14 August 2010

Blaming (Menyalahkan)

Melempar kesalahan kepada orang lain sangatlah mudah. Menjadikan orang lain sebagai kambing hitam tidaklah memerlukan banyak keahlian.

Padahal sebenarnya diri kita sendirilah yang lebih banyak memainkan peran/memberikan dampak bagi diri kita.

Kalau mau sukses, ya diri kita yang seharusnya menge-drive (mengarahkan) bukan orang lain. Begitu juga kalau kita gagal, maka hal itu disebabkan oleh diri kita sendiri. Lebih banyak ditentukan oleh internal power, kekuatan yang ada di dalam diri kita -dan pastinya itu semua atas kehendak Allah SWT.

Maka dari itu, hentikanlah kebiasaan suka menyalah-nyalahin orang lain buat segala sesuatu yang terjadi bagi diri kita. Lihatlah cermin, koreksi diri, perbaiki.

Di dalam Quran diceritakan bagaimana orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka menyalahkan dan marah kepada pemimpin mereka yang mengajak kepada keburukan. Toh hal itu tidak berpengaruh banyak, mereka dan para pimpinan mereka tetap sama-sama mendapatkan siksa.

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (QS. Al-Ahzab: 66-68)

Pengikut-pengikut mereka berkata (kepada pemimpin-pemimpin mereka): "Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan". Pemimpin-pemimpin mereka menjawab: "Sebenarnya kamulah yang tidak beriman".  Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamulah kaum yang melampaui batas. (QS. Ash-Shaaffaat: 28-30)

(Dikatakan kepada mereka): "Ini adalah suatu rombongan (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka)". (Berkata pemimpin-pemimpin mereka yang durhaka): "Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka". Pengikut-pengikut mereka menjawab: "Sebenarnya kamulah. Tiada ucapan selamat datang bagimu, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka amat buruklah Jahanam itu sebagai tempat menetap". Mereka berkata (lagi): "Ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan kami ke dalam azab ini maka tambahkanlah azab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka." (QS. Shaad: 59-61)

Bahkan, di akhirat nanti, kita tidak bisa menyalahkan setan, karena dia hanya bisa “menganjurkan” keburukan, keputusan terakhir apakah mau melaksanakan/tidak, ada di tangan kita sendiri.

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih. [QS. Ibrahim: 22]

Maka dari itu, berhentilah menunjuk ke orang lain (menyalahkan), jangan ‘bersembunyi di balik tubuh orang lain’ (mempergunakan orang lain sebagai tameng/alasan), jadilah pemberani, pasang badan untuk semua hal yang kamu lakukan, karena kita sendiri yang kan menanggungnya.



---000---

Balikpapan, 14 Agustus 2010
Syamsul Arifin

6 comments:

  1. harus berani mengambil resiko dan beranni bertanggung jawab ya bror :)

    ReplyDelete
  2. bener pin, menyalahkan itu gaampaaang banget :(
    bisa ga ya daku berhenti menyalahkan ??

    ReplyDelete
  3. *mikir-mikir* ho'oh bener banget, Pin..

    ReplyDelete
  4. @alwaysselalu, sepertinya begituh ^_^
    @siantiek, harus bisa dunk ;)
    @tyainside, tarkhiena, & ichamary, yups :)

    ReplyDelete