“Apa sih kriteria nikah yg SUKSES menurutmu?
Assalamu'alaykum,
Prens, namanya menjalani sesuatu, paling baik kalo kita punya patokan apa yg kita lakukan itu dah bagus atau belum, dah sukses atau belum, dsb.
To the point aja, kalo menurut kalian semua nikah yg SUKSES itu yg kayak gimana, sih?
Wassalam”
Saya perlu berpikir agak lama untuk bisa menjawab pertanyaan yang diajukan. Apakah yang dimaksud dengan sebuah pernikahan yang sukses, pernikahan yang berhasil?
Hingga akhirnya, hanya komentar ini yang bisa saya tuliskan:
wa'alaikumussalam
thread yang sangat menarik
nice sharing pa anis thanks*
*bisa jadi ajang refleksi nih
Parameter, Target
Untuk dapat Menghitung Kesuksesan, dibutuhkan sebuah ukuran. Untuk dapat mengukur keberhasilan, diperlukan parameter. Untuk dapat mengetahui pencapaian akhir, perlu diketahui targetan awal.
Target awal merupakan suatu hal penting, yang dapat membuat kita tergerak, termotivasi. Targetan awal juga membuat kita dapat melihat akhir tujuan yang perlu diperjuangkan, dicapai, diusahakan.
Target bisa terbagi menjadi beberapa bagian. Jangka pendek, menengah, panjang. Dan targetan yang baik, harus bisa terukur, kudu SMART, Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time Bond. Jelas, terukur, dapat dicapai, realistis, dan memiliki tenggat waktu.
Untuk dapat menjawab apakah pernikahan kita sudah sukses, mari kita lihat, targetan kita di dalam pernikahan. Apa saja targetan-targetan tersebut?
Target juga bisa mencakup berbagai macam bidang. Mulai dari aspek finansial/keuangan, pendidikan/pengembangan anggota keluarga, keterlibatan sosial-kemasyarakatan-politik, dst.
Kita akan mengalami kesulitan yang membingungkan kalau tidak punya target, tidak punya tolak ukur. Apakah kita sudah berhasil/mencapai target? Melampaui target yang telah ditetapkan? Atau masih jauh dibawah target yang telah disepakati?
Target Keluarga adalah Konsensus Bersama
Adalah tim yang akan mengerjakan rencana aksi guna mencapai tujuan, sehingga diperlukan kesepakatan antar pasangan, pelibatan dengan anggota keluarga. Karenanya diperlukan juga pemahaman yang jeli terhadap potensi masing-masing individu yang terlihat di dalamnya. Jangan menetapkan target terlalu tinggi, sehingga membuat stress. Tapi jangan pula menetapkannya terlalu rendah, sehingga terkesan meremehkan.
Kolaborasi kekuatan dan juga kelemahan menjadikan tim menjadi lebih powerful.
Relatif
Ukuran kesuksesan/keberhasilan antar tiap orang bisa jadi sangat bervariasi, berbeda-beda. Begitu pula ukuran kesuksesan keberhasilan dalam konteks keluarga. Tidak bisa dipukul rata. Semisal, seseorang/keluarga tertentu baru bisa dibilang sukses kalau sudah punya mobil, punya tanah sekian hektar, dll.
Bisa jadi di keluarga A, sudah merasa sukses kalau sudah punya motor, sedang di keluarga B, sudah memiliki beberapa motor, sehingga kunci kesuksesannya jika dia sudah dapat mengendarai mobil.
Bisa jadi ada keluarga yang lebih menekankan pendidikan anak, atau ada juga yang lebih menekankan pada hitungan benda yang dipunyai. Salahkah..? Tidak ada benar atau salah, karena semuanya sangat tergantung pada gaya manajemen/perspektif yang mengendalikan rumah (suami-istri).
Ada yang sudah merasa sukses jika anaknya dapat menghapal juz amma, tapi ada juga yang baru bisa merasa sukses kalau anaknya sudah menjadi hafidz, hafal Quran.
Sukses Dunia-Akhirat
Satu hal yang patut diingat, bahwa kita boleh saja mengharapkan kesuksesan dunia, tapi tetap kita harus juga letakkan tolak ukur untuk kesuksesan akhirat. Memang terkadang susah menghitung ukuran sukses akhirat, karena kita tidak/belum sampai kesana dan tidak tahu hasilnya. Tapi setidaknya kita bisa menetapkan langkah-langkah yang (kira-kira) dapat mengarahkan diri kita dan keluarga kepada kesuksesan akhirat. Seperti besaran infak, pendidikan agama anak, bacaan qurannya, pemberian kepada oranglain, dst.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (QS. Al-Qashash: 77)
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Al-Baqarah: 201)
Syukur Kunci Kebahagiaan
Disamping itu, sebesar-sekecil apapun pencapaian keluarga kita, kesyukuran harus tetap diutamakan. Karena sesungguhnya, bukan besar-kecilnya pencapaian yang membuat kita bahagia, tapi perasaan cukup dan penerimaan terhadap hasil yang telah didapat yang membuat kita merasa puas dan bahagia. Tentunya hal ini tidak membuat kita menjadi malas berusaha, karena sukur dan kesungguhan berusaha itu adalah dua hal yang berbeda. Kesukuran terletak di akhir proses, sedang kesungguhan berusaha, berada di tengah-tengah proses.
Yuks, tetapkan target, buat parameter, dan jadikan keluarga kita menjadi keluarga yang sukses, di dunia dan akhirat, insya Allah.
---000---
Balikpapan, 15 Februari 2010
Syamsul Arifin
*gambar diambil dari sini
wah, beda persepsi ya :D
ReplyDeletepantesan berani nikah..krn sudah matang ilmunya..salut!
ReplyDeletewah saya sih ga muluk2 deh, pokoknya menjalani apa yang ada dengan sebaik2nya.
ReplyDeletetolak ukurnya Quran dan sunnah, mudah2an masih ada di relnya.
kesuksesan pernikahan bisa jadi yang nilai hanya Allah, itulah penilaian yang adil. penilaian manusia sangat subjektif relatif...
setuju mas...
ReplyDeletewah membaca adri sang ahli :D he he
ReplyDelete