22 January 2008

Refleksi dan Tausyiah “Kekalahan Publik” di Tangerang*

Oleh: Syamsul Arifin**

 

Hari Minggu, 20 Januari 2008, diselenggarakan hajatan politik besar-besaran di kabupaten Tangerang. Pemilihan langsung bupati Tangerang untuk periode lima tahun kedepan. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusung pasangan calon Jazuli – Airin. Dan pada hasil yang didapat, menunjukan hasil tidak seperti yang diharapkan.

 

Ketika dilakukan perhitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang penulis jaga, hasil tersebut terus terang cukup mengecewakan, ketika tertinggal sekitar sepuluhan suara, terbayang di benak saya mengenai perkataan “Kekalahan Publik”, karena sehari sebelumnya, baru saja mendapatkan taujih bahwa ustadz Muzammil Yusuf pernah mengatakan bahwa kita pada dasarnya sedang memperjuangkan “Kemenangan Publik”, bukan cuma sekedar kemenangan partai. Perasaan yang hampir serupa dialami oleh beberapa orang kawan.

 

Manusiawi memang. Terkejut…

 

Karena memang pada pemilu-pemilu sebelumnya, PKS mendulang suara yang cukup signifikan, bahkan ketika di daerah-daerah lain kalah, di Pamulang-tempat tinggal dan aktivitas penulis, suara yang didapat cukup besar (kalau tidak bisa dibilang menang); belum lagi program-program yang diusung, cukup visible dan baik, kesehatan gratis, sekolah gratis, dll.

 

Dengan calon bupati yang amanah dan mesin politik partai (baca: kader partai) yang gigih, hasil yang diraih menunjukkan perlunya kita tuk melakukan evaluasi ulang terhadap diri kita.

 

Terlepas dari hasil yang telah dicapai, ada beberapa hal yang bisa kita jadikan sebagai bahan renungan dan catatan pribadi.

 

Pertama, bisa jadi “kekalahan” ini merupakan teguran dari Allah kepada kita, karena telah melanggar nilai-nilai yang seharusnya selama ini kita pegang.

 

Di perang uhud, kaum muslimin mengalami kekalahan yang luar biasa, karena telah melanggar perintah Rasulullah saw. Godaan dunia dan pesonanya telah menyilaukan sebagian kaum muslimin, membuat mereka melawan perintah Rasulullah saw, dan membawa kerusakan yang besar bagi seluruh kaum muslimin.

 

Dalam kampanye, mungkin ada beberapa (jika tidak bisa dikatakan banyak) norma-norma yang telah kita langgar, secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Yang terkadang hal-hal tersebut keluar dari nilai-nilai yang dianut oleh partai yang menamakan dirinya sebagai partai da’wah.

 

Mulai dari hal-hal yang sederhana seperti penempelan brosur-brosur/stiker-stiker tidak pada tempatnya; lalai dalam menunaikan janji terhadap konstituen, termasuk diantaranya adalah pemberian janji yang terlalu muluk, tidak merealisasikan janji yang telah terucap; sampai dengan upaya merendahkan/menghina sesama kandidat yang lain (termasuk juga black campaign/pencitraan negative).

 

Kedua, partai telah kehilangan (minimal sudah mulai luntur) identitasnya sebagai partai da’wah.

 

Hadirnya partai semestinya menjadi salah satu sarana/wasilah mempermudah penyeruan kebaikan (da’wah), namun terkadang aktivitas kepartaian menyita waktu dan perhatian kita yang sesungguhnya terhadap obyek da’wah. Kita lebih tertarik mengajak masyarakat kepada partai dibandingkan mengajak shalat berjamaah, mengajak mengikuti pengajian, dan dibandingkan mengajakan kepada seruan kembali ke penerapan (pemahaman) nilai-nilai Islam.

 

Bahkan bukan hanya itu saja, kita telah tergoda untuk mengikuti cara-cara yang tidak pernah kita lihat sebelumnya dalam sejarah ikhwan. Musik dan hiburan-hiburan murahan menjadi salah satu bagian dari salah satu daya tarik pengerahan massa secara besar-besaran. Berhimpunnya massa dalam jumlah yang besar sudah cukup membanggakan diri, padahal hal itu belum ada artinya jika tidak diiringi dengan keterikatan hati terhadap nilai-nilai yang kita bawa.

 

Tidakkan cukup kita belajar dari sejarah kaum muslimin di masa lampau, bagaimana dengan semakin jauhnya kita terhadap Islam, malah semakin membuat umat terperosok dalam lembah kehinaan.

 

Kita ini adalah da’i sebelum segala sesuatunya (sebelum/bahkan diatas fungsi/peran-peran lain yang melekat pada diri kita) yang mengajak kepada Islam sebelum mengajak kepada jamaah, yang menyeru kepada partai da’wah bukan da’wah partai.

