22 February 2008

[flash fiction] Dialog Jiwa (Sebuah Perjalanan Cinta)

“Cinta, engkau mau kemana?”

“Apakah engkau tega meninggalkan ku sendirian menapaki jalan ini?”

 

“Aku sakit”

“Aku rasa, aku butuh istirahat sejenak”

 

Ia menduduki batu besar di samping jalan setapak yang kami lewati bersama. Pohon-pohon mahoni besar yang sedang berguguran dahan-dahannya dan sinar lembut mentari sore membuat jalanan rata ini serasa berada dalam lukisan dengan corak impresionis.

 

“Kakiku terantuk batu, dan ada duri yang tadi menancap disana. Lihatlah, darahnya saja masih bisa terlihat sedikit mengalir kan?”, ia menghela nafas dalam. Wajahnya yang putih terlihat letih.

 

“Hmmm”, aku mendekatinya, pelan. “Tapi, kau tahu kan, kita tidak boleh berhenti dalam menapaki jalan ini?”. Ia mengangguk lemah.

 

“Baiklah, akan ku tunggu engkau di persimpangan di depan sana. Susul aku jika engkau sudah merasa lebih baik ya?”, aku tersenyum sembari membelai rambutnya yang lembut. Ia menatapku. Aku kehilangan sinar matanya.

 

“Aku percaya kita bisa melalui jalan ini”, ku kecup dahinya pelan, berharap semangat yang sama kan mengalir di dirinya.

 

Ku langkahkan kaki. Aku mempercayainya. Aku belum pernah dikecewakannya. Dan ia tidak akan mungkin mengecewakanku. Batiku bergumam.

 

Jalan menanjak dan menurun terlalui. Bisikan suara terdengar pelan dan samar di telingaku. Ia tidak akan menyusulmu. Kau akan berjalan sendiri.

 

Di depan mata, terlihat persimpangan jalan. Aku mempercayainya.

Aku berjalan terus tanpa menoleh.

 

“Iman, tunggu aku”, suara itu terdengar sedikit berteriak. Aku tetap melangkah pelan, masih tanpa menoleh, namun kali ini dengan senyuman gembira yang tersirat di wajah. Terdengar langkah kaki kecil, riang, dan melonjak-lonjak dibelakang.

 

---

Jakarta, 22 Februari 2008

“Cinta dan Iman, sungguh perpaduan yang sempurna” ^_^

9 comments:

  1. Ah, kadang iman perlu berjalan lebih dahulu. Demi cinta. Cantik sekali artikelnya:)

    ReplyDelete
  2. makasih :)

    @adzdaki
    seharusnya artikel ganteng, bukan cantik :hihi:

    *lagi belajar bikin tulisan metafor surealis nih :)

    ReplyDelete
  3. Oooo...jadi ceritanya tentang si Cinta dan si Iman.... kirain tentang si Soleh dan Soleha ^_^

    ReplyDelete
  4. @happyaisyah
    metafora, klo ga salah yang tentang benda/mahluk2 lain (yang umumnya mati/tidak hidup) jadi seperti mahkluk hidup (aktivitasnya) :D
    surealis itu seperti suatu hal yang irasional, dalam fantasi, skenario seperti mimpi :)

    @indah
    wew... pengennya sih cerita tentang indah dan jaka tarub-nya :siul:

    ReplyDelete
  5. sok atuh diceritain...in tunggu nih cerita dari dikau....kalo perlu di bikin novel skalian hehehehehe...

    ReplyDelete
  6. wew... maunya :P
    situlah yang cerita n curhat :D

    ReplyDelete