09 May 2008

Bidadariku…

Oleh: Syamsul Arifin

 

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

 

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqarah: 25)

 

Maksud dari kata muthahharah pada ayat di atas adalah wanita yang suci dari menstruasi, urin, nifas, tinja, ingus, ludah dan seluruh kotoran wanita-wanita dunia. Selain itu, ia disucikan hatinya dari akhlak yang jelek dan perilaku bejat. Disucikan lisannya dari perkataan kotor dan jorok. Disucikan cintanya sehingga ia tidak tertarik kepada laki-laki selain suaminya. Dan pakaiannya disucikan sehingga tidak terkena najis dan kotoran.

 

Lebih lanjut lagi, Ibnu Qayyim Al-Jauzi menerangkan ciri-ciri bidadari surga di buku Tamasya ke Surga sebagai berikut:

 

·        Dipingit di kemah-kemah

 

Mereka menundukkan pandangannya dari melihat pria selain suaminya dan mereka menundukkan kakinya dari keluar rumah untuk mengumbar aurat dan mejeng kepada pria-pria selain suaminya

 

·        Cantik wajahnya dan bagus akhlaknya

 

Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. (QS. Ar Rahmaan: 70)

 

Khairaatun adalah jamak dari kata khairatun dari kata khayyiratun seperti kata sayyidatun dan layyinatun. Hisan adalah jamak dari kata hasanatun. Maksudnya bidadari-bidadari tersebut baik akhlaknya dan cantik wajahnya.

 

·        Perawan, kaya cinta dan sebaya

 

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (QS. Al-Waqi'aah: 35-38)

 

Tentang penafsiran al-‘urubu, para pakar tafsir menyebutkan bahwa wanita-wanita tersebut sangat mencintai suaminya, sayang kepadanya, manja kepadanya, selalu bergaya kepadanya, membuat suaminya cinta kepadanya, membuat nafsu syahwat suaminya bergelora kepadanya dan membuat suaminya berdandan kepadanya.

 

Lebih lanjut beliau berkata bahwa Allah SWT menggabungkan dua sifat pada mereka, sifat cantik wajahnya dan sifat bagus komunikasinya.

 

·        Payudaranya montok

 

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, (QS. An-Naba': 31-33)

 

Kawa’iba adalah kata jamak dari kata ka’ibun yang berarti wanita yang montok payudaranya.

 

·        Kulitnya mulus

 

Sesungguhnya pergi di jalan Allah pada pagi hari atau sore hari adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Sungguh busur panah salah seorang dari kalian atau tempat tali panahnya di surga lebih baik daripada dunia dan seisinya. Kalau sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga lebih baik daripada surga dan seisinya (HR Bukhari)

 

Sesungguhnya rombongan yang pertama kali masuk surga, wajahnya seperti rembulan pada saat purnama. Rombongan berikutnya, wajahnya bercahaya seperti bintang-bintang yang berkemilau di langit. Setiap orang dari mereka mempunyai dua istri di mana sumsum tulang betisnya bisa dilihat dari luar. Di surga tidak ada bujangan. (HR Bukhari dan Muslim)

 

Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. (QS. Ar Rahmaan: 58)

 

Hasan dan sebagian besar pakar tafsir mengatakan, “Bidadari-bidadari dari surga itu bening seperti permata yakut dan putih seperti permata marjan. Allah mengibaratkan warna kulit mereka sejernih dan seputih permata yakut dan marjan. Ketahuilah, bahwa permata yakut adalah batu indah. Jika anda meletakkan sesuatu di tengah-tengahnya, anda bisa melihatnya dari balik luar.

 

Dengan deskripsi yang sangat luar biasa dari penghuni surga yang bernama bidadari tersebut, tentu bisa membuat diri ini pesimis, karena sudah sewajarnya jika piala terbaik hanya untuk pejuang yang terbaik pula. Dengan amalan yang penuh cacat dan defisit, ibadah yang sekenanya, dan kesibukan dengan orientasi yang melaikan, manalah mungkin diri ini berhak mendapatkan satu bidadari tersebut? Dan bagaimana dengan kaum wanita-wanita muslimah bumi?