 

---

 

Meskipun hasil yang terjadi tidak seperti yang diharapkan, namun janganlah bersedih saudaraku. Bersemangatlah.

 

Sesungguhnya Allah tidak melihat hasil, namun Ia melihat prosesnya. Allah zat yang maha mengetahui dan maha lembut mengetahui setiap peluh yang telah engkau teteskan, setiap rupiah yang telah engkau belanjakan, setiap kantuk yang telah kau dapatkan, dan setiap langkah yang telah engkau ayuhkan.

 

Tidak pernah ada istilah “Kalah” dalam medan perjuangan seorang mujahid. Yang ada hanyalah pilihan “Menang atau Mati Syahid”, dan keduanya merupakan pilihan yang mulia. Terpilih atau tidaknya pasangan calon yang kita usung, keduanya sama saja, karena kita telah berbuat/beramal dengan amalan terbaik kita.

 

Yakinlah bahwasanya Allah pasti kan membela tentaraNya. Memenangkan suatu golongan atas golongan yang lain adalah hal yang sangat mudah bagi Allah, namun ada sunnatullah/hokum alam yang harus kita jalani sebagai pembuktian janji, dan ada ujian yang harus kita nikmati sebagai proses pendewasaan dan pembelajaran.

 

Sungguh, kebangkitan Islam kan pasti datang menjelang, sebagaimana pasti terbitnya mentari pagi setelah malam dingin nan panjang.

 

Terus perbaiki diri, perbaiki masyarakat dan beramallah saudaraku. Yakinlah atas janjiNya, dan katakanlah…

 

"Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi" (QS. Saba': 49)

 

---

Reni Jaya, 21 Januari 2008

* Sebuah tausyiah bagi diri sendiri…

** Syamsul Arifin adalah staf Kaderisasi, Dewan Pimpinan Ranting (DPRa) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pamulang Barat – Tangerang

7 comments:

  1. tetep semangadh deh,
    Terus perbaiki diri, perbaiki masyarakat dan beramallah saudaraku. Yakinlah atas janjiNya

    ReplyDelete
  2. janjiNya hanya akan hadir jika kita juga sudah menunaikan janji kita kpdNya

    ReplyDelete
  3. oh, ^_^ ..... :)
    Sesungguhnya perbaikan umat HARUS dimulai dari kita sendiri. Perbaikilah diirimu, tuntunlah keluargamu, ajaklah umat disekelilingmu untuk berjihad di jalan Allah. Jangan menggadaikan agama hanya2 gara2 kedudukan atau popularitas.... Sesungguhnya Allah tahu, mana yang khakiki, mana yg batil? :)
    Hehehe... Belajar komen dewasa. :D

    ReplyDelete
  4. Pasti ada hikmahnya.. :)
    2x ya, pertama pd pemilhan cagub banten, skrg pilbup tangerang..

    Oya, tgl 20 kmrin jg ada pilkada purwakarta, yg menang koalisi Golkar-PKS tuh :)

    Tinggal beberapa bulan lg, pilgub jabar.. Koalisi PKS-PAN :)

    ReplyDelete
  5. Janji terlalu muluk, kesehatan gratis, sekolah gratis, perbaikan jalan dll dan ditambah lagi menjelek-jelekkan pemimpin sebelumnya. Respek gue jadi ilang. Trus satu lagi iklannya itu loh!!! ya ampun, di semua stasiun TV ada. jadi berfikir-fikir darimana dapet uangnya. padahal dulunya kalo partai lain yang berbuat sama kakak gue (yang org PKS) akan bilang uangnya dari mana tuh, keluar banayk pasti mau "ngambil" banyak juga. Iklan itu juga keliatan palsu karena ada bintang sinetron disitu. Gue jadi mikir ini iklan beneran apa boongan seehh????
    Intinya untuk pemilu yang ini dan pemilu Jakarta, PKS bertarung untuk menang bukan untuk kebaikan. Jadi alhamdulillah kalah supaya pada introspeksi (menurut aku loh).
    Jangan tersinggung ya :-)

    ReplyDelete
  6. @nilaz
    ngga muluk kok, klo visible (alias mungkin), toh pendapatan tangerang juga besar, kan banyak pabrik2 :)
    dan untuk beberapa hal tersebut, memang ada beberapa orang yang tidak memperhatikan (atau memahami) rambu2 yang telah dibuat mengenai bagaimana partai keadilan sejahtera seharusnya berpolitik

    terima kasih atas pengingatannya ya :)
    jangan ragu tuk ngingetin terus :)
    *tunjukkan bukti cinta dengan pengingatan ^-^

    ngga tersinggung kok, tapi malah seneng kok :)

    ReplyDelete