Menjejakkan langkah di kota ini, serasa ada perih yang kembali terbuka, meski sudah tersimpan lama. Seperti tertusuk jarum, menggoreskan luka kecil yang dalam. Pedih.
Jalan kecil yang padat. Mobil, becak dan andong, kombinasi yang sempurna. Tabrakan budaya, antara masa lalu dan kemajuan masa.
Kutengok jam di tangan, larut malam, bulan sudah tinggi mengudara di langit Jogja.
Di sini, di kota ini, memori itu kembali memenuhi isi kepala. Mengembalikan sepotong luka lama.
“Aku tidak akan pernah bisa melupakan kamu. Kita sudah berjalan terlalu jauh. Tidak bisakan kita mencobanya sekali lagi?”
“Kamu tidak perlu melupakan aku. Aku yang akan melupakanmu! Aku sudah cukup denganmu. Ada jalan hidup yang harus kutempuh.”
Ramai wisatawan domestik, satu-dua turis mancanegara, hilir mudik di sisi jalan. Kota istimewa.
---000---
Balikpapan, 18 Januari 2010
Syamsul Arifin
Lhoooo....
ReplyDeletelhaaa :)
ReplyDeleteLanjutannya :
ReplyDeleteKota dimana kita berjumpa dan berpisah.
"Berat hatiku meninggalkanmu. Izinkan aku membelaimu untuk yang terakhir kalinya"
Tanganku bergerak menyusuri lembut rambut coklat tebal itu. Rambut dengan aroma yang sangat khas.
Dia biarkan aku menyentuh kulit wajahnya.
Kuda itupun meringkik pelan. Pak Jono sang pemilik andong pun lega, setelah 2 jam was-was mengizinkan aku untuk duduk di depan menggantikannya.
"Pergilah, Kawan" kataku kepada kuda coklat itu.
Pak Jono dan andongnya pun berlalu, sambil berguman "Ngga lagi-lagi deh dapet penumpan kyk td. Wong edan.."
:D
pas ngga yah...
@aftiabdullah
ReplyDeleteweks... jadi ngaco :P :P :P
lagu Yogyakarta-nya KLA Project, sebetulnya lumayan melon lho, cek deh ^_^
Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati
Musisi jalanan mulai beraksi, oh…
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh…
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali)
Tak kembali…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…