, memuji-Nya atas nikmat-Nya dan tidak menggunakan nikmat yang diberikan-Nya untuk sesuatu yang tidak Dia suka.
Seseorang yang mendapatkan kenikmatan/anugerah, harusnya menjadi pribadi yang pandai bersyukur. Dan seseorang yang bersyukur harusnya semakin baik pula ibadahnya. Karena ia sadar, bahwa kenikmatan-kenikmatan yang ia terima, berasal dari Allah SWT semata, dan hal itu justru semakin mendekatkannya kepada sang pemilik karunia.
Jangan sampai setelah menerima karunia, malah semakin lalai dirinya, membuatnya semakin jauh dari Allah SWT, dan semakin merosot amal ibadahnya. Bahkan bukan hanya sekedar kufur nikmat, tetapi juga kenikmatan/karunia tersebut menjadi fasilitas yang mempermudah dalam berbuat kemaksiatan. Naudzubillahhimindzalik...!
Semoga Allah SWT mengampuni, memberikan cahaya hidayah, dan menjaga kita semua dari hal semacam itu (amin).
---000---
Balikpapan, 9 Agustus 2009
Syamsul Arifin
Jazakallah khaeran akhi
ReplyDeleteSemoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang senantiasa mensyukuri nikmatnya dalam setiap kesempatan dan keadaan...amiin
Jazakallahu khairan katsiro ya akhi. Semoga kita termasuk golongan hambaNYA yang pandai bersyukur. Amien.
ReplyDeleteTfs. Mengingatkan diri ini yang masih saja suka mengeluh dan lupa bersyukur.
ReplyDeleteaaaaaamiiiiiiiiiiiiiiiiiin
ReplyDeletejazakalloh khoiron ustadz, insya Alloh kami inget sll :)
tfs, ipin....
ReplyDeletesusahnya belajar untuk bersyukur...
ReplyDeletehal yang sering adik alami...
...Insya Allah saya bisa... semangat