Oleh: Syamsul Arifin*
Kita semua pada hakikatnya adalah seorang pelajar, disadari maupun tidak. Mulai dari kecil kita telah menjadi seorang pembelajar sejati. Belajar mengenal bahasa ibu, dan mempraktekkannya; belajar mengenai
Ketika beranjak dewasa, kitapun terus belajar. Belajar mengenali
Dan terkadang proses pembelajaran itu sering terjadi tanpa kita sadari, sering kita tidak mengerti bahwa sesungguhnya kita telah dan harus melewati proses pembelajaran.
Manusia terus berproses, dunia terus berputar, dan lingkungan kita pun terus berubah, satu-satunya cara tuk bisa terus bertahan dan menjadi sukses adalah dengan belajar. Belajar bukan hanya di bangku-bangku kelas tapi juga di lingkungan kita, dalam kehidupan keseharian, dan dengan
Dunia ini adalah sekolah besar, universita kehidupan, sekolah kehidupan. Dan kita ini pada dasarnya adalah pelajar, pelajar sekolah kehidupan.
Sadarilah bahwa kita adalah pelajar. Jangan pernah puas dengan apa yang kita miliki sekarang, jangan pernah merasa cukup dengan apa yang kita miliki sekarang. Seorang pelajar seharusnya terus merasa haus dengan ilmu dan terus menerus belajar.
Seorang pelajar yang baikpun seharusnya tidak memiliki sifat sombong karena kesombongan akan membuat kita merasa lebih dibandingkan orang lain, dan menyebabkan kita berpaling dari pelajaran.
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”
Sadarilah bahwa dunia dan diri kita terus berubah. Sebuah frase yang sering kali diungkapkan
Penemuan-penemuan baru, metode-metode baru, strategi-strategi baru, alat-alat baru, teori-teori baru, sumber daya manusia baru, dll, intinya, semua hal di dunia ini terus berkembang, bukan hanya sekedar berubah. Apabila tidak disikapi dengan baik,
Begitu pula peran kita dalam menyikapi
Dan begitu pula Imam Syafi’i mengajarkan kita mengenai unsur perubahan dalam kehidupan, dimana beliau membuat Qaul Qadim ketika di Baqdad dan melahirkan Qaul Jadid ketika berpindah ke Mesir.
So,
Sadarilah bahwa hasil dari pembelajaran adalah adanya perubahan. Inti dari belajar adalah adanya
Kita bisa mengevaluasi apakah kita benar-benar telah belajar atau belum dari mengevaluasi seberapa besar
Sadari bahwa proses pembelajaran terbaik adalah sebelum praktik. Terkadang karena minimnya
Padahal tempat terbaik belajar adalah sebelum kita terjun langsung dalam suatu aktivitas. Maka dari itu, Imam Bukhari membuat sebuah bab khusus dalam kumpulan haditsnya dengan judul “
Tapi masih lumayan “belajar seiring dengan praktik”lah daripada ‘tidak belajar sama sekali”
Terakhir, sadari bahwa dunia ini hanya tempat belajar, ujian, dan amalan; dan sesungguhnya akhirat adalah tempat kembali kita. Entah ini nyambung atau tidak, tapi saya ingin memasukan catatan ini dalam point terakhir saya. Bahwa sesungguhnya orientasi kehidupan kita sudah seharusnya ditujukan pada tempat kembali kita kelak.
Segala pembelajaran, segala pencapaian, dan segala hal yang kita dapatkan seharusnya memuat nilai yang berorientasi kepada hari akhirat. Karena kita takkan selamanya berada di dunia ini, dan sesungguhnya segala yang
“Dan sesungguhnya
---
*Syamsul Arifin, seorang pelajar sekolah kehidupan yang sedang mempelajari cara tuk belajar…
No comments:
Post a Comment