05 May 2012

Kesetiaan (Opiniku tentangnya)

Kesetiaan merupakan derivasi dari setia (adjektiva/kata sifat), yang menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bermakna:  1  berpegang  teguh  (pd  janji,  pendirian, dsb); patuh; taat: ia tetap – melaksanakannya;  ia  tetap  --  memenuhi  janjinya;  2  tetap  dan  teguh  hati  (dl  persahabatan  dsb):  telah  sekian  lama  suaminya merantau,   ia   tetap   --   menunggu;   3 berpegang teguh (dl pendirian, janji, dsb);

Sedang kesetiaan menurut KBBI berarti:  keteguhan  hati;  ketaatan  (dl persahabatan, perhambaan, dsb); kepatuhan;

Dalam sebuah hubungan, mendefinisikan kesetian bisa menjadi agak rancu bagi saya.

Misal, apakah seseorang muslim yang berpoligami, bisa membuatnya masuk ke kategori “tidak setia” pada istri pertamanya?

Hey, ini bukan berarti saya punya pikiran berpoligami loh ya, ngga kok, cuma lagi iseng mencoba mendefinisikan makna kesetiaan dalam hubungan pernikahan ajah. Hmmm...

Karena (bagi saya) susah sekali mendefinisikan makna kesetiaan dalam level antar manusia, namun sepertinya kita akan lebih mudah mendefinisikan makna kesetiaan dalam level hubungan kita dengan sang pencipta, Allah SWT.

Seperti yang disebutkan oleh KBBI, salah satu definisi kesetiaan yaitu ketaatan, kepatuhan. Dalam lingkup kesetiaan dengan sang pencipta, mungkin bahasa mudahnya adalah: menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya dan mengerjakan segala yang diperintah oleh-Nya. Terdengar familiar ya?

Di Al-Quran, ada beberapa kisah tentang janji setia (yang saya perhatikan), diantaranya:

1. Kisah para hawariyyin (sahabat setia) nabi Isa A.S. ketika mereka dikonfirmasi tentang kesetiaan mereka dalam menolong agama Allah. (QS. Ali Imran:52) dan [QS. Ash-Shaf:14)

2. Kisah bai’atur-Ridhwan (janji setia) 1,400 sahabat di bawah sebuah pohon yang terletak di Hudaibiyah. (QS. Al-Fath:10)

3. Janji setia para perempuan kepada Rasulullah SAW untuk tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah; tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anaknya, dst. (QS. Al-Mumtahanah:12)

Ketika berbicara kesetiaan dalam konteks kesetiaan kita kepada sang khalik, Allah SWT, patuh kepada-Nya, maka jadi jelaslah hakikat kesetiaan yang sebenarnya.

Kesetiaan seorang karyawan bisa berupa tidak membocorkan rahasia perusahaan ke kompetitor, tidak menerima suap dari vendor (melanggar peraturan perusahaan), dll. Bukan berarti setia kepada perusahaan lalu tidak boleh pindah ke perusahaan lain yang bisa memberikan karir yang lebih baik. Tapi kesetiaannya bisa berupa menghargai kontrak kerja, patuh pada jam kerja yang berlaku, atau mungkin contoh lainnya. Hal-hal yang bisa ditarik korelasinya dengan etos kerja seorang muslim: profesional dalam bekerja.

Kesetiaan seorang pembantu bukan berarti dia tidak boleh pindah ke majikan lain yang bisa memberinya gaji lebih besar, tapi bisa berupa menjaga rahasia keluarga majikannya (tidak menggosipkannya dengan orang lain), menjalankan amanat untuk menjaga harta keluarga (tidak mencuri), dll –sepertinya semua hal tersebut bisa dihubungkan dengan akhlak-akhlak terpuji seorang muslim juga.

Kesetiaan seorang suami kepada istri, dalam konteks kesetiannya dengan ketaatan kepada Allah, bisa berupa menjaga diri dari melihat foto-video yang memamerkan aurat yang bukan haknya, menjaga diri dari berzina (selingkuh tingkat tinggi), dll, semua yang pada dasarnya merupakan kesetiaan/ketaatan juga kepada Allah SWT.

Kesimpulannya, kesetiaan kepada sesama makhluk bukanlah merupakan hal yang besar, karena kalau seseorang sudah setia kepada Tuhan-nya –yaitu menjauhi semua larangan yang diperintahkan Tuhan-nya dan berusaha melaksanakan semua kewajiban yang diperintahkan Tuhan-nya- sudah pasti kesetiaan dalam konteks yang lainnya akan mengikuti.

Adanya kejelasan batas syariat membuat kita mudah mendefinisikan kesetiaan. Namun seperti kata orang “easier to said than done” (gampang ngomongnya, tapi susah praktekinnya). Kesetiaan kita kepada Allah diuji setiap hari, apakah kita bisa melakukannya? Kalau kita sudah setia kepada-Nya dalam berbagai aspek kehidupan, sudah pasti kita akan setia pula pada yang lainnya (dalam hal kebaikan).

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menjadi orang-orang yang setia kepada-Nya, setia terus sampai kita beranjak tua dan akhirnya bertemu dengan-Nya, dalam keadaan Dia ridho kepada kita, karena telah menjaga kesetiaan selama hidup di dunia *amin.

 


---000---

Balikpapan, 5 April 2012
Syamsul Arifin

7 comments: