04 December 2009

[flash fiction] Ibuku Memang Luar Biasa!

Aku masih pulas tertidur ketika beliau membangunkanku dengan sebuah kecupan yang mendarat di dahi. Sebuah senyuman hangat dari ibu mengawali hari ini.

“Bangun bidadari kecilku,” begitu beliau berkata, “hayuh bersiap-siap untuk shalat subuh,” ujarnya lembut.

Sarapan sudah tersaji, segelas coklat hangat yang masih mengepul, ibu buatkan spesial untuk diriku.

“Pagi ini dingin, kamu minum yang hangat-hangat dulu ya sayang.”

Aku mengangguk. Kulihat ke luar jendela, bekas hujan sedari tadi malam masih meninggalkan jejak yang jelas, embun yang membiaskan jendela.

Ibu mengantarkanku ke sekolah. Dia selalu berkata bahwa aku anak yang cerdas, dan aku yakin akan hal itu.

Dia selalu membuatku merasa bahwa aku bisa melakukan segala hal. Ibuku memang luar biasa!

Ketika aku bersamanya, aku merasa nyaman, senang dan bahagia. Tiada tempat di dunia ini yang lebih ku sukai, selain tempat dimana ada ibuku, bersama beliau selalu.

Selepas sekolah, beliau sudah menungguku di gerbang. Aku sangat senang sekali, sampai tidak sabaran untuk bisa cepat sampai ke rumah dan menceritakan mengenai hariku di sekolah. Makan siang yang enak pasti sudah menantiku, ibuku memang pandai memasak, dan hanya masakan ibu saja yang menurutku paling enak!

Matahari menjelang sore. Aku menggoda ibuku, berpura-pura tidak mau mandi. Lalu kami pun berkejar-kejaran di dalam rumah, sembari tertawa-tawa. Alasan apapun yang ku ucapkan, ibu selalu dapat menjawabnya. Ibuku memang luar biasa!

Malam menyelimuti hari. Beliau menggendongku, mengantarkanku ke tempat tidur. Aku lingkarkan tangan ke lehernya. Dongeng malam ini berkisah tentang seorang gadis di negeri antah berantah yang di kemudian hari akan menjadi seorang permaisuri.

Aku begitu bahagia, dan tak ingin beliau meninggalkanku. Sehingga beliaupun tiduran di ranjang yang sama. Ku pejamkan mata dan berkata, betapa beruntungnya diriku, punya ibu yang sangat luar biasa!

Di pagi hari, ketika aku terbangun, ibuku tidak ada di sini, membangunkanku!

Aku tersadar, bahwa beliau memang tidak pernah ada di dalam kehidupanku. Aku masih sendirian di sini, di yayasan yatim piatu, dengan begitu banyak anak-anak lain yang senasib dengan diriku.

Mimpiku perlahan-lahan mulai memudar. Aku berusaha keras agar terus bisa menatap masa depan dengan semangat. Namun selalu tersisa kepedihan dalam hatiku, betapa aku menginginkan mempunyai seorang ibu yang luar biasa, sepertinya akan sangat menyenangkan!



---000---

Balikpapan, 4 Desember 2009
Syamsul Arifin

*cerita ini diadaptasi dari lagu My Mom is Amazing, oleh Zain Bhikha

6 comments:

  1. bagimu yg memilki seorang ibu, jangan sia2kan beliau, anugerah Alloh yg tak tergantikan oleh siapa atau apapun :)

    bagimu yg kehilangan sang ibu, semoga ALloh beliau dlm afiat di alamnya, jangan sia2kan ucap doa buat beliau :)

    bagimu yg tdk mengenal seorang ibu, semoga ALloh menaungimu dg cinta kasih agar hatimu tetep dlm kedamaian dan semoga akan ada seorang ibu yg lainnya yg dpt mewakili [bukan menggantikan] ibumu

    jazakalloh khoiron kang untuk sharingnya
    nice story

    ReplyDelete
  2. Kalau boleh sedikit ngasih masukan: bahasanya masih terlalu dewasa. Coba Mas Ipin perhatikan cara berbicara dan bahasa anak seusia karakter Mas ^_^

    ReplyDelete
  3. udh ikutan bahagia bacanya,ternyata ujungnya sedih hiks...

    ReplyDelete
  4. nice story....jd intinya si anak lg menghayal nih ya...

    ReplyDelete
  5. @misslind76
    makasih buat apresiasinya :)

    @kokonata
    hehehe, kan klo anak yatim, biasanya dia memang lebih dewasa ^_^
    *ngelesdotcom :D hehehe
    makasih masukannya ^_^
    eh iya, koment buat flash fiction anak2 saya lainnya dunk di: http://genkeis.multiply.com/journal/item/554/Flash_Fiction_Lampu_Merah
    ^_^

    @melionly
    iya, endingnya begitu :)
    *dilagunya juga begitu soalnya...

    @aftiabdullah
    lagi membayangkan klo dia punya ibu gituh deh :)

    ReplyDelete
  6. ..cuma satu hari dalam hidupku, dan jika hari itu datang..maka aku tidak butuh apa pun lagi _ 'cuma satu hari' a poet dedicated for my mom

    ReplyDelete