01 November 2008

[cerpen] Dunia Iblis

“Kak, aku takut untuk tidur”, Adi mengoyang-goyangkan tubuh kakaknya yang sedang tidur-tiduran, menanti kantuk datang menyergap. Lampu utama kamar sudah dimatikan, yang ada hanyalah lampu kecil berwarna kuning, temaram.

Adi dan kakaknya, Indra, berbagi kamar, mereka kakak-beradik dari tiga bersaudara, kakaknya Adi yang juga merupakan adiknya Indra, Hani, berada di kamar yang lain, terpisah. Kamar anak laki-laki dan kamar anak perempuan.

“Takut tidur kenapa?”, Indra menggulingkan badan, masih tetap dalam posisi tidur.

Sang adik beringsut duduk ke kursi meja belajarnya. Meski berada dalam satu kamar, mereka memiliki meja belajar masing-masing. Adi masih duduk di kelas tiga SMA, sedang Indra sudah berada di tingkat dua bangku perkuliahan. Agar tidak saling mengganggu proses belajar masing-masing, begitu kata ayah mereka ketika membelikan dua buah meja belajar.

Indra duduk dari tempat tidurnya, bantalnya ia gunakan sebagai sandaran punggungnya.

“Kamu takut tidur kenapa?”, Indra mengulangi pertanyaannya.

Terdengar helaan nafas panjang, milik Adi.

“Beberapa hari ini aku mimpi iblis kak. Seram. Aku jadi takut untuk tertidur lagi”, ujarnya lemah, “aku seperti berada di dunia iblis, banyak sekali makhluk-makluk mengerikan itu”

Putaran jarum jam terdengar menggema. Pukul sepuluh lewat lima. Sang kakak tersenyum.

“Justru tidurlah yang menyelamatkan kita dari dunia iblis sesungguhnya”

“Ha”, sang adik tidak bisa menahan ekspresi terkejut atas komentar kakaknya.

“Iya, kakak yakin sekali bahwa dunia yang kita tinggalin ini lebih seram dari mimpi-mimpimu, kita ini lebih seram dari iblis”, katanya yakin.

Hening sejenak.

Adi sedikit memutar arah kursinya, menghadap ke tempat tidur kakaknya. Tegak lurus, berhadapan.

“Banyak hal aneh di dunia ini, dan beberapa tampak amat menyeramkan bagi kakak. Kalau kamu mengikuti siaran berita, tentu kamu akan paham maksud kakak”, Indra menarik selimutnya, merapihkannya.

“Ada seorang kakek renta yang memperkosa anak balita; bapak kandung yang beberapa kali menghamili anaknya; pembunuhan sadis yang terencana, mutilasi, memotong-motong anggota tubuh, tega; para koruptor yang dipuja dan dibela; perbuatan dosa menjadi kebanggaan, trend, gaya hidup. Aneh. Gila”, tambahnya.

“Tidur menyelamatkan kita dari dunia iblis yang kita tempati ini, mimpi-mimpi menjadi rekreasi bagi kenyataan dunia yang terlalu aneh dan mengerikan untuk dicerna logika. Sepertinya kita hidup di dunia iblis. Bahkan kakak rasa, iblis sudah kehilangan pekerjaannya di dunia ini, karena ternyata, kita, manusia, lebih buruk dari makhluk yang katanya paling buruk itu. Tidur memberikan kita ketenangan dari hiruk-pikuk kesibukan dunia iblis”, kata Indra menutup penjelasannya.

“Sekarang kamu kembali tidur, dan jangan lupa membaca doa sebelum tidur”, saran sang kakak.

Adi mengangguk. Ia memanjat tangga tempat tidur tingkat mereka. Adi berada di bagian sebelah atas, sedang Indra, sang kakak, berada di bagian bawah tempat tidur tingkat dua yang terbuat dari kayu bercat coklat tersebut.

Kamar mereka menjadi hening kembali. Masing-masing penghuni sudah terlelap dalam tidur mereka masing-masing.

Selang beberapa lama.

“Jangan.., jangan bangunkan aku.., aku takut untuk bangun dari mimpi ini, aku takut untuk kembali bangun, aku terlalu takut berada di dunia iblis”, terdengar suara Adi mengigau dalam mimpinya.

 

---000---
Samarinda, 1 Oktober 2008
Syamsul Arifin
“semoga kita tidak menjadi bagian dari iblis-iblis tersebut…”

6 comments: