Saya TIDAK Merayakan Ulang Tahun

Minggu, 6 Februari 1983, ibunda melahirkan saya ke dunia ini. Tepat kira-kira 25 tahun yang lalu. Sebuah peristiwa yang pastinya tidak saya ingat lagi. Sebuah proses yang entah seberapa sakit dan rumit.

 

Kini bayi itu telah beranjak besar. Perjalanan hidup selama dua puluh lima tahun di dunia telah memberikan sedikit-banyak catatan dalam benak saya. Sedikit banyak noda dan coretan dalam diri ini.

 

Di tengah dunia yang semakin kehilangan orientasinya, ia telah (sedang) belajar memahami makna kemanusiaannya dan kedewasaannya.

 

Semakin berkurang usia yang telah dijatahkan, ternyata tidak serta merta memberikan tambahan kedewasaan, keimanan, dan ketakwaannya. Semakin dekat jarak dengan sang pencabut nyawa, ternyata tak jua menambah rasa takut kepada Tuhannya. Semakin banyak nasihat yang ia terima, ternyata tidak memberikan penguatan pada jiwanya yang ringkih. Semakin lama, malah semakin bertambah kelalaiannya, kemaksiatannya, dan semakin bertumpuk investasi dosa-dosanya.

 

Satu hal yang paling saya benci kalau tiba tanggal yang katanya berkesan itu adalah adanya perayaan ulang tahun, milad, harlah (hari lahir), atau semacamnya.

 

Sebuah event yang terlalu diada-adakan. Lebih banyak ketidak bermanfaatannya ketimbang kebaikannya.

 

Ada orang yang akhirnya menjadikan momentum tersebut sebagai ajang refleksi diri, pengingatan diri, batu tonggakan, tasyakuran (bentuk kesyukuran), dan lain-lain. Namun tetap saya selalu menganggapnya sebagai ajang yang terlalu berlebihan.

 

Tidakkah kita cukup menyadari bahwa kematian bisa datang kapan saja, dimana saja? Sampai kapankan kita bisa menghitung diri (evaluasi diri) dalam rentang waktu harian? Bilakah kita bertobat dan bersyukur dalam setiap desah nafas kita?

 

Cukuplah. Usah kau ucapkan selamat milad atau ulang tahun kepadaku. Usah kau kirimkan pesan pengingat kesyukuran dan mautku. Cukup lantunkan doa-doa kebaikan kepadaku, kepada kaum muslimin dimanapun mereka berada.

 

Semoga Allah selalu menuntun dan menetapkan langkah kita dalam hidayahNya.

 

 

---

Jakarta, 5 Februari 2008

Detik-detik menuju seperempat abad kehidupan…

 

Ya Allah ampuni segala dosa-dosaku, yang besar maupun yang kecil, yang nampak maupun yang tersembunyi, yang hamba sukai maupun yang hamba benci… astagfirullahal adzim…