 

Ada beberapa hal yang bisa dijadikan catatan dalam menyikapi hal ini.

 

Pertama, bahwa sifat-sifat yang melekat pada bidadari surga pun melekat pula pada wanita-wanita shalihah yang memasuki surga

 

Ada dua pendapat mengenai asal mula bidadari surga. Pertama yaitu bahwa bidadari surga itu berasal dari wanita-wanita dunia.

 

Qatada dan sa’id bin Jubair berkata, “Kami ciptakan mereka sebagai makhluk baru yang belum pernah ada sebelumnya”. Ibnu Abbas berkata, “Wanita-wanita yang dimaksud adalah wanita-wanita dunia yang tua dan beruban. Allah SWT berfirman, “Setelah tua renta dan penciptaan pertama di dunia, mereka Kami ciptakan kembali”. Interpretasi ini diperkuat dengan hadits Anas bin Malik Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,

 

“Wanita-wanita surga adalah wanita-wanita kalian yang dulunya sudah kaur penglihatannya dan kotor bulu alisnya (HR Ats Tsauri)

 

Penafsiran tersebut juga didukung dengan hadits yang diriwayatkan Yahya Al Hamani yang berkata bahwa berkata kepada kami Ibnu Idris dari Laits dari Mujahid dari Aisyah RA, yang berkata,

 

Rasulullah SAW pernah ngobrol berdua dengannya. Tiba-tiba masuklah wanita tua. Beliau bertanya, ‘Siapakah wanita tua ini?’. ‘Ia adalah salah satu bibiku’, jawab Aisyah. Sabda Rasulullah SAW, ‘Sesungguhnya tidak ada wanita tua yang masuk surga. ‘ Usai bersabda begitu, beliau menemui wanita tadi dan berkata menyitir firman Allah, ‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Kami ciptakan mereka sebagai makhluk baru. Pada hari kiamat, mereka dikumpulkan semua tanpa terkecuali dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan tidak berkhitan. Orang yang pertama kali diberi pakaian adalah Ibrahim Khalilullah. Keludian beliau membaca ayat, ‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung”

 

Rasulullah SAW pun pernah bersabda mengenai firman Allah, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung”, Sabda beliau,

 

“Mereka adalah janda-janda dan perawan-perawan yang pernah hidup dunia”

 

Sedang pendapat kedua disebutkan oleh Muqatil dan ini pendapat pilihan Zajjaj, yang ketika menafsirkan surat Al-Waqi'aah ayat 35-38, menyatakan bahwa wanita-wanita tersebut adalah bidadari-bidadari yang bermata jeli yang disebutkan dalam Al Quran. Konon katanya mereka diciptakan Allah Azza wa jalla untuk para wali-Nya dan mereka tidak mengalami proses kelahiran. Zahirnya ayat tersebut menunjukkan bahwa Ta’ala menciptakan mereka secara langsung di surga.

 

Ibnu Qayyim Al Jauzi menyimpulkan dan menengahi kedua pendapat tersebut, dengan penjelasan sebagai berikut:

 

Sekilas surat Al-Waqi'aah ayat 35 menyatakan bahwa proses pencitaan langsung seperti itu adalah kekhususan buat bidadari surga. Cobalah renungkan bagaimana Allah Ta’ala mempertegas hal di atas dengan memunculkan isim masdar-nya (insya’a). Sementara hadits tidak menunjukkan kekhasan wanita tua tadi dengan sifat ini. Justru hadits tersebut menegaskan bahwa mereka mirip dengan bidadari-bidadari yang bermata jeli dalam sifat-sifat ini. Dan janganlah ada yang berpikiran bahwa proses penciptaan kejadian dengan spontan itu hanya terjadi pada bidadari-bidadari surga saja dan tidak berlaku bagi wanita-wanita dunia. Bahkan kalau mau jujur, sebenarnya wanita-wanita dunia lebih berhak akan proses penciptaan seperti itu dibandingkan bidadari-bidadari yang bermata jeli. Kesimpulannya adalah bahwa proses penciptaan secara spontan berlaku bagi kedua tipe wanita tersebut; bidadari-bidadari surga yang bermata jeli dan wanita-wanita dunia.

 

Kedua, bahwasanya wanita dunia lebih mulia dari pada bidadari-bidadari

 

Dalam sebuah hadits yang panjang riwayat Thabrani, terjadi dialog antara ummu Salamah RA dengan Rasulullah SAW yang cuplikan perkataannya adalah sebagai berikut,

 

“Wahai Rasulullah, manakah yang lebih baik antara wanita-wanita dunia dan bidadari-bidadari yang bermata jeli?’, jawab Rasulullah SAW, ‘Wanita-wanita dunia lebih baik ketimbang bidadari-bidadari yang bermata jeli sebagaimana bagian luar itu lebih baik daripada bagian dalam’, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa yang menyebabkan wanita-wanita dunia ketimbang bidadari-bidadari yang bermata jeli?’, jawab Rasulullah SAW, ‘Yang membuat wanita-wanita dunia lebih baik ketimbang bidadari-bidadari yang bermata jeli adalah shalatnya, puasanya dan ibadahnya kepada Allah Ta’ala. Allah memberikan cahaya yang bersinar pada raut muka mereka dan mengenakan pakaian sutra pada badan mereka. Warna kulit mereka adalah putih. Pakaian mereka berwarna hijau. Perhiasan mereka berwarna kuning. Pedupaan mereka adalah mutiara. Sisir mereka adalah emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup terus dan tidak mati. Kami senang selama-lamanya dan tidak menderita lagi. Kami berada di surga ini selama-lamanya dan tidak pindah daripadanya. Kami selalu ridha dan tidak cemberut selama-lamanya. Berbahagialah bagi siapa saja yang memiliki kami dan ia menjadi milik kami” (Hadits ini diriwayatkan secara sendirian oleh Sulaiman bin Abu Karimah. Ia divonis lemah oleh Abu Hatim. Ibnu Adi berkata, “Seluruh hadits yang diriwayatkannya munkar dan saya tidak melihat orang-orang dulu mempermasalahkannya”. Lalu Ibnu Adi mengetengahkan hadits diatas dari jalur Sulaiman bin Abu Karimah. Kata Ibnu Adi, “Hadits tersebut tidak dikenal kecuali dengan sanad seperti di atas”)

 

 

So, untuk para muslimah (wanita), semangat ya, insya Allah kalian semua itu lebih baik dari pada para bidadari-bidadari surga jika kalian beriman dan bertakwa dengan sebaik-baiknya kepada Allah SWT. Dan untuk para muslim (laki-laki), bersemangatlah dalam mengejar bidadari, karena sesungguhnya hadiah tertinggi itu hanya dapat diraih oleh para pemenang atau juara saja. Semoga Allah memudahkan langkah kaki kita tuk memasuki surgaNya… (amin)  ^_^

 

 

Referensi: buku Tamasya ke Surga yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Al-Jauzi. Untuk lebih dapat mendapatkan gambaran yang baik mengenai surga, silakan merujuk kepada buku tersebut sebagai salah satu referensi.

7 comments:

  1. Weesss....ada kata2 yg harusnya di sensor tuh kak.....

    ReplyDelete
  2. atasku: betul tuch

    bang ipin suit-suit

    ReplyDelete
  3. ... berarti harus bikin tulisan lanjutan tentang "bidadaraku..." nih
    ditunggu.... ;D

    ReplyDelete
  4. @indah
    weleh,,,, kata yang manah ya... saya kan cuma mengutip dan menyatakan apa yang ada ajah :)

    @oomnya fahrel
    weleh :P

    @ario
    hmmmmm.....

    @lussy
    weleh.... ditunggu deh tulisannya :D

    ReplyDelete
  5. itu tuuh kata2 yg di atas situu....coba baca lagi deh kak....

    ReplyDelete
  6. iya tau kok kata yang mana :D
    tapi kan emang itu salah satu cirinya ndah ^_^

    ReplyDelete