Sebagai seseorang yang berkepribadian mulia –setidaknya ingin/sedang berusaha agar memiliki kepribadian yang mulia, kita pasti berusaha sekuat tenaga agar dapat memenuhi janji yang pernah kita ucapkan. Segenap daya dan usaha diperbuat agar kita tidak mengingkari janji tersebut. Seseorang yang terpercaya. Tapi sebagai seorang manusia biasa, terkadang ada saja kendala yang kita hadapi, baik dari diri sendiri maupun rintangan dari luar yang bisa menyebabkan ada satu-dua janji yang tak dapat kita penuhi.
Allah Subhanahu wata’ala adalah Tuhan semesta alam, Dia maha berkuasa, kekuasaanNya meliputi semua. Maha suci Ia dari kecacatan, kekurangan ataupun kelemahan.
Kita –sebagai seorang muslim, juga telah berjanji kepada Allah. Ketika kita bersyahadat, mengucap ashadu Alla ila ha Illallah, wa ashadu anna muhammadarrasulullah. Tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusanNya.
Syahadat berasal dari bahasa Arab, secara etimologi (bahasa) mengandung makna Persaksian; perjanjian. Adapun pengertian secara terminologi (istilah): "Persaksian atau perjanjian seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya".
Perjanjian –syahadat- menghasilkan konsekuensi. Untuk taat pada perintahNya –mengikuti segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang. Ibadah personal kepadaNya, kelakuan baik terhadap sekeliling kita, dan lain sebagainya.
Sudahkan kita menepati janji kita kepada Allah itu..? –setidaknya kita terus berusaha sekuat tenaga untuk dapat menunaikannya.
Allah pun berjanji kepada kita,
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Adn. Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. At-Taubah: 72)
Dan sungguh, Allah maha menepati janji,
Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ali-'Imraan: 9)
Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (nya). (QS. Yunus: 55)
Dibutuhkan komitmen dan konsistensi untuk bisa terus menggenggam teguh janji kita kepada Allah, aplikasi syahadat di bidang ibadah harian –shalat, puasa, zakat, haji, muamalah, –hubungan kita dengan orangtua, keluarga, tetangga, orang yang membutuhkan, penguasa, ulama, dsb, bertingkah laku jujur, santun, adalah cerminan pelaksanaan perjanjian kita dengan Allah.
Tidak mudah bergerak dalam lingkup perjanjian dengan Allah, karena akan ada cobaan, godaan dan ujian. Setan dengan bala tentaranya tidak rela umat manusia taat kepada Allah. Hawa nafsu kita mendorong diri untuk terus bersenang-senang saja, melupakan akhirat. Takut beramal saleh/berbuat kebaikan. Ragu dalam menaati perintahNya. Berleha-leha dalam kelalaian.
Allah tidak pernah melarang kita untuk menjadi kaya atau menikmati dunia, yang Ia minta hanyalah kita menunaikan ketaatan kepadaNya. Jangan tergoda, jangan terperdaya, yakinlah, karena sesungguhnya janji Allah itu benar. Bahwa kelak kita akan dibangkitkan, akan ditanya amal perbuatan selama di dunia, dan diganjar dengan balasan yang setimpal. Semoga Allah memudahkan kita dalam beribadah dan mengingat diriNya *amin*.
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (QS. Fathir: 5)
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. (QS. Luqman: 33)
Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. An-Nahl: 95)
Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. (QS. Ar-Ruum: 60)
Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi; kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)? (QS. Al-Qashash: 61)
---000---
Balikpapan, 24 April 2010
Syamsul Arifin
*nepok jidat*
ReplyDeleteudah belum ya